Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Bukan Kita

Minggu, 10 November 2019
Lubang itu tidak lama lagi semakin besar. Meninggalkan sepi dan angin-angin dingin memasukinya secara cepat. Untuk waktu yang tidak terhitung awal mulanya, anggaplah hari ini adalah satu hari aku sangat-sangat menyukaimu dari semua waktu yang ada. Tolong kenang aku juga, sebagai apapun itu di salah satu memorimu, hari ini.

Kalau kukatakan tidak, kemungkinan besar aku telah berpikir ribuan kali untuk bilang iya, namun kehabisan alasan sehingga kukatakan lima huruf terkutuk itu. Kupikir harusnya kamu harus tahu dulu mengapa puluhan kali kutanya kesanggupanmu sebelum benar-benar memikirkan aku lebih jauh. Sebab tidak, adalah tidak. Kebaikanmu melemahkan aku, alih-alih memberi kekuatan. Sakitmu pernah kurasakan juga, hingga tidak tega aku membuatmu sakit yang sama. Juga tidak ingin merasa kehilangan lagi. 

Tapi perlu juga kamu tahu,

Aku hilang akal hari ini.

Kuputuskan untuk membiarkan tanganmu mengalungkannya tepat di leher -meski itu geli tapi aku diam saja. Berjalan ke sana dan sini, membiarkan ceritamu mengalir di sepanjang jalan tikus menuju tempat baru. Membuka diriku dengan ikut bercerita denganmu. Juga membiarkan tanganmu menggenggamku walau sepuluh detik saja. Aku membiarkan pula kepalaku bersandar pada tubuhmu, dan kemudian membicarakan kita di masa depan meski hanya dengan dua pertanyaan.

Aku hilang akal hari ini.

Diriku dipenuhi oleh semua celotehmu, memikirkanmu sebab mereka banyak membicarakanmu, seolah-olah aku dan kamu adalah kita. Lalu tertawa. Seolah masalahmu tiada, dan aku satu-satunya. Pelarian yang sempurna. 

Semua orang tidak akan ada yang peduli betapa hancurnya masing-masing dari kita, yang dipedulikan hanya bagaimana kita terlihat bersama. Dan aku telah menunjukkannya, hari ini. Entah pada siapa, atau entah siapa yang melihat dan peduli padaku.

Aku telah memasukan ego dan ketakutan pada kotaknya hari ini, dua hal yang biasanya berantakan dan menguasaiku. 

Lalu cukup.

Begitu saja, kumohon jangan lebih.


Bagiku kamu berharga. Tidak ingin aku menguasai hal yang berharga. Aku cukup melihatmu dari jauh dan merasa puas karena mengenalimu.  Bukan untuk dimiliki. Seberapa sering aku bermimpi dan setuju pun, aku merasa tidak mampu. Bangga aku bisa terus melihatmu tumbuh.

Anak kecil itu kini sudah dewasa. 

Jadi biarlah akalku kembali lagi, membuka kotak Pandora berisi ego dan ketakutan agar kembali menguasaiku, sehingga suatu hari nanti kulihat kamu bahagia bersanding dengan yang benar-benar tulus seperti yang kamu lakukan seperti biasanya.

Hidupku biar diurus olehku saja, biar aku yang melarutkan botolan air mata dengan pil kecewa sendirian. Bait-bait doa kusampaikan pada langit, meminta hujan turun membasahi hati.

Membiarkan keberanian tumbuh sendiri, meski untuk waktu yang lama.


Satu yang Menjadi Dua

Jumat, 16 Agustus 2019
Mereka memutuskan untuk pergi.

Jauh-jauh pernah saling berkontemplasi, meramu rasa, meracik bahagia, jadi sia-sia saja setelah lewat tahun terakhir ini. Dua manusia yang dulu sempat berjanji untuk tidak mengecewakan, pada akhirnya merasakan pahit buah kecewa itu.

Tahunan menjadi waktu mereka berdua untuk saling mencinta, sebagai kekasih yang mengasihi secara hening tanpa publikasi, langsung bicara tanpa perantara, kini hanya jadi kisah asmara yang usai bahkan sebelum sadar bahwa masih tersisa cinta di hati kedua insan ciptaan Yang Maha Kuasa.

Menggantung harap memang tak pernah ada rehat, tak akan selesai hembusan angin untuk menjatuhkan tali dari gantungan harap itu. Harusnya mereka sadar, bahwa kekecewaan itu pasti, yang semu hanyalah kehadiran mereka sendiri.

Sayang sekali keduanya tidak bersiap diri dengan datangnya kekecewaan. Padahal beberapa badai sudah dilalui dengan cukup baik, meskipun tidak baik juga ketika mengingat betapa ringsek dan bonyoknya sisi-sisi kewarasan dua manusia yang kini sedang menunduk di depan meja hijau.

"Sekali lagi, apakah anda berdua sudah yakin dengan keputusan ini?"

Sang hakim bertanya pertanyaan yang sama sejak minggu lalu, sebuah upaya untuk menghentikan laju perjalanan yang dipangkas sendiri oleh kedua insan yang dulu saling mencintai.

Tidak ada isak tangis, sang pria hanya mengangguk untuk mempercepat proses sidang. Sedangkan sang wanita mengatakan YA dengan tegas.

Sang pria menatap wajah wanita yang selama ini ia cintai itu dengan nanar, hari ini semua perasaannya harus ia biarkan pergi jauh, tidak boleh ada yang tersisa lagi barang secuil semisal memori tentang matanya yang besar dan bulat itu ketika menatapnya sebelum tidur.

Sang wanita yang tahu sedang ditatap pria itu tak mau ambil peduli. Sudah cukup ia mencintainya, hari ini semua perasaannya harus ia biarkan menguap. Tidak boleh bersisa barang sedikit saja. Meskipun sebagai perempuan ia pasti akan terus mengingat-ingat apapun yang pernah terjadi pada keduanya, termasuk pada dirinya sendiri yang menyukai pria itu lebih dulu.

Proses perpisahan itu kemudian selesai begitu saja dengan penandatanganan dan cap stempel dari kantor agama. Keduanya resmi berpisah, menyandang gelar baru sebagai janda dan duda dengan alasan ketidak cocokan begitu keluar dari ruangan yang penuh dengan kursi kayu.

"Kau baik-baik saja kan?" Sang pria bertanya selepas keduanya memegang selembar kertas perceraian itu. "Tanpa aku?" Lanjutnya yang ia suarakan dalam hati.

"Bagaimana bisa?" Jawab sang wanita dalam hati.

"Tentu." Jawab sang wanita dengan tenang. "Aku akan baik-baik saja, kau jaga diri sendiri saja. Tidak perlu mengurusku lagi."

Sang pria tersenyum yang dikulum, sebuah jenis senyuman pria-pria patah hati. Keputusan ini sudah bulat mereka berdua setujui, entah apa yang jadi pemicu dan entah bagaimana mereka akhirnya setuju, pada saat ini keduanya telah berpisah. Sang wanita itu menghela napas.

"Apakah kita perlu merayakan perpisahan ini seperti saat kita merayakan perkawinan dua tahun lalu?" Tanya sang wanita.

Mata besar dan bulat milik wanita itu membuat sang pria merasa tertarik untuk mengikuti ide gilanya. Sebuah perasaan tidak bisa berakhir meskipun kantor agama meresmikan sebuah akhir dari dua manusia yang pernah saling jatuh cinta.

"Kau harus bahagia dengan kebahagiaanmu sendiri."

Tiba-tiba saja sang pria mengucapkan kalimat itu. Ia menatap wajah sang wanita yang kini ikut menatap wajahnya dari balik kerudung hitamnya.

"Kau sudah bahagia?" Sang wanita bertanya yang dijawab sebuah senyuman dari pria disampingnya.

Ada hening yang jelas-jelas menghimpit sesak di hati keduanya.

"Kita sampai di sini saja."

"Ya, kita tidak akan kemana-mana lagi."

"Jangan rindukan aku, jika rindu lebih baik pura-pura tidak tahu saja."

"Baiklah. Jangan kangen aku juga, kau masih tidak bisa merangkai paralel listrik kalau konslet."

"Kalau kau kangen telur balado, bisa pesan di rumah makan Padang Sederhana. Jangan hubungi aku."

"Kau bisa telepon tukang untuk membenarkan pompa air."

"Kau boleh unfollow sosial media dan menghapus nomorku."

"Sudah kulakukan, tenang saja."

Keduanya terdiam lagi. Kali ini sedikit sesak tidak akan membuat mereka kehilangan kewarasan untuk saling mencaci seperti sebelumnya.

"Maafkan aku-"

"Maafkan aku," sang pria mendahului suara sang wanita.

Mengetahui apa yang akan keduanya bicarakan malah membuat suasana canggung. Sepertinya mereka masih kompak, keduanya saling membutuhkan, masih bisa bahagia jika mau berusaha lebih keras. Namun tidak ada yang bersuara setelah kalimat yang terpotong tadi. Keduanya memilih untuk saling bersalaman dan meninggalkan tempat ini dengan kendaraan masing-masing.

Kini dua manusia itu kembali menjadi dua orang asing di kota yang mereka pilih sebagai rumah.

Kepingan kisah harapan dan doa-doa yang pernah mereka lalui bersama sudah menemui rengat waktu. Mungkin mereka yang terlalu egois atau semesta yang mempermudah perpisahan keduanya. Tidak ada yang tahu betapa dalam pemikiran seseorang, juga tidak ada yang tahu isi hati seseorang. Hanya ia dan Tuhan. 

Karena meski bisa menikahi seseorang, kita belum tentu memiliki hatinya.


Juli

Senin, 01 Juli 2019
"Aku maunya kamu, ngerti gak sih?"

"Lah, kesel deh! Masa nggak ngerti juga padahal aku sudah sejauh ini, lho?"

"Aku sudah sampai percaya banget lho sama kamu, kamu nggak kasihan sama aku?"

"Udahlah, kamu pergi aja. Aku nggak mau kamu tinggal sama aku cuma karena kasihan."

"Kamu kapan pulang? Aku kangen."

"Kamu tuh gak ngerti-ngerti ya, aku kan cuma mau kamu! Cuma gak berani bilang aja, ngertiin dong!"

"Eh, lihat deh aku bentar lagi mau lulus ta−"

Perempuan berambut kusut sepunggung itu berhenti bicara dan termenung mendapati ruangannya sepi, tak ada satu pun teman bicara sedari tadi. Perempuan itu menatapku yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya yang wangi melati, tapi tidak peduli. Ia malah kembali berbaring di ranjang tanpa sprei itu dan mulai menangis seperti yang sudah-sudah.

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, semua orang tidak bicara apapun kecuali mengatainya perempuan gila. Suara tangis yang makin lama mulai terdengar menyedihkan membuatku berani memasuki kamarnya yang kosong, kecuali sebuah figura di dinding kamar kusamnya.

Foto seorang lelaki berwajah masam yang merangkul seorang perempuan yang sedang tersenyum. Mereka berdua menggunakan pakaian formal seperti sedang wisuda, ada tulisan kecil dibawahnya 'Juli & Janu'.

Ujung mataku menangkap perempuan itu bergerak dari ranjangnya. Aku mundur, merasa tidak sopan masuk ke ruangan orang lain tanpa izin−sekalipun perempuan itu tidak peduli kamarnya dimasuki siapapun− dan mendapati wajahnya yang muram disertai sisa tangisan di pipinya yang kurus.

"Aku suka foto, sukaaa banget. Tapi dia nggak."

Tiba-tiba saja perempuan itu bercerita. Aku hanya menatapnya dari samping, menunggu cerita selanjutnya.

"Dia bilang gak suka foto karena nanti bikin nostalgia. Dia gak suka kenangan, terus aku kesel dong dia ngomong gitu," Perempuan itu sedikit terkekeh, suaranya terdengar ceria. "masa dia gak mau dikenang sih? Di dunia ini kalau kita mati, kita cuma bakal tetap hidup dikenangan orang lain. Kalau tidak ada yang mengenang, kasihan gak sih hidupnya? Dia tuh mau terhapus dari dunia ini apa gimana coba?"

Bukan sebuah pertanyaan, aku tahu. Perempuan itu hanya ingin bicara.

"Terus aku baru sadar deh, kayaknya aku ngerti kenapa dia gak suka foto, gak suka kenangan."

Aku diam, masih menunggunya bicara. Perempuan itu malah menatapku, pandangannya selurusan dengan mataku meskipun ia lebih tinggi dariku. Matanya coklat gelap−nyaris hitam− dan ya Tuhan matanya besar dan cantik, sayangnya kosong. Rasanya aku bisa melihat diriku dengan jelas pada mata perempuan itu.

"Kamu tahu gak, kenapa?"

Suaraku hilang, aku tenggelam dimatanya hingga kehilangan kemampuan untuk bicara. Aku menjawab dengan hening, dan perempuan itu kemudian menatap figura itu lagi sambil mulai bicara.

"Karena foto tidak berubah meskipun keadaan berubah." jawab perempuan itu.

"Kamu bisa pergi gak? Aku kangen Janu, bukan kamu."

Perempuan berambut kusut itu ternyata bisa risih dengan kehadiran orang lain. Aku melangkah pergi dan menutup pintu kamarnya. Kulihat perempuan itu kembali bicara sendiri dengan figura−dengan Janu, seperti yang tadi disebut− sebelum aku benar-benar menutup rapat kamarnya.


Juli, sesakit apa kehilangan dan rindu yang kamu rasakan?

Lemon cover

Kamis, 20 Juni 2019
Ting!

Satu pesan masuk. Ah, lagi-lagi dari nomor yang tidak dikenal. Kenapa sih mereka terus-menerus mengirimi pesan spam? Aku kan tidak butuh hadiah 200 juta tapi palsu! Aku butuhnya yang pasti aja, bukan khayalan.

Ngomongin pesan, kapan ya kamu kirim pesan lagi?

(Suara instrumen musik, intro)


Alangkah indah bila semua ini hanya mimpi
Bahkan dalam lelap ku masih terus melihatmu
Memori yang kau tinggalkan jauh dalam benakku
Membawaku sekali lagi kembali padamu

Ah, sudah berapa lama ya aku tidak lagi membuka laptopku ini? Sebulan? Dua bulan? Setahun? Lebih? Untunglah tidak ada masalah saat aku mengoperasikannya lagi. Lalu, kenapa lagu ini masih ada di dekstop ya? Semuanya masih sama seperti terakhir aku lihat sih... Foto-foto, screenshot chat, tugas-tugas dan film semuanya masih berantakan di satu folder data E.

Benci ya? Tapi menyesal tidak menyelesaikan masalah. Yang ada malah berulang kali muncul di kepala. Bahkan ketika tidur masih terbayang kesalahan yang pernah ku buat hingga akhirnya seperti ini. Saking lamanya menyimpan sesuatu yang harusnya sudah usai, aku malah kembali ke masa lalu.

Masa-masa remaja yang menyenangkan.

Ah, sekarang umurku sudah 21. Kalau ada mesin Doraemon, aku mau minta tolong untuk membawaku ke masa lalu, mengulang hal manis di SMA saja. Aku mau lebih menikmati wajahnya, caranya berbicara, dan senyum setengah tertawanya. Ah! Aku juga mau menikmati mata coklat terangnya lebih lama lagi.

Pada akhirnya kaulah yang telah menyadarkanku
Kebahagiaan ini takkan bisa kuulang lagi
Dan luka di dalam hatiku takkan pernah utuh
Jika kau tak pernah melangkah ke dalam hidupku


Gak, aku gak mau ujian sekolah lagi!!
Tapi kalau itu momen terbaikku bersamamu, ya tidak apa-apa sih. Soalnya, kamu kan pasti membantuku kan? Supaya lulus bareng-bareng. Kamu yang aku kenal akan selalu menyapa dan berbicara banyak hal. Lalu, aku yang kamu kenal akan selalu membicarakan hal lain pula untuk menarikmu dalam obrolan. Kita akan ngobrol sampai kamu kembali disibukkan dengan urusan sinyal WiFi sekolah dan koleksi film, terus aku kembali disibukkan dengan mengobrol bersama kawan lain. 

Begitu saja.

Sederhana banget, kan?

Aku cuma mau menikmati apa yang pernah aku miliki dengan mengingat setiap detailnya. Aku mau lebih lama bersamamu, kalau bisa kita sampai hari ini jangan berhenti seperti ucapanku di musim dingin itu.

Ah, bodohnya. Padahal kamu sendiri sudah bilang untuk berhenti saja kan? Kenapa ya, aku masih memaksakan perasaanku padamu? 

Kalau gak gara-gara kamu, aku gak akan inget film kesukaanku dulu pas awal kuliah tahu. Teman-teman di lingkungan kuliah bukan penggemar film bergenre sama denganku. Memang cuma kamu yang sejak dulu bertanya kabar sekaligus perkembangan tontonanku. Tapi sekarang kenapa berhenti sih? Oh iya, aku ya yang memaksamu pergi? Lantas kenapa begitu saja setuju? Sudah tidak ada rasa lagi ya? Hey, sepertinya aku yang malah membuatmu lelah ya? Maaf ya... Aku sebenarnya hanya pengecut yang takut ditinggal.

Maaf lagi-lagi aku mengenang traumaku sendirian, maaf ya kamu gak aku libatkan dalam konflik diriku sendiri ini. Bukan apa-apa sih, hanya saja aku gak mau setelah tahu kamu malah kasihan padaku. Aku, lemah sih... Tapi bukan berarti dikasihani gitu, aku kuat kok. Buktinya aku masih bernapas kan?

Kalau bukan karena kamu, aku nggak akan belajar menulis lagi. Menggambar itu pelarian dari menulis ternyata. Terima kasih ya, dan maaf selalu membuat kamu repot... Ah, mataku buram. Kenapa ya air mata itu kalau menggenang membuat penglihatan kabur? 

Hey, sudah sejauh ini kuberikan tanda dan mencicil rahasia hidup kepadamu, apakah itu semua masih belum cukup mengkredit masa hidupmu agar kita bisa bersama? Tapi meskipun berhenti, aku tetap saja mencari kamu diantara bayangan memori. fragmen itu ya, bukannya memudahkan ku untuk menyelamati keberhasilanmu malah membuat aku sedih. Kenapa sih perpisahan itu menyedihkan?

Tapi kalau tidak sedih, aku tidak akan belajar bahagia ya, kan? Daaannn kalau tidak sedih, itu artinya perasaanku padamu perlu dipertanyakan. Jangan-jangan aku menipu perasaanku sendiri lagi. Semoga saja kamu juga tidak. Eh sotoy! Memang sih kamu bilang sedih, tapi bagusnya adalah kmu tetap melanjutkan hidup kan? Coba katakan kalau aku benar... Kamu tidak tiba-tiba menangis di tengah malam begini kan? 

Ceritakan malam ini ya, datanglah ke mimpiku.



****


"Dia gila!"

"Nggak, pak! Dia sehat. Tuh lihat kulitnya putih gitu, bersiiih! Kinclong seperti keluar dari spa!"

"Tapi ngapain tiap hari duduk di kursi kayu itu sambil nangis? Apalagi kalau bukan gila, Bu!"

"Nggak, Pak. Dia cuma sedih!"

"Sedih kok sampai setengah tahun begini. Bukannya pergi bekerja kek! Kuliah kek! Apa gitu, malah asik nangis di pinggir kali!"

"Pak!"

"Udahlah, bawa aja ke RS terdekat!"

"Pak ...."

"Bu, ikhlasin aja Bu. Lagian ini sudah jadi suratan kalau lelaki yang ia sayangi pergi.."

"Tapi pak," 

"Bu, periksa dulu saja. Tidak apa-apa kok. Kita bawa ke profesional ya?"

"Kenapa kita perlu percaya ke profesional sih, bapak sendiri gak percaya sama anak gadis sendiri kan?"

-tamat- 

Sampai Nanti Sampai

Rabu, 05 Juni 2019
Mungkin memang benar bahwa momen lebaran adalah kesepian yang panjang. Takbir berkumandang membuat hati berdesir, akankah tahun depan ikut kembali mendengar gema ini?

Perihal nasib bisa berubah atau tidak, bagiku tergantung pada kekeraskepalaan manusia itu sendiri.

Menjadi fitri berarti mengosongkan apa yang telah penuh. Botol baru perlu diisi sesuatu hingga bertemu lagi satu bulan yang indah, semoga kali ini padat dengan kebaikan...

Sampai jumpa lagi, bulan penuh keberkahan...

Jika Hari Raya Nanti Datang

Selasa, 04 Juni 2019
Hari berikutnya sudah Syawal, tidak ada lagi Ramadan yang maghrib-nya ditunggu-tunggu, juga tidak ada lagi suara dari speaker masjid di jam tiga subuh yang membangunkan sahur.

Hari berlalu tapi aku tetap hidup di masa lalu. Pada masa-masa yang menyenangkan, ingatan membekas menjadi bingkai cerita cantik, pun pada masa yang memalukan. Lekat diingatanku sejak bertahun-tahun lalu kita memang tak pernah saling maaf-maafan di hari raya. Sebetulnya memang kita tak pernah saling sapa di ruang maya, kan? Hanya beberapa tahun belakangan kita agak dekat, hingga terlalu dekat dan itu menyiksamu, juga aku.

Dan, jika kamu membaca tulisan ini... Aku percaya bahwa rasa itu, rasa yang sedikit banyak membuatmu menyesal, rasa yang sedikit banyak membuatmu (dan kita) berubah, itu nyata dan ada. Seperti hukum kekekalan energi, bahwa energi tidak bisa hilang, ia hanya berubah bentuk, maka rasa yang kamu punya itu pada akhirnya dibentuk sebagai doa (yang kamu menyebutnya sebagai 'anggap saja basa-basi' karena aku tak mau disemangati). Doa itulah yang pada akhirnya membuatku percaya bahwa Tuhan memiliki banyak tirai rahasia untuk membuatku cukup kuat hingga hari ini.

Beberapa bulan lalu tentunya selain sedih dan marah, kamu perlu tahu kalau pikiran 'itu' terus berdatangan. Entah berapa lama pikiran tentang menghilang lebih baik karena tidak akan ada yang mencari itu menguat, membentuk sistem sendiri di tubuh hingga aku merasa bukan aku. Air mata bukan hal aneh bagiku, tapi menangis didepan banyak orang secara tiba-tiba cukup mengkhawatirkan. Kemudian, lewat bantuanNya, terdengar lantunan ayat-ayat suci yang kini mengisi bagian kosong.

Kamu perlu berapa lama untuk berhenti mencari kesalahan dirimu sendiri ketika apa yang diinginkan berbeda dari apa yang terjadi?

Aku perlu bertahun-tahun dulu, sekarang belum tahu.

Mungkin masih tetap butuh waktu bertahun-tahun, karena sampai sekarangpun aku masih menyalahkan sikap sembrono dalam memutuskan sesuatu.

Masih menyalahkan diri jika ada orang lain yang luka karena ucapanku... Masih banyak ketakutan yang...(bagaimana membagikan ketakutan tanpa menambah atau mengurangi hal itu sih??) Pokoknya masih... Termasuk masih menunggu kamu.

Kamu sendiri sudah ultimatum kalau dirimu sudah bahagia.

Tapi aku masih enggan percaya.


Mencoba agar tidak larut namun sedikit banyak aku sendiri meragukan kemampuan bahwa menunggu kamu adalah bukan nihil hasilnya.

Jika bertahun kemudian aku membaca ini, tulisan ini semoga tidak membuatku sedih karna teringat betapa menyedihkannya ditinggal seseorang yang aku percayai hingga tulang persendianku sendiri. tulisan ini dibuat bukan untuk itu, tu. Melainkan agar kamu ingat bahwa kamu yang akan datang adalah orang kuat. Orang yang mampu mengendalikan dirimu sendiri berkat bantuan Tuhan Yang Maha Esa. Kamu mampu untuk tidak menyerah, mampu mempertahankan idealismemu pada dunia (yang menurutmu sangat aneh dan menyebalkan), kamu bisa bertahan dari cercaan manusia lain dan legowo untuk meminta serta menerima maaf. Kamu kuat, dan terima kasih telah bertahan untuk mempelajari hal baru.

Di hari ini, aku haturkan permintaan maaf yang semoga langit mendengarnya untuk disampaikan ke kamu. Terlalu banyak doa dan harapan di hari ini, para malaikat pasti sibuk tetapi aku yakin suatu hari akan sampai. Kepadamu, perlahan aku terima bahwa pernah ada bukan berarti aku bisa bersandar pada manusia. 

Lidah bisa berkata tapi hati tak sejalan,
Kata-kata tak menjamin cinta


Semua yang terjadi biarlah terjadi. Kita berdua percaya bahwa Tuhan mengetahui mana yang baik. Terima kasih untuk membagi keceriaanmu meski aku sering mengabaikan dan sibuk sendiri, terima kasih aku karna masih mau bertahan untuk memperbaiki apa yang sudah rusak...

Food Waste Bukan Budaya Kita, Budaya Kita Adalah…

Kamis, 09 Mei 2019


Halo!
Minggu ini mau bahas food waste ah, soalnya ini dilemma nyaris semua orang terdekatk dan termasuk saya sendiri.

Jadi, apa sih food waste?

Food waste atau dalam Bahasa Indonesia adalah limbah makanan yang definisi intinya adalah makanan yang terbuang lalu menjadi limbah. Artikel di laman national geographic menyebutkan bahwa limbah makanan membuat sumber makanan berkurang dan sangat berkontribusi dengan perubahan cuaca dunia. Pantesan sepanjang pertengahan tahun ini hujan terus tapi panas banget juga kayak liat dia bersama yang lain…

Saya sendiri baru kepo-kepo tentang hal ini dan baru menyadari sesuatu…
Ketika membuang sedikit nasi di piring, sisa sambal, daging ayam yang tidak saya suka, timun atau lalapan lain, itu artinya saya ikut membuang pupuk, tenaga kerja, dan pestisida yang dipakai petani dengan sia-sia. Serta baru sadar juga kalau limbah makanan itu mengandung gas yang bisa saja meledak karena ditumpuk terlalu banyak!

Terus, sejak kapan limbah makanan bisa berbahaya gitu, Tu?

Kalau ditanya gitu bingung ya, balesnya gimana. Namanya limbah, kurang lebih pasti bisa berbahaya gak sih? Mau minor atau mayor efeknya, tetap aja ada. Limbah makanan bisa jadi berbahaya karena buruknya pengelolaan sampah dan minim kesadaran dari masyarakat untuk sadar lingkungan.

Artikel womantalk menuliskan tentang fakta limbah makanan. Artikel tersebut menyebutkan bahwa ada 10 fakta tentang limbah makanan yang saya rangkum menjadi tiga :

Kesatu : 3,3 milyar ton karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer bumi.
Kedua : sebesar 1,4 miliar hektar hilang dan digantikan untuk dibuat lahan pertanian sebagai sumber makanan manusia di dunia
Ketiga : limbah makanan merugikan secara ekonomi

Saya pas SD khawatir banget karena tahu kalau lapisan ozon sudah bolong-bolong. Apalagi sekarang coba, sudah bolong-bolong, menipis, dan saya semakin khawatir karena semakin tua saya, semakin cuaca jadi panas gak karu-karuan! L

Pada fakta kesatu, Sebuah organisasi yang berkolaborasi dengan lebih dari 50 pebisnis, nonprofit, foundation dan pemerintah yang berkomitmet untuk mengurangi limbah makanan dari Amerika yakni ReFED menuliskan tentang konsumen Amerika yang membuang milyaran dollar dari masalah limbah makanan. Lebih dari $218 terbuang dari makanan yang tidak dimakan sama sekali. Sekitar 52 ribu ton makanan sisa dibuang ke pembuangan padahal satu dari tujuh orang Amerika kelaparan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia sendiri, jumlah makanan yang terbuang bisa memberi makan 11% dari jumlah populasi alias 28juta jiwa bisa dikasih makan dari makanan sisa itu. 19,4 juta masyarakat Indonesia masih hidup dalam bayangan kelaparan ternyata. Padahal selama ini kita hidup enak, tiap hari pertanyaannya : “Mau makan apa hari ini?” tanpa sadar di negara sendiri masih musim kelaparan.

Kenapa sih kok makanan dibuang-buang?

Data dari Tirto.id malah makin mengejutkan karena 56% sampah yang ada dipembuangan ibukota isinya limbah makanan, warga Jakarta beli makanan untuk dibuang karena pola konsumsi yang berlebihan dan selalu menyisakan makanan karena malu.
Iya, malu.

Pernah denger gak sih temen kalian bilang “ya ampun, piring licin amat.. rakus.” Atau “apaan piring bersih amat kayak ga pernah makan aja sih, malu-maluin.” Atau “makanan tuh sisain dikit kek, malu diliatnya tau.” Gitu??

Bersyukurlah kalau enggak pernah dengar, apalagi gak pernah digituin sama kenalan kita. Karena saya pernah juga lho sama saudara sendiri dibilang “makan kok sampe licin gitu, doyan apa rakus?” hahaha padahal pas masih kecil saya diajari ibu untuk gak boleh nyisain satu butir nasi pun karena nanti nasinya nangis. Saya sih sampai sekarang percaya kalau nasi bisa nangis gitu, ya barangkali emang beneran cuma kita aja yang ga denger?

Gengsi gitu kalau makanan di piring pindah semua ke perut, mungkin biar dilihat orang kayak The Royal Family macem keluarga Inggris kali, alias biar perlente. Hmm saya sih tipe merakyat daripada harus perlente hahaha. Mampu finansial ga berarti harus membuang makanan, kan?

Berdasarkan data dari Foundation and Agriculture Organization (FAO), sekitar 1,3 triliun ton makanan hilang per tahun. Kok bisa? Iyalah bisa. Rinciannya, sebesar 10% makanan hilang saat produksi, 1% dari makanan hilang karena pengolahan, kehilangan saat pemasaran 6%, dan mencapai 9% makanan hilang saat tahap konsumsi.

Ada gak sih, Tu, kapan gitu limbah makanan ini membludak banget?

Ada!! Pas bulan Ramadan gini di 10 hari pertama, sampah makanan itu banyak. Ada lagi pas pesta pernikahan. Metang-mentang lagi pesta jadi boleh buang-buang makanan? Kan segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik gaes di setiap agama… ada juga saat Thanks giving atau Christmast. Pokoknya dimana ada perayaan, disitu sampah sisa makanan menumpuk!

Berdasarkan data dari FAO, sekitar 1,3 triliun ton makanan hilang setiap tahunnya di seluruh dunia dengan rincian tingkat kehilangan saat produksi sebesar 10%, kehilangan saat tahap pengolahan sebesar 1%, kehilangan saat pemasaran 6%, serta kehilangan saat tahap konsumsi mencapahilang

Fakta kedua tentang limbah makanan ini adalah … kita kehilangan lahan sebesar 1,4 miliar hektar atau sekitar 7x luas negara Indonesia untuk digunakan sebagai lahan pertanian di dunia. Lahan sebesar itu ya, tentu berpengaruh juga sama lahan kehutanan dan mengancam spesies tanaman dan hewan yang dikonservasi. Kalian kepikiran gini gak sih, kalau sekarang (diumur 21 kalau saya) saja sudah banyak tanaman dan hewan yang langka dan dilindungi, apa kabar nanti kalau kita sudah punya anak dan cucu? Apalagi pertumbuhan penduduk yang membludak tentunya makin butuh sandang, pangan dan papan yang banyak. Saking banyaknya sampai mungkin tidak sadar mengeruk bumi ini tanpa mengembalikan kehijauannya. Apalagi kalau terlalu banyak orang, tingkat kesulitan untuk diedukasi dan mengedukasi pentingnya menjaga lingkungan pasti tinggi. Hmmm berat ya Allah aku pusing ….

Penelitian yang dilakukan Riska Amelia Mulyo dan Drajat Martianto dari IPB tentang perkiraan kehilangan pangan dan komoditas beras di Indonesia pada tahun 2016 , mengungkapkan bahawa hampir ¼ beras yang diproduksi di Indonesia loss (hilang) dan waste (terbuang). Hal tersebut menyebabkan kerugian ekonomi senilai 86.6 triliun rupiah. Kerugian lainnya ada pada lingkungan udara yang tercemar, pemborosan sumber daya alam air pula. Edan!

Eh, Tu. Bukannya sampah makanan mah jadi kompos ya kalau dibuang ke tanah?

Iya kalau membuangnya ke sumur biopori. Kalau ke pembuangan sampah, malah menumpuk dan membuat racun karbon dioksida yang membuat bolong lapisan ozon. Resiko lainnya dari pembuangan limbah makanan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah terjadi tsunami sampah atau dikenal juga dengan longsor sampah. Pernah di tahun 2005, TPA Leuwigajah Bandung meledak karena reaksi kimia di dalam tumpukan sampah. Korbannya mencapai 150 orang, yang meninggal banyak dan yang luka-luka lebih banyak lagi (koran Pikiran Rakyat Februari 2005).

(baca artikelku tentang sumur biopori)

Sebuah artikel di VOA Indonesia menuliskan tentang limbah makanan yang mengeluarkan gas metana. Gas metana ini 21 x lebih berbahaya dari karbon dioksida. Limbah makanan adalah satu-satunya limbah yang sangat kuat untuk menyumbang perubahan iklim, dan masalah limbah makanann ini terlalu besar skalanya untuk saya yang upik abu ini… ada langkah sederhana untuk mengurangi limbah makanan ini kok.

Tips Mengurangi limbah makanan (disandur dari beberapa artikel) :
  1. Mengurangi konsumsi makanan instan
  2. Membawa tempat makan kosong; selain mengurangi sampah plastik, dengan membawa tempat makan sendiri itu kita bisa minta porsi yang sesuai dengan tempat makan atau keinginan sendiri
  3. Mengolah makanan sisa; Belajar membuat fertilizer, saya masih tahap mencari dan belajar juga haaha karena bingung kalau ada sampah sisa makanan dibuang kemana jadi berpikir untuk beli tanaman hias gitu deh tapi masih wacana dulu J


Banyak orang yang membuang makanan mereka lebih dari yang mereka pikirkan, termasuk saya… tapi kadang ngerasa “aku cuma sisa sedikit kok” karena lihat orang lain yang beli makanan tapi setengah isi dipiring itu gak dimakan. Miris…

Indonesia menjadi pembuang sampah makanan terbanyak ke dua di dunia setelah Arab, Indonesia is the largest food wasters per person per year! Dalam satu tahun, Indonesia membuang makanan sebanyak 300kg per satu orang. Jumlah penduduk Indonesia ada … hmm kurang lebih 250 juta jiwa. Kalau satu orang membuang makanan 300kilogram, hitungannya 300 x 250.000.000 =75.000.000.000 (ini bacanya gimana? Tujuh puluh lima kali sepuluh pangkat sembilan???). karena satuannya kilo, kita konversi 1 ton = 1000 kilogram, jadi ada 750 ton (tolong koreksi karena matematika saya sering remedial hehe).
Gak sadar kita ya, padahal makanan yang terbuang itu bisa memberi makan sekitar 19 juta orang kelaparan berdasarkan research geotimes.

“sebutir nasi yang mungkin selama ini kita sisakan karena perut telah merasa kenyang, ternyata jika diakumulasikan dapat memberikan dampak yang besar untuk banyak orang. Disamping itu, ada keberkahan disetiap makaan yang kita makan, maka habiskan makanan hingga butiran nasi terakhir, karena kita tidak tahu dibutiran mana keberkahan itu diberikan.” (Ferry Irawan dalam artikel yang terbit di geotimes.co.id tgl 24 Agustus 2018)
Masalah limbah makanan yang menggununug ini ternyata sama bahkan lebih berbahaya dari sampah plastik. Dan lagi, ada hubungan antara masalah makanan sisa dengan kehilangan sumber pangan yang bisa-bisa kita gak bisa makan lagi karena telah habis.
Dengan mengurangi pembuangan sisa makanan, kita akan lebih hemat uang. Selain itu, kita akan menyelamatkan tanah, bahan bakar, bahan makanan, dan bahkan bisa menyelamatkan dunia seperti The Legend of Aang!

Food Waste Bukan Budaya Kita, Budaya Kita Adalah… makan lima ngaku satu! Hehehehe….



Salam,
Estuwise

Sumber :

Jangan Minta Maaf

Selasa, 07 Mei 2019
Tidak perlu minta maaf untuk sesuatu yang bukan salahmu...


Kadang, ada masanya melakukan sunnah terasa sangat asing dan dibatasi,
mungkin pada awalnya segan menjadi tamu disetiap senin kamis kalian,
lalu meminta izin untuk menelan sesuatu dihadapanku,
merasa tidak enak entah pada hal apa...

Setelah bertahun-tahun, barulah segan menjadi biasa,
namun waktu memaksa biasa pergi,
terganti lingkungan baru,
dan segan kembali bertamu...

Kenapa maaf?
bertahun-tahun mengulang kalimat tanya yang sama,
lakukan yang menjadi keinginanmu,
kulakukan yang menjadi keinginanku,
jangan minta maaf.....




Jangan Minta Maaf - s2 - 5.7.19

DIY : Kardus Bekas

Jumat, 12 April 2019


Hallo!

Makin kesini makin delay ya untuk post di blog maupun di Instagram. Banyak tugas di akhir semester gini dan skripsi aja Cuma nyari-nyari jurnal belum ada kelanjutannya (sad). Minggu ini gak punya ekstra energi untuk baca dan kepo-kepo tentang hal ramah lingkungan. Kebetulan karena hari ini pulang, energi saya cukup terkuras buat bersih-bersih kamar.

Intermezzo, saya bisa dikategorikan sebagai manusia mager alias malas gerak. Menurut saya, kalau bisa dibikin sedikit gerak kenapa harus gojag-gijig. Akhirnya karena mager itulah kamar saya mulai penuh dengan dus-dus diatas lemari karena malas beresinnya sejak awal. Baru tadi banget beres puluhan benda entah milik siapa (dulu kamar saya dijadikan markas untuk survivor tugas sih jadi terlalu banyak orang).

Karena banyak dus bekas sepatu di kamar, dan beberapa hari yang lalu lihat DIY di pinterest tentang recycle dus sepatu, ya sudah… dicoba saja.

Jadi minggu ini saya mau #DIY saja daripada tidak post sama sekali. Lagian DIY itu kan salah satu cara untuk memanfaatkan limbah, jadi lebih ke aksi nyata untuk bumi. Kalau kemarin-kemarin kayaknya cuma info-info saja tidak ada caranya ya kan?

Nah karena ini gampang, kalian bisa langsung praktek di rumah.

Langkah-langkahnya adalah


Persiapkan alat dan bahan
  • Kardus sepatu, 
  • lem fox/double tip/lakban, 
  • gunting/cutter, 
  • penggaris, 
  • pulpen, 
  • kertas kado atau apa saja
Mulai membuat Storange Box

Langkah kesatu :
  • Ukur panjang dan lebar kardus. Cari titik tengahnya dan Tarik sebuah garis dari titik tersebut menjadi segitiga sama kaki. Lakukan di kedua sisinya.
Langkah kedua :

  • Gunting garis segitiga tersebut. Tekuk kebagian luar kardus.

Langkah ketiga :
  • Lem pada tekukan tersebut.

Langkah keempat :
  • Sesuaikan dengan tutup kardus dengan bagian yang terbuka. Gunting lalu ditempel saja dengan lem bengan bagian awal.
Menghias Storange Box
  • Taburkan lem kertas pada bagian kardus. Tempelkan kertas kado disetiap area dengan rapi. Menyenangkan.


  • JADI DEEHH…


Lihat … betapa mudahnya Tuhan jika sudah berkuasa. Saya yang sibuk entah sibuk apa (karena katanya dibalik menyibukkan diri ada sesuatu yang sedang dilupakan), tetap bisa post di sini. Alhamdu? Lillaaahh….


Salam,
Estuwise

Manfaat Sumur Biopori

Kamis, 04 April 2019
Halo!

Minggu ini saya mau bahas tentang sumur biopori karena tiba-tiba ingat aja zaman SMP dulu heboh biar masuk kategori Sekolah Adiwiyata.

Sedikit OOT alias Out Of Topic, dulu kan sekolahku masih ada label RSBI gitu jadi kita semua setiap hari jumat pasti bersih-bersih. Kadang beneran nyapuin seluruh sekolah-lah, nyikat wc yang buset gatau lagi ada berapa puluh soalnya lingkungan sekolahku dulu luas banget parah, sampai ada di hari jumat entah kapan di tahun 2010an, guru Lingkungan Hidup (ya ampun maaf pak aku lupa namanya) nyuruh gali tanah di depan kelas masing-masing. Galinya bukan pakai cangkul, ada alatnya khusus ujungnya kayak sendok nyam-nyam puff gitu. Digali sampai kedalaman sekitar 100 cm.

Anak laki yang harus gali, anak perempuan sih ikut rusuh aja ngeliat proses galiannya yang … susah juga katanya. Maklum anak SMP tenaganya masih belum puber, masih malu-malu. Hahaha. Akhirnya, dibantu penjaga sekolah, guru-guru yang lain dalam sehari itu kayaknya bagian dekat lapangan (karena highlight sekolah kan pasti di lapangan kan. Selain jadi tempat upacara, jadi tempat nongkrong juga karena disudut lapangan selalu disediakan bangku taman) sudah berlubang dan ditutup oleh paralon berdiameter 10 cm.

Nah, jadi setelah OOT diatas, dapat disimpulkan bahwa sumur biopori adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah sekitar 100 cm dan berdiameter 10 cm berfungsi sebagai resapan air buatan yang ramah lingkungan.

sumber :  http://sda.pu.go.id


Lubang Resapan Air Biopori ini selain bermanfaat untuk mengurangi genangan air di musim hujan dan bisa mengurangi banjir, ternyata kalau dilihat lagi banyak lho manfaatnya. Kalian jadi punya tempat pembuangan untuk sisa makanan kalian dan membuat tanah jadi gembur dan bergizi untuk tanaman kalian.

Eh, maksudnya gimana?

Gini, misalkan kalian buka tutup pvc itu dan mengisinya dengan sampah basah (makanan sisa, kulit buah-buahan, sayur dll) nah berati si sumur biopori ini menjadi media untuk menghasilkan kompos, kan? Kalau tanaman dikasih kompos, hasilnya gimana? Tumbuh dengan baik seperti kedelai malika kaan~

Ada lagi gak manfaatnya? Wuissss jangan panik, masih banyak sederet manfaat biopori ini kawan-kawan….
1.       Memaksimalkan resapan air ke tanah sehingga mencegah resiko banjir.
2.       Menambah jumlah kadar air tanah yang bermanfaat bagi tanaman sebesar 40 kali lipat.
3.       Memaksimalkan air hujan untuk diserap lebih cepat, mencegah erosi tanah, dan memberi mikroorganisme (cacing, semut, dan lain-lain) makan karena sampah organik yang ada di dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah lho.
4.       Mengurangi sampah organik di TPA dan membuat masyarakat biasa memilah antara sampah organik dan anorganik.
5.       Menyuburkan tanah, seperti yang tadi diceritakan diatas.

Dilansir dari zerowaste.id, sumur biopori ini sama sifatnya seperti lubang-lubang alami yang ada di tanah akibat pergerakan akar dan mikroorgansme lain lho. Sifatnya ya sama-sama membuat resapan air. Bukan mustahil kalau bisa terbebas dari banjir. Adanya biopori buatan ini, meminimalisir adanya wabah nyamuk DBD di musim hujan karena banyak genangan air. Wah, udah bermanfaat untuk peresapan air, biopori ternyata mudah dibuat dengan biaya murah lho.

Mau coba buat gak nih yuk?

Alat-alatnya gampang :
  • PVC dan tutupnya yang sudah dilubangi kecil-kecil
sumberhttp://sda.pu.go.id
  • Bor untuk melubangi tanah (mata bor berdiameter 10cm, bisa di beli di toko online)
sumber : http://sda.pu.go.id
  • Linggis, palu dan lain-lain (jika tanah yang akan di lubangi bukan tanah biasa kayak udah pakai semen gitu)
  • Ember dan gayung untuk melunakanan tanah

Trus caranya gimana?

Kalau rumah kalian masih ada tanah yang benar-benar masih tanah, belum di semen atau di aspal, kalian bisa langsung basahi dulu tanahnya dengan air di dalam ember tadi.

Step by step :
1.       Setelah menentukan tempat dan sudah disiram air, lubangi tanah dengan menggunakan bor tanah. Usahakan buat yang tegak lurus yaa, biar gampang nanti pasang PVC nya.
2.       Bor tanah tadi ditancapkan ke tanah basah lalu putar searah jarum jam.
3.       Buat lubang dengan kedalaman kurang lebih 100 cm dengan diameter 10 cm (bisa lebih kalau misalkan daerah kalian rawan banjir, bisa dibuat lebih besar, selebar 30 cm dengan kedalaman 1000 cm).
4.       Kalau sudah kira-kira 100 cm Setelah itu, lapisi lubang menggunakan pipa PVC yang ukurannya sama dengan diameter lubang. Sudah?
5.       Jangan lupa diisi lubang biopori dengan sampah basah seperti makanan sisa, daun yang berguguran, rumput, kulit buah-buahan, dan sampah yang berasal dari tanaman lainnya.
6.       Kalau sudah, ditutup pipa PVC-nya. Jangan lupa, pvc dan tutupnya harus yang sudah dilubangi ya!

Ada video keren dari ADRA tentang cara membuat sumur biopori nih :

Nah sebagai catatan, Sebelum mulai membuat biopori, yang pertama dilakukan adalan menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat pembuatan sumur biopori. Sangat dianjurkan pada area terbuka yaa lokasi lubangnya. Misalnya di halaman rumah, dekat garasi, dekat pepohonan, dan tempat terbuka lainnya.

Trus, ada apa lagi nih yang jadi sorotan tentang biopori?

Hm… gak ada yang khusus sih, tapi kalian perlu merawat lubang biopori.

Apa tuh? Gimana? Gimana?

Jadi, kita bisa isi si sumur biopori ini setiap lima hari sekali dengan sampah organik sampai lubang terisi penuh, Nanti secara auto akan menghasilkan kompos tiga bulan ke depan. Setelah tiga bulan itulah kita bisa angkat kompos yang sudah jadi dari sumur biopori. Kompos pun siap digunakan. 

Sudah siap berkebun?

Yuk, jadi generasi yang cinta lingkungan!



Salam Lestari Berimajinasi,
Estuwise

Sumber :

Pertanyaan Tanpa Suara

Kamis, 28 Maret 2019
Jari bergerak kesana-kemari menekan huruf-huruf di keyboard, mata sudah tidak ada harapan untuk terpejam padahal tidur hanya tiga jam sehari, tubuh sudah meronta untuk berhenti tetapi memori tumpah ruah memenuhi seluruh aliran darah, memori-memori itu yang menyumbat aliran darah dan pernapasan hingga sakitnya sampai pada hati.

Benci sekali ia merasa sakit. Tidak mengapa jika tubuhnya yang lebam keunguan, bibirnya sobek bekas dihajar atau kepalanya bocor sekalian akibat lemparan batu. Tapi yang memar dan luka-luka adalah hatinya, dan ia tidak tahu bagaimana caranya agar luka-luka itu kering, karena semakin lama justru luka itu semakin besar dan basah. Sakit.

Ia tidak mungkin bisa lupa dengan wajah itu sekalipun ia ingin sekali melupakannya dan menghilang selamanya. Menghilang agar tidak bisa lagi bertemu dengan seseorang yang ia merasa tulus memberikan cinta. Sebersit amarah hadir, mengapa tidak bisa aku tegas untuk mempertahankan kamu? Katanya cinta? Mengapa cuma sampai segini saja perjuanganku? Lalu kecewa menambah garam pada lukanya. Mengapa pula kamu malah berlari meninggalkanku? Mengapa tidak mendobrak ragu agar kita tetap bersama?

Menghindar adalah satu-satunya cara untuk membuatnya tetap terlihat baik-baik saja dan membiarkan gadis yang ia cintai hidup baik-baik saja. Membiarkan gadis yang ia cinta hidup bahagia dan menjadi dirinya sendiri seperti dulu. Ia merasa kehadirannya di hidup gadis cantik itu hanya merusak saja, dan atas nama cinta yang ia sendiri tidak tahu maknanya, ia memilih untuk pergi. Meninggalkan harapan yang pernah dibuat bersama, meninggalkan perasaannya yang kini berserakan dihantam kenyataan.

Berpisah itu sudah biasa, yang tidak bisa membuatnya biasa-biasa adalah gadis cantik yang kini mulai kembali eksis di dunia maya. Apa ia sudah tidak apa-apa? Pikirnya selalu. Ia terlalu canggung untuk memulai obrolan setelah pesan terakhirnya tidak kunjung dibaca dan gadisnya pun sudah tidak iseng mengirim pesan singkat ke ruang obrolan lagi.

Ia selalu kehabisan napas saat ingat bahwa semua ini telah usai. Tidak menyangka kalau berakhir sepahit dan sesakit ini. Ia yakin sudah merusak gadisnya, entah butuh berapa lama bagi gadisnya untuk bangkit karena gadisnya selalu memasang banyak topeng agar terlihat baik-baik saja padahal ia sedang cidera. Ia tidak yakin bahwa gadisnya baik-baik saja meskipun disisi lain ia merasa keputusan berpisah ini sudah tepat. Toh, kini gadisnya produktif lagi. Tidak seperti saat bersamanya, yang membuang waktu percuma.

Tapi, rasanya jauh lebih sakit ketika kehadirannya mulai terlupakan dimata gadis cantik yang ia cinta. Seolah-olah tiada habisnya skenario terburuk bermain di kepala tentang gadisnya dan pria lain, atau tentang kabar duka yang ia sangat berharap itu tidak terjadi. Ia tidak tahu.

Ia tidak benci pada gadisnya, melainkan membenci cara bicaranya yang penuh teka-teki dan sulit dimengerti.
Ia tidak ingin kembali, tetapi setiap ingat gadisnya candu untuk mengingat segala hal menjadi semakin tak tertahankan.
Ia tidak ingin gadis yang ia cinta, terluka lagi.
Meskipun itu artinya ia harus siap diinjak dan terluka. Ia bertanggung jawab atas luka-luka yang gadisnya miliki.

Dan sebuah ilusi bermain dengan tanya:

"Perlukah jawaban untuk sebuah pertanyaan tanpa suara?

Ecotourism adalah ...


Halo!

Minggu ini masih membahas tentang ekologi, tapi karena sudah tiga minggu berturut-turut bahas sampah, jadi gumoh juga huhu. Terus uploadnya lewat dari dateline lagi ya, sungguh ternyata ide dan waktu adalah hal yang mahal. Nah, berhubung kampus lagi gencar banget sama studi kepariwisataan, dan tempat pariwisata sedang naik-naiknya setalah tayangan My Trip My Adventure, sekalian berhubung skripsiku juga masih berkaitan dengan komunikasi pariwisata, mari kita bahas tentang eco-tourism saja (penganut sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui garis keras).

Apa sih Tu, ecotourism itu?

Ecotourism atau ecology tourism, menurut TIES (The International Ecotorism Society) adalah perjalanan wisata ke tempat alami untuk menikmati, dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat. Singkatnya, ecotourism ialah pariwisata yang ramah lingkungan. Dengan adanya ekowisata, diharapkan para wisatawan ini dapat melihat alam secara dekat, merasakan keaslian lingkungan untuk kemudian mencintai alam beserta adat dan budaya yang menyertainya. Istilah gaulnya mah, Back to nature

Menurut Ahmad Rosyidi Syahid dalam laman studipariwisatadotcom, ekowisata diselenggarakan dengan tidak memodernisasi fasilitas alias semuanya serba sederhana dengan memelihara keaslian alam, lingkungan, seni, budaya, adat-istiadat, kebiasaan hidup (the way of life), hingga tercipta rasa tenang dan terpelihara flora dan fauna agar kehidupan manusia dan alam jadi keseimbangan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik, ada 9.4 juta kunjungan ke Indonesia dari total 42 negara di tahun 2014. Perkembangan tempat pariwisata dan kunjungan wisatawan yang setiap tahunnya meningkat, akhirnya berdampak pada perkembangan transportasi dan industri hotel. Persentase paling tinggi diraih oleh Tiongkok dan Malaysia untuk wisatawan mancanegara yang berkunjung dengan 14,24% dan 13,91% di tahun 2018.


Terus, kalau ekowisata ada dampak positif dan negatif gitu gak, Tu?

Jelas ada dong.

Kalau dampak postif sudah jelas untuk menjaga kelestarian alam, meningkatkan pendapatan daerah, dan sederet kalimat sejenis yang intinya adalah konservasi lingkungan. Ada aturannya juga lho teman-teman.

Nih listnya :
  1. Meminimalisir dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh wisatawan
  2. Mengamati dan menghormati lingkungan dan budaya sekitar
  3. Menguntungkan bagi wisatawan dan penggiat ekowisata
  4. Memberikan donasi untuk konservasi lingkungan
  5. Memberikan dukungan dana kepada penduduk setempat
  6. Meningkatkan kesadaran pengunjung mengenai lingkungan, masyarakat, politik di tempat pariwisata tersebut agar dapat berkolaborasi menjaga lingkungan

Tapi keberadaan ekowisata tidak selamanya memberi dampak positif. Seperti dua sisi mata uang, kehadiran ekowisata selain menjadi salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian daerah, tidak dapat dipungkiri pembangunan wisata yang ramah lingkungan ini, nyatanya membuat lahan kosong menjadi industri perjalanan atau hotel-hotel untuk penginapan para turis.

Tidak jarang dengan tumbuhnya hotel-hotel disekitar tempat wisata justru 'mematikan' adat dan kegiatan komunitas lokal, yang berujung pada rusaknya integritas komunitas tersebut dan tidak mendapat manfaat ekonomi dari industri pariwisata.

Pariwisata berbasis ramah lingkungan yang digadang-gadang menjadi salah satu solusi untuk menjaga keaslian ekosistem justru mempengaruhi habitat para satwa liar maupun kehidupan tanaman yang ada. Hadirnya manusia yang terus menerus bisa sangat berdampak negatif bagi perilaku alami hewan-heawan tersebut.

Mengingat bahwa ekowisata bertujuan untuk mendidik dan mempromosikan konservasi habitat alami, tentu menjadi peluang besar bagi pengusaha dibidang bisnis perjalanan. Dengan kepopuleran parwisata berbasis ramah lingkungan ini harusnya organisasi yang berkaitan dengan kepariwisataan tidak mengabaikan praktik ramah lingkungan itu sendiri.

Pariwisata memang mempengaruhi lingkungan alam, terkadang para penyedia wisata akan mencari hal-hal unik yang ada di daerah mereka untuk menarik perhatian pengunjung. Misalnya karena ada sebuah pantai yang belum ramai dikunjungi di wilayah X, pasti sebagian orang akan berpikir ini adalah peluang besar kalau membuka rumah makan berhalaman parkir besar atau hotel dengan banyak kamar untuk pengunjung dari luar kota. Pembangunan semacam ini tentu membuat kerusakan pada lingkungan sekitar tempat wisata kan?

Itulah sebabnya ekowisata dibuat untuk menghindari perusakan alam yang lebih besar. Penggiat ekowisata akan mengupayakan bahwa kegiatan bisnis mereka tidak merusak lingkungan.
Dari contoh pantai tadi, para penggiat ekowisata mungkin memilih untuk membangun struktur bertingkat rendah yang tersembunyi di bawah garis pohon dan mengikuti prosedur yang berwawasan lingkungan dalam hal menghasilkan energi, pembuangan limbah, dan daur ulang. Selain itu, ekowisata ini haruslah aktif dalam mempromosikan kegiatan yang menawarkan dukungan kepada masyarakat setempat untuk bersinergi menjaga alam. Tidak hanya sekadar untuk kebutuhan mencari nafkah, tetapi berkolaborasi untuk meningkatkan kesaran tentang lingkungan.


Bagaimana caranya supaya kita mendukung para penggiat ekowisata ini, Tu?

Sebuah web dari Thailand yang mendukung konservasi lingkungan, flight of the gibbon menuliskan bahwa cara termudah ialah mengajukan pertanyaan kepada tempat wisatanya. Sebagian besar hotel misalnya akan memiliki fasilitas yang menyatakan bahwa pihak hotel akan mencuci handuk hanya jika diminta, tanyakan apakah penyedia pariwisata bekerja dengan komunitas mereka, mendukung proyek konservasi terdekat atau mendanai program pendidikan lokal dan sebagainya.

Bertanya sekarang tidak harus face to face kan? bisa via e-mail, bisa via telepon, skype atau menggunakan media sosial lain untuk mengobrol dengan mereka sebelum mendaftar untuk tur dan berwisata.


Nah, kalau kalian nemu tempat dan penyedia ekowisata yang bagus, promosikan ya!


Eh iya, berhubung makin banyak sekali kekurangannya dalam penulisan apalagi di artikel kali ini (riset mepet dan buang waktu banyak banget untuk memahami artikel bahasa asing //i'm noob//) kurang lebihnya mohon maaf, dan tentu saja koreksi dan saran sangat ditampung! Terima kasih. :)


sumber : penulis
Salam,
Estuwise

Sumber :