Anak tunggal penuh kesibukan itu menemui orang lain yang sama sibuk dengannya. Hanya beda tempat, ia di belakang layar bersama hal-hal remeh yg hampir tidak ada orang peduli kecuali mereka yg di belakang layar juga. Sedangkan mereka ada di depan layar bersama lampu-lampu sorot yang siap menangkap moment setiap detik pergerakan.
Ditengah kebingunganku hendak kemana tubuh yang jiwanya sedang rentan kekurangan iman ini, mereka menemukanku. 13 orang dengan berbagai kejahilan, spontanitas, tawa, dan semangat pantang menyerahnya mengetuk pelan-pelan. Hai? Kamu baik-baik saja?
Mereka sama sibuknya denganku, tapi tidak pernah terlalu sibuk untuk satu sama lain. Beda sekali ya, ketika seseorang sudah tau letak akarnya dimana ia bisa tumbuh tinggi semaksimal mungkin. Buatku yang bahkan masih merasa tidak punya akar, untuk tumbuh... rasanya terlalu tinggi. terlalu mustahil. terlalu jauh angan-angan.
Jika aku nanti sudah menemukan akarku, mungkin di hari saat aku menyadarinya, di hari itu pula aku akan menulis lagi untuk 13 orang ini.
Selamat atas piala pertama dari panggung besar setelah perjuangan 12 tahun kalian. Sebagai pengembara, aku turut berbangga.