Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Lupa Istigfar dan Peringatan Untuk Merefleksikan Diri

Minggu, 12 September 2021

Hari ahad adalah waktunya untuk melakukan sesuatu diluar rutinitas bekerja, idealnya. Tapi yang kulakukan tetap bekerja. Gak, bukan berarti mau jadi robot yang hidupnya di setting buat kerja, cuma kan bingung mau apa lagi selain kerja, maunya bepergian tapi ke mana yaaa antara gak tau mau pergi ke mana, soal uangnya, atau karena masih pandemi serem aja mau kemana-mana. Yaudah kerja aja solusinya, menyibukkan diri semoga tetap istiqomah jalan di bawah naungan sunnah. 


Hari ini masih ditolong Allah, lupa istigfar bikin ada yang datang menggelitik dan bikin bertanya-tanya. Kemarin emang ada perjalanan cukup jauh dan seharian. Iya pas berangkat sih bisa istighfar, pas pulangnya lupa. Gak lama, menjelang subuh langsung didatangkan pemicu buat istigfar. Sebenernya ada apa, kenapa, biar apa, tapi pertanyaan yang gak ada ujungnya itu lebih baik gak disuarakan daripada lisanku bikin luka baru. Sebagai manusia yang lemah, aku malah membuka pintu untuk para syaitan masuk yang bikin makin lemah; berulang kali pula. Bukan dengan sengaja, kadang semampunya aku nutup pintu, syaitan itu bisa masuk sendiri, jago dia nyempil buat bikin was-was. Pintu masuk syaiton itu kan dari 3, yang pertama lalai, yang kedua syahwat hawa nafsu, yang ketiga amarah. Ketiganya aku buka semua. Lah, kan seneng ya syaitan-syaitannya, aku yang stres syaitan makin seneng. Pusing. Udah mah lalai dalam mengatur waktu, syahwat kemalasan, dan ada amarah yang merayapi hati... 


Biidzinillah, lama gak berkabar lalu ada sapaan di waktu ashar. Mungkin kepencet sebelum subuh dan rasa ga enak kalau ga balas pesanku jadi menghabiskan dua waktu shalat untuk berpikir balasannya. Mungkin setelah itu ia juga justru gak tenang dan was-was sama sepertiku. Kayaknya nih si pintu syahwat ini terbuka. Bukan syahwat seksual, tapi syahwat ke perasaan. Sebagian senang, sebagian lainnya khawatir. Lagi adem ayem, berombak lagi. Ternyata aku tuh masih belum bisa baca pola pertolongan Allah, masih fakir ilmu banget. Nyaris terperangkap jebakan syaitan buat galau sampai hilang fokus segala, tapi cuma sebentar karena air wudhu punya kekuatan melunturkan emosi negatif. Dapet akses dari Allah biar gak terprovokasi sama hawa nafsu, alhamdulillah. 


Ini cuma sementara, pun ini bukan milik kita, dari hati, pemikiran, tubuh, bahkan seluruh yang ada disekitar kita. Ini cuma titipan doang dan aku ada diatas janji Allah. Gak mungkin Allah ingkar janji. Fokus sama apa yang udah dimulai, hak Allah dulu, hak ilmu, hak orang tua, ditunaikan dulu. Niat ikhlasnya masih kendor deh kamu, tu. Coba deh revisi dulu dikit, biar lurus.


Manusia sangat mungkin suka salah ngomong, asal bicara, bikin baper sampai dianggap kayak janji buat yang dengar dan pas ia lupa, malah jadi dianggap bohong. Tolonglah, wahai hati, berdamailah...  yang tenang ya. Ini semua terjadi bukan tanpa maksud. Ada hikmah di setiap apapun, buktinya jadi auto istigfar. Allah yang gerakkin tangan-tangan kita, terima kasih untuk memberanikan diri bersuara dan datang sebagai pengingat, meskipun kembali sembunyi secepat kilat. 


Semoga Allah selalu kasih taufik dan hidayahnya untuk kita agar ga terburu-buru dalam bertindak, maaf masih kepo padahal lagi berusaha sama-sama fokus. Aku kepikiran dan yakin ada sesuatu, mungkin sudah sampai di titik jenuhmu, atau hal lain yang membebankan pikiranmu. Tapi maaf belum bisa membantu, kalau butuh sandaran biarlah Allah yang jadi tempatnya. Aku maupun kamu sama-sama lemah, gak bisa saling bersandar. Hati kita bisa berkhianat, kita pikir hati kita bisa dikendalikan nyatanya gak bisa kan? Mungkin karena kita gak punya kuncinya, makanya hati sering sulit diatur. Aku ada ingat status whatsappmu dulu, Rezeki itu diantar, kunci diantarnya rezeki itu taat. Sama, di surah Al-Anfal juga bilang;


"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara menusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. (QS. Al-Anfal:24)


Padahal sama-sama tau, tapi buat menerapkan ilmu itu memang masyaallah ya? Hati kayak terpisah, gak bisa diatur. Kalau Ust. Nuzul Dzikri bilang, balasan tergantung jenis perbuatan, kalau kita gak mau diatur sama Allah nanti Allah bikin hati kita ga mau diatur sama kita. Mungkin itu kali, yang bikin ucapanku sering ga sejalur sama perbuatanku. Khilaf berkali-kali sampai orang lain nyerah. Semoga Allah tetap membersamai sepanjang jalan hijrah dan taubat di mana pun berada.


Ada satu titik di mana ketidaknyamanan itu seperti lumpur hisap, semakin berusaha keluar semakin tertarik ke dalam sampai mungkin saja tenggelam dan menghilang. Ia mampu menarik ke dalam secara mendadak, ga jarang kepanikan didahulukan daripada berdiam diri sejenak, meminta bantuan. Beberapa kali sering malu ngaku ke diri sendiri tentang satu hal, dan jadi malah saling serang nyalahin pikiran A dan pikiran B padahal semuanya ada dipikiran kita sendiri, lebih jauhnya itu semua juga Allah udah atur biar kita bisa mikir A, B, sampai C-nya. Lupa kalau aturan dunia ini cuma satu, nurut sama Allah atau binasa. Berkali-kali nyaris binasa, kalau gak karena Allah yang nolong jelas sering nyasar, sering tersesat, sering gak ikhlas, sering mempertanyakan hal yang udah terjadi, jadi manusia yang gak bersyukur dan lebih banyak nurutin syaitan daripada Allah. Maafin estu ya Allah.


Tergelincir berkali-kali, gak ikhlas jadi hamba bikin gak bisa lepas dari syaitan. Mungkin hal-hal yang dirasa berat dan gak nyaman itu terjadi karena salah posisi, salah ruang, salah waktu, salah porsi, salah situasi, dan untuk mengatasinya harus bergerak, jangan begitu lagi, pindah, move, move on.


Pain and suffering are always inevitable for a large intelligence and a deep heart. The really great men must, I think, have great sadness on earth.”


― Fyodor Dostoevsky, Crime and Punishment


Manusia gak lepas dari penderitaan, ya gimana emang bumi adalah rumah duka dan kita tinggal di dalamnya. Cuma mungkin aku sekarang harus banyak refleksi, kadang-kadang rasa gak nyaman itu lahir karena kita yang gak mau berubah, karena ada kekakuan hati kita, sementara lingkungan sekeliling kita sudah berubah, akhirnya kita jadi terasing dalam hidup kita sendiri dan merasa ga nyaman, kayak tersiksa, jadi gak gembira.


Jadi aku sekarang nyoba buat berhenti, gak melawan perubahan, coba ngerangkul perubahan, coba meluaskan biar gak gelisah lagi.  Semoga Allah terima dan dimaafkan segala kekurangan kita.