Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Usaha Dulu, Orang yang Cuma Mau Main Aman Gak Bisa Jadi Orang Besar

Senin, 20 September 2021
"kapal itu gak berlayar di daratan." 



Dulu pas madrasah, pernah dijelasin tentang amar ma'ruf, nahi munkar; perintah mengajak kebaikan, mencegah keburukan. Manusia emang gak suka dikritik, pada hakekatnya. Mau sebagus apapun diksi kalimatnya, mau selemah-lembut apapun gestur dan tutur katanya, tetep manusia gak suka di kritik. Makanya pas dengar lagi tentang amar ma'ruf nahi munkar kukira bahasannya tentang amalan-amalan besar untuk berubah jadi baik. Ternyata justru amalan-amalan kecil yang justru lebih tidak mudah lagi karena konsekuensinya. Contohnya? Kasih nasehat.


Gak perlu jauh-jauh ke saudara, ke teman apalagi ke pasangan. Ke keluarga duluuu aja udah gak mudah. Buat pengen ngajak kebaikan ke satu orang di keluarga aja banyak banget guncangannya. Tujuan ngajak kebaikan dan mencegah munkar awalnya pengen support bukan pengen merendahkan, tapi kalau salah langkah jadi kepancing karena dapet respon negatif duluan, wah kacau malau berantem gak jelas. Allahu akbar...

Mungkin aku belum banyak belajar tentag kaedah-kaedahnya makanya masih sebatas yaudah yang penting udah kasih tau, mudah-mudahan Allah lembutkan hatinya. Udah gitu aja. Kalo kata ust. Nuzul Dzikri tuh jangan cepet-cepet nyalahin orang kalo amar ma'ruf nahi mungkar kita belum efektif. Bisa jadi yang salah itu ada di kita yang menyampaikan. 


Memang sulit dipahami, karena menyayangi kadangkala sering disalahartikan dengan mengatur. Dibilang jangan pulang larut malam, dianggep ngekang. Dibilang harus solat, direspon jangan atur neraka saya. Dan sesulit-sulitnya bicara depan umum, meski terus meminta taufik, tetap berdakwah ke keluarga yang menurutku sangat jadi PR, gak mudah mengerjakannya. Gak jarang yang menasehati jadi terpancing emosi, lupa tujuan awal hanya cari ridho Allah, bukan harus dilakukan sama yang bersangkutan.


Bukan berarti pas kasih nasehat itu aku benci, atau kesel, atau mau menunjukkan siapa yang baik/siapa yang bener sama orang yang kukasih nasehat. Tapi artinya aku peduli. Mau orang tersebut berubah, biar makin erat hubungannya sama Yang Maha Kuasa. Yaaa cuma emang gak mudah, kecuali yang Allah ridhoi.


Sama seperti ahad lalu, kerabat mengabari sesuatu yang menurutku bukan kabar baik. Syaitan ini jagoan untuk menyulutkan api dalam hati. Jadilah aku terpancing berita tersebut, sudah sebagian dikirim pesannya, sebagaian lagi belum tinggal tekan tombol send. Alhamdulillah dibisikin suruh wudhu dulu. Abis wudhu, baca istigfar terus ujung-ujungnya gak jadi kirim karena milih baca Qur'an aja. Biarin deh, biar rahasia langit aja, setidaknya menurutku pribadi sudah berjuang sampai titik nadir. Minta nasehat ke yg lebih paham sudah, konsultasi dgn ustad sudah, meski gak ketemu untuk penyelesaian konflik, mudah-mudahan Allah kasih kesabaran untuk kita biar masalah ini bisa selesai dengan baik-baik, semoga pula jadi nasehat di kemudian hari. Sulit, masih harus banyak belajar untuk kasih nasehat diri sendiri juga. Mudah-mudahan Allah kasih rido dan kemudahan ya.

Menyatakan kepada ke orang terdekat betapa kita sayang sama dia, dengan memberikan nasehat biar dia berubah jadi baik, tidak melulu mulus. Banyaknya malah sering menciderai hati, kalau bukan niat pengen cari muka Allah pasti baper. Imam Nawawi bilang emang yang paling pertama itu bab keikhlasan, baru mengajak kebaikan dan melarang keburukan. Pesan tersiratnya jelas intinya tuh kita harus ikhlas ketika memberi nasehat, bukan pengen diliat manusia, buat keren-kerenan.


Mengajak kepada kebaikan memang banyak ujiannya, tidak semua yang kita kasih tau mereka mau nerima. Juga jadi nasehat untuk diri sendiri, ternyata gak semudah itu menyampaikan apa yang kepala kita pahami ke kepala orang lain.


Ada satu catatan yang aku suka;

jika seseorang menyayangi seseorang lainnya dalam hal ini adalah saudara se-iman, maka ia akan memberinya nasehat dan mencegahnya dari keburukan. Kalau kamu dikasih tau seseorang buat berubah jadi lebih baik, tandanya ia menyayangimu. Kalau kamu dibiarkan aja, meskipun kamu salah, tandanya ia gak sayang padamu, dan ia bukan termasuk orang yang terbaik. Orang yang terbaik adalah yang menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar. Orang yang terbaik mau orang lain lebih baik darinya, lebih baik derajatnya, mencegah orang lain dari perbuatan yang tidak baik.


Belajar menerima takdir, belajar mengendalikan kendala. Begitu ada kendala, langsung dzikir atau perbanyak shalawat, istigfarnya ditambah, ngaji dll. Melatih bersikap demikian biar hidup kita bisa maksimal memang perlu banyak guncangan dulu kali. Sebab menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar juga kan, perlu ilmu. Mengisi waktu dengan ilmu, bukan sesuatu yang kontra-produktif (coping mechanism kayak rebahan, tidur yg lama, makan banyak, nonton maraton film dll) tidak mudah juga. Kalau kata Yanu, ketua osis sekaligus ketua kelas panutan se-SMP 1 bilang: Membiasakan hal yang benar, bukan membenarkan hal yang biasa. 


Semua yang berkarakter itu punya pro dan kontra, dan semakin berkarakter seseorang makin besar pro dan kontranya. Itu sunnah kehidupan. Orang yang cuma mau main aman gak bisa jadi orang besar.  Membuat orang lain jadi lebih baik, menyempurnakan orang lain meski manusia gak ada yang sempurna, ternyata inti dari amar ma'ruf nahi mungkar. 


Manusia ini kadang dzolim, alih-alih bersyukur dapet hikmah, malah kesel. Jiwanya gak amar ma'ruf, nahi munkar. Seringnya lupa kalo ruh-nya itu gak hidup buat menjalankan kebaikan. Yaaa gak semua orang juga gak bisa terima nasehat, banyak juga kok yang terima. Tapi orang-orang kayak Abu Jahal mah ada terus, kan.


Ngomong-ngomong, apa hubungannya sama quotes diatas ya? Ada yang bisa paham sama bahasan hari ini?👀