Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

[Review Buku] Al Ghazali : Mendaki Tanjakan Ilmu Dan Tobat

Minggu, 29 November 2020


"Tuntutlah ilmu, tetapi jangan lupakan ibadah. Dan kerjakan ibadah, tetapi tidak boleh melupakan ilmu." 

-Imam Al-Hasan Al-Basri


Membaca buku ini seperti diberikan peta dan kompas ketika berjalan di hutan: menenangkan hati serta memberi informasi.


Terkadang, ketika menghadapi apa yang terjadi, seringnya buru-buru mencari solusi. Rusuh, maunya hal yang kurang berkenan dihati segera hilang dan terganti rasa aman kembali. Udah ibadah tapi kok masih berat ya? Rasanya kok tetep nyesek gitu ya? Gak tahu, harus bagaimana atau dimulai dari mana? Apa ya yang salah ya?


Nah, dari buku tulisan K.H. R. Abdullah bin Nuh (Diterjemahkan dari buku Minhaj Al-Abidin) ini, jalan ibadah yang ditempuh kita sebagai seorang hamba terdiri dari tanjakan-tanjakan yang tidak mudah untuk dilalui. Perjalanannya melelahkan dan jauh, belum lagi rintangan dan lawannya sangat banyak, sedikit teman dan penolongnya, serta samar-samar tempat bahayanya. Melalui buku ini pula, diperkenalkanlah tanjakan ilmu dan makrifat sebagai tanjakan pertama yang harus dilalui untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.


Buku yang di tulis oleh Imam Al Ghazali sangatlah banyak. Dalam buku ini diperkenalkan Tanjakan lain setelah Tanjakan Ilmu, ada Tanjakan Tobat, lalu jika bisa melewatinya, akan ada Tanjakan Penghalang (4 halangan yang dimaksud adalah: dunia, makhluk, setan, dan nafsu), setelah bisa melaluinya dengan susah payah, masih ada Tanjakan lagi bernama Godaan (4 rintangan/godaan yang dimaksud: Rezeki, Bahaya-bahaya, Macam-macam kepayahan dan musibah, Macam-macam Takdir Allah), masih belum selesai karena ada Tanjakan Pendorong (yakni lalai, lemas, malas, lesu, maunya tidak bekerja) dan butuh pendamping untuk melalui tanjakan ini agar bisa menegur nafsunya. Masih belum usai karena masih ada Tanjakan Pembuat Cacat (yakni ujub: sombong/kagum diri, dan riya'). Nyatanya, masih panjang perjalanan menuju bahagia yang kekal abadi itu, karena setelah bisa melewati tanjakan tadi atas seizin Allah, masih ada tanjakan berikutnya yakni Tanjakan Puji dan Syukur.


Masih banyak yang dibahas dalam buku ini yang bisa membuat diri ini berkaca, sudah sampai tanjakan mana untuk menjadi seorang hamba yang beriman. Bagiku ini buku yang bagus untuk dibaca berulang kali agar tidak lupa bahwasanya kita adalah makhluk ciptaan-Nya, bukan Tuhan Yang Maha Mencipta. Jadi jangan suka sotoy alias sok tahu sama apa yang terjadi. Bisa jadi kan, hal yang kita suka sesungguhnya mendatangkan keburukan untuk diri dan agama, biarlah Allah yang mengatur jalan ceritanya, kita jalani saja sambil banyak-banyak meminta pertolongan-Nya. Semoga taufik, rahmat dan hidayah Allah bisa tercurahkan untuk kita semua.


Banyak nasehat yang tertulis dalam buku ini, beberapa diantaranya yang paling aku suka :

  1. "Kadang-kadang, berbantah-bantahan itu hanya memperebutkan hal-hal yang tak ada gunanya"
  2. "Setiap orang yang meninggalkan apa yang dicintainya tentu akan sedih."
  3. "Jika kamu tidak mengetahui semua itu, mana mungkin kamu bisa menjalankan ketaatan? Apakah taat itu? Bagaimana cara mengerjakannya?"
  4. "Tiap-tiap muslim wajib mengaji ilmu fiqih, hukum-hukum, dan syarat-syaratnya, agar dapat menjalankannya dengan sebenar-benarnya"
  5. "Ibadah batin ialah amal-amal yang dilakukan hati. kamu harus mengetahui dan mengajinya"
  6. "Kita harus ridha menerima apa yang ditakdirkan Allah SWT. Kita jangan menentang"
  7. "Kamu harus tahu apa saja pekerjaan hati yang dilarang"
  8. "Makrifat harus mengenal 4 perkara; mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, mengenal dunia, mengenal akhirat"
  9. "Beramal tanpa ilmu lebih banyak rusaknya daripada benarnya"
  10. "Manusia itu matinya, tergantung bagaimana hidupnya. Begitu hidupnya, begitu pula matinya, begitu pula bangkitnya dari kubur."


Untuk lebih lengkapnya, silakan baca buku ini tersedia di Google Playbook (versi e-book) atau bisa di beli secara online dan toko buku lainnya.


Detail Buku

Judul              : Minhâj Al-Abidin, Mendaki Tanjakan Ilmu & TobatA, l-Imam Abu Hamid Al-Ghazali

Penulis           : K.H. R. Abdullah bin Nuh (Diterjemahkan dari buku Minhaj Al-Abidin) 

Tahun Terbit : 2014

Penerbit        : Penerbit Mizan, Jakarta Selatan 


Sebagai penutup, kuberikan kutipan dari buku ini pula yang paling-paling favorit:

"Karena apapun selain Allah, ada permulaan dan ada akhirnya."


 

 


Belajar Konsisten Lewat Food Preparation

Minggu, 20 September 2020



Katanya,
Kunci kesuksesan adalah konsistensi.

Sebagai penikmat Lagu Bondan n F2B: hidup berawal dari mimpi, ya benar aku harus konsisten untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sesederhana hari ini mau jajan roti bakar, atau bisa telepon orang yang ingin di telepon, kan kalau nggak dapat apa yang diinginkan nanti kecewa.

Tapi konsisten itu apa sih, memangnya kalau berjuang sekuat tenaga, bisa terjamin jadi sukses?

Kan, belum tentu. 

Belum lagi standar kesuksesan di masyarakat sedikit banyak jadi beban, khususnya untuk perempuan sepertiku gini. 



Perempuan harus bisa masak!
Perempuan harus bisa beres-beres rumah!
Perempuan harus bisa atur uang!



Aku di rumah nggak pernah ada kewajiban masak atau beres-beres, uang saku juga nggak dijatah soalnya jarang minta kali ya, jadinya pas lihat sosial media isinya begitu jujur jadi frustasi. Sosial media bikin aku jadi aware ada ya orang yang dicekoki dengan doktrin masyarakat kayak gitu, sampai mikir Ini siapa yang mencetuskan pertama aturan kayak gitu sih?  karena melihat ibuku sendiri jarang melakukan tiga hal diatas (kalau lagi mau dan terdesak sih pasti dilakukan) dan gak pernah dituntut untuk bisa semua itu, rasanya aturan masyarakat kayak gitu jadi sekadar aturan kebanyakan orang doang, bukan sesuatu yang saklek untuk diikuti.


Tapi intinya bukan itu, sebab mau cerita tentang food preparation sebagai langkah awal untuk jadi orang konsisten, orang istiqomah. 

Aku paham konsisten itu susah, dan gak tahu mulai dari mana. 

Jadi yang bisa kulakukan cuma mencoba, dan mengingat-ingat apa yang benar-benar disukai dari seorang anak perempuan tunggal ini. Soalnya tuh, selama ini lebih mudah mengingat kesukaan orang lain daripada kesukaan diri sendiri. Lebih mudah menghapal kebiasaan orang lain, daripada menghapal kebiasaan sendiri. Ya karena kita bisa lihat orang lain dengan mata, sedangkan kita nggak bisa lihat diri kita pakai mata. Bisanya pakai mata batin atau memori di otak. 


Food preparation bahasa Indonesia nya apa ya hmm (aku nggak tahu padanan kata nya apa, mungkin nanti tanya Uda Ivan Lanin dulu ya) intinya food preparation itu cara untuk menyiapkan bahan makanan jadi siap masak. Ini siap masak bukan udah dimasak ya, hahaha itu beda lagi. Pokoknya nih, bahan baku mentah macam buah, sayur, daging, ikan, cabai, bawang, dan lainnya dibersihkan, atau dikupas, atau dipotong, atau dimarinasi supaya ketika mau masak langsung sreeengg.



Mumpung kemarin belanja, jadi cekrik dulu sebelum masuk kulkas


Pandemi buatku jadi momentum di mana memang ini tuh benar-benar waktunya mencintai dan mengenal diri lebih dalam lagi. Belajar self love, increase skill, self development, and so on until you enjoy with yourself. 

Terus ternyata konsisten masak aja ada naik turunnya! Apalagi nulis!

Apakah kamu tahu ternyata perlu banyak akal biar bisa mengatur barang belanjaan untuk disimpan dalam beberapa wadah kedap udara dan merapikannya ke dalam kulkas?

Pokoknya food preparation itu entah gimana caranya biar semua bahan makanan bisa awet dan tertata biar lebih mudah masaknya. Semua bahan makanan dikelompokkan sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan
Kalau ikan ya disatukan dengan jenis ikan yang sama, kalau cabai ya masuk ke kotak cabai tidak lupa kotaknya diberi lapisan tisu. Kalau sayur atau buah ya dipotong kecil-kecil, dan lainnya.




Buahnya di potong juga dong biar langsung hap!



Kalau kamu pikir itu mudah, ya memang mudah. Tapi ribeeeettt kalau kamu lagi malas. :) ibuku aja nggak mau foodprep karena katanya repot. 

Terima kasih kepada pandemi karena menuntutku dan semua orang di kos untuk bisa foodprep karena nggak bisa keluar dengan leluasa. Stok teruuusss! Pokoknya keluar cuma seminggu sekali buat belanja di pasar.

Berhubung di kos cuma ada sedikit orang, dan ada kulkas, jadilah belanjanya patungan. Split bill kalau bahasa Inggris mah. Sekali belanja habis sekitar 200 ribu, tapi kan patungan jadi cukup bayar 40 ribu per orang. Kalau dihitung, uang makan sebulan cuma 120 ribu! Bisa makan ayam, makan ikan, sayur, buah, sampai snack micin atau wafer juga dengan dua lembar uang seratus ribuan.

Jadi berasa sultan tiap akhir bulan. Apa itu indomie dan promagh? Aku sih anak kos juga makan enak terus tiap hari :) 


Setelah kurang lebih dua bulan, yang artinya sudah 8 minggu melakukan ini, barulah sadar sebenarnya ini sudah dilakukan dari lama sama Vinni (kepoin instagramnya @vinnidptr deh) ya ampun! Jadi... Selama ini aku pikir cuma stok buah sayur tuh ya 'stok' namanya, gak ngeh kalau ini ada istilahnya 'food preparation'.

Dan hasil kesuksesan menjadi konsisten melakukan food preparation adalah uang makan bisa ditekan 70% bahkan lebih, dan bisa jajan yang lain, bahkan belanja buku dan premium akun gramedia digital sama netflix. 

Aku juga jadi punya konten untuk nulis karena merasa berhasil konsisten. Sebuah win win solution padahal baru konsisten di satu hal. Bayangkan kalau aku bisa konsisten di semua bidang yang ingin aku kejar... Wah selamat datang kesuksesan 😆😆😆

Masih banyak yang harus dilatih untuk bisa konsisten, aku paham. Tapi pelan-pelan saja ah, mau menikmati prosesnya. Kalau tiba-tiba jadi jago semua bidang, gak asik banget nanti gak punya teman. Hehe ngambis tapi santuy. 

Kalau kalian latihan konsistennya dari mana? Cerita dong sini... 

Konsisten VS Kemalasan

Rabu, 02 September 2020



Pertanyaan yang sejak zaman dahulu kala belum selesai dipecahkan adalah gimana ya biar konsisten ngerjain sesuatu?

Kayaknya aku tuh belum cocok ngobrolin konsistensi, ya orang diri sendiri sering oleng ngerjain sesuatu yang bukan jam nya. Tapi memang gak bahas dari hal itunya, justru mau bahas dari hal kemalasannya.

Setelah umur 20 tahun lewat, makin terasa sebenernya yang bikin hidup gini-gini aja tuh ya karena nggak punya goals. Sesederhana hari ini mau pergi ke A atau mau baca buku A sampai selesai aja nggak. Hidup beneran berasa mengalir aja, ada yang ngajak main ya ikut, kalau ga ada ya diem aja kayak ubi.

Terus pasca tsunami perasaan, baru deh tuh beneran di gaplok sama dunia. Bayangin 20 tahun tuh nggak punya sesuatu yang bisa dibanggain sebagai diri sendiri, terus clueless mau apa, bahkan mempertanyakan diri sendiri "sebenernya kamu siapa dan ngapain di dunia ini"

Ada untungnya juga ya punya gejolak asmara yang kandas, jadi bisa resetting diri sendiri. Kemalasan yang sudah jadi trademark mulai cari celah, biar tetep bisa mager produktif sambil pengembangan diri. Caranya? Nggak tahu hahaha Tuhan yang kasih petunjuk, tanganku gerak sendiri ngisi form dan jeng jeng jeng, terbang ke Bandung buat magang di studio komik. Terus diminta menggantikan content writer lama jadi sebelum lulus kuliah aku punya kerjaan freelance, pas lulus dapat interview di start-up buat jadi design grafis.

Terus konsistennya di mana?

Aku bisikin ya, konsisten itu nggak datang dalam sebulan, nggak juga datang setahun, apalagi semalam! Namanya latihan konsisten ya, coba trus gagal, coba lagi, gagal lagi, males lagi, coba lagi konsisten 3 hari, eh hari ke 6 udah males lagi. Tapi ya gitu aja, coba terus sampai nemu settingan yang pas.

Sebenernya dulu tuh punya prinsip untuk konsisten menjadi orang mager. 
Serius aku tuh nggak suka jadi rajin karena pasti diceng-cengin mulu haha, makanya enak jadi orang males gitu tau, nggak jadi spotlight, nggak jadi bahan omongan (eh ya kalau males banget mah malah jadi omongan sih), menghindari konflik banget lah pokoknya. Tapi sekarang, meskipun banyak mager tapi sudah merasa ada perubahan kok sedikit.

Nah, nanti kalau sudah beneran jadi orang yang konsisten, aku kasih tipsnya deh! 

Sedikit progres tetap progres, keep going. 


Menulis AU untuk terapi kebahagiaan





Selain es krim, coklat batangan, sama uang tunai, rasanya membaca cerita yang mengandung unsur halu tuh menyenangkan. 





Alternate Universe sendiri artinya dunia baru bagi sebuah tokoh (nyata maupun fiksi) untuk berada dalam cerita yang sama dengan cerita seharusnya. Hal ini membuat diriku yang kering akan romantic sensation jadi ketagihan untuk membacanya. Hahahaha. Gak juga sih, kayaknya memang dari zaman sekolah tuh suka banget baca FF (zamanku disebutnya ff lol so old yet, don't you?) Ya, karena setiap penulis punya situasi yang berbeda-beda, makanya asik banget baca AU alias Fanfiction (atau fiksi penggemar dalam bahasa Indonesia)!!! 

Aku sih pede banget genre ini nggak bakalan flop sepanjang zaman soalnya ini tuh kayak mengungkapkan perasaan ke orang yang nggak bisa terjangkau. Seolah-olah mereka yang jauh dari kita jadi sedekat kaus kaki dan sepatu bertali.

Untuk yang punya bias (sebutan untuk idola) menulis AU atau membacanya bisa mengobati kangen. Meskipun mereka cuma tahu kita bernapas as a fans, bukan sebagai diri kita secara personal, tetap aja kita tuh kangen sama mereka, kan? Terus juga sebagai internasional fans, kendala bahasa bikin kita nggak bisa ngomong

Eh aku tuh kangen banget sama kamu ngerti gak sih!?? Bisa gak sih, kamu jadi pacar aku aja? Plis? 

(ya ampun halu banget tapi sering ngomong gini kalau ada foto bias muncul di timeline hahahaha) 

Jadi ya beneran AU adalah jalan terbaik untuk semakin mencintai kefanaan. Tapi dibantah keras sama Andrea Hirata kok, beliau bilang fiksi adalah cara terbaik menceritakan fakta. Nggak heran kan, tulisan fiksi itu banyak unsur non-fiksi tapi kemasannya lebih luwes. 

Tokohnya fiksi, jalan cerita fiksi, tempat dan adegan fiksi, terus kita bisa galau mendadak karena tokohnya tiba-tiba meninggal (based on cerita Ilana Tan Love In Paris, nangis banget bete tokohnya sad ending) dan sampai kalau ada yang bahas dikit tentang paris langsung sensitif inget tokohnya.

Gila gak, kekuatan fiksi itu sebesar itu lho dampaknya? Terus yang masih meremehkan orang lain karena bacaannya buku fiksi, permisi... Apakah anda sudah bisa bikin luka dan tawa di hati manusia lain tanpa menyentuhnya seperti para pembuat cerita fiksi? 

Ya sudah lah, ga mau bahas itu lol. Lebih baik mencintai apa yang masih bisa dicintai. Tapiiiii, ya jangan berlebihan juga. Keseringan baca AU nggak baik bagi kesehatan pikiran, bakal cinta terus bucin. Trus lupa kalau cinta bisa bikin sakit hati walaupun bias nggak kenal sama kita. 


Setiap jatuh cinta selalu bertautan dengan jatuh sakit. 



Inget kata cu pat kay,

Beginilah Cinta, Deritanya Tiada Akhir.


Sembari menuangkan ide jadi cerita fiksi, jangan lupa yaa untuk riset supaya cerita fiksi nya jadi hidup dan sulit dilupakan. 





Khilaf di Big Bad Wolf

Kamis, 20 Agustus 2020

Twitter itu memang racun!!

Habis khilaf di BBW karena liat tweet orang habis beli buku Sleeping Beauty kan lagi promo tuh cuma 95 ribu dari dua ratus ribu sekian. Sisanya 17 ribu! Ya langsung cuss ke tokped dan checkout. Padahal jam 2 pagi lol yang lain mah tahajjud, ini malah checkout buku.

Sebenernya itu semua bukan buku incaran tapi kebeli karena khilaf aja, merasa punya uang dan udah lama ga beli buku (apalagi gak kemana-mana kan tuh, ya udah aja bye bye tabungan jalan-jalan kamu kepake lagi buat hal-hal begini gomen).

Semuanya datang dua hari setelah check out, jadi seneng banget punya bahan bacaan. Setahun ini beneran nggak baca buku apapun karena keenakan nonton netflix dan viu. Paling banter baca webtoon tapi nggak terlalu sering buka aplikasinya juga, malah sekarang suka banget bacain AU di twitter. Ide-nya lucu mana lebih gampang aja bacanya kayak dikirimin share chat gitu. Kalau kalian nanya aku baca AU tweet apa, banyak! Hahaha. Aku tuh baru tahu sekarang-sekarang kalau ada cerita versi AU tweets gitu, jadinya ketagihan. Wattpad aku gak keurus, tulisan juga nggak keurus, cuma nulis kerjaan doang ini tuh sama blogging ketika ada waktu kosong. Instagramku lumayan udah keisi sih, next posting mau review buku hasil khilaf ah.

Tunggu aku yaa bloggers, mau khusu' baca bukunya poirot dan walt disney dulu.

Ciao!

Nulis Bareng Tuh Apa dan Ngapain Aja Sih

Rabu, 17 Juni 2020

Halo...
Halo lagi, hehe. Kali ini rada sales promotion dulu, karena alhamdulillah keinginanku terwujud satu di umur 22 ini. Niatnya sih mau punya buku sendiri sebelum mencapai umur 25, awalnya maju mundur terus gara-gara isi kepalaku ini maunya punya buku dengan moral value yang 'wah' dan 'wow' tapi nggak tahu apaan hahaha. Tapi udahlah yang penting sekarang itu tetap sehat aja dulu guys, tulisan jelek akan berkembang jadi baik kalau berusaha. Oh, iya! Terima kasih atas pengalaman patah hati dan kehilangan, aku tuh ya duluuu selalu mendadak produktif kalau lagi galau. Makanya suka jadi banyak pengalaman karena banyak galaunya!!! Iya deh, makaseeehh buat kalian-kalian yang bikin diri ini termotivasi untuk bergerak karena nggak mau inget-inget kalian lagi :p ah, udahan ah latar belakang ceritanya segitu aja.

Awalnya tuh aku iseng, ya biasa namanya orang galau, sebanyak apapun kerjaannya jatohnya jadi gabut. Terus karena gabut, main sosmed. Ada tuh yang nawarin :

"Halo kak, kita lagi ngadain event nulis bareng nih, nanti tulisan kakak akan dibukukan lho. Klik xxxx.com untuk registrasi ya. Fee-nya sekian ya kak."

Gak pakai banyak mikir, ikutan aja. Dan ternyata langsung nulis cerpen gitu lho dikumpulkan baru dibahas bareng-bareng. Sedangkan aku yang waktu itu, mikirnya wah bakal punya buku sendiri. Hahaha kocak ya, salah kaprah.

Jadi sebenarnya apa sih nubar alias nulis bareng itu?
Nubar ini semacam event atau kegiatan yang dibuat oleh lembaga/kelompok tertentu untuk menjaring orang-orang dengan minat yang sama. Kalau menurutku, kegiatan nubar ini bagus banget untuk yang senang menulis supaya karyanya gak cuma di-save di komputer masing-masing. Bagus juga jadi punya kenalan teman-teman penulis lain, biar bisa sharing buku kesukaan, atau rekomendasi bacaan, atau siapa tahu kan ketemu soulmate karena satu grup kepenulisan? Hehe.

Kegiatan Nubar cuma nulis?
Sepengetahuan yang aku alami sendiri, kegiatan nubar yaa memang menulis. Menulis chat juga menulis hehe. Tapi, kalau memang yang mengadakan event nubar dari penerbit mayor (atau biasanya penerbit indie lebih sering mengadakan kegiatan semacam ini) mereka punya alur kegiatan yang nggak hanya menulis. Ada kelas-kelas dengan pembicara kenamaan seperti misalnya Author novel best seller dari penerbit tadi.

Ngapain sih nubar? Kan bisa nulis sendiri...
Banyak dari para penulis sudah punya rasa kepercayaan diri seperti ini. Bagus lho, jadi nggak mudah mlempem kalau ada yang bilang cerita kalian 'biasa aja' dan tetap produktif menulis. Sayangnya, banyak juga penulis yang gampang minder, ngerasa tulisannya lebay, jelek, aneh, dan lain-lain sampai nggak pede dengan karya sendiri. Padahal kan sayang, tulisan satu paragraf itu berharga lho!! Coba bayangkan kalau J.K. Rowling nggak membuat satu paragraf pertamanya, mana ada Harry Potter dan Hogwarts Universe di dunia ini??

Kalau mau ikut nubar, gimana sih?
Pertama-tama, yang perlu kamu lakukan adalah punya akun sosmed!! Kok harus punya sosmed sih? Aku nggak suka upload-upload foto!!! Nah, tenang. Aku juga nggak begitu suka upload foto apalagi foto muka hahaha entah kenapa rasanya aneh aja liat muka sendiri ada di timeline kecuali kalau fotonya bagus sih oke-oke aja haha. Eh ngelantur. Iya, pokoknya kamu harus punya akun sosmed (mau instagram atau twitter bebassss) supaya bisa follow akun-akun penerbit buku. Boleh akun besar seperti gramedia, elex, dan teman-temannya. Bisa juga follow penerbit indie seperti Ellunar, Haru, Spring, Katamedia dan lainya. Karena zamannya sudah canggih, biasanya para penerbit ini butuh ide-ide segar dari para penulis baru. Nah, disitulah kesempatan kamu untuk mencoba.

Ada keuntungan lain gak sih dari ikutan nubar?
OOOOO tentu banyak!
Kalau dulu aku nggak ikutan nubar, aku gak bakal kenal dengan orang-orang penerbitan. Nggak kenal dengan penulis-penulis kece yang sekarang sudah pada dilirik penerbit mayor. Tentunya sebagai golongan orang-orang fresh grad (padahal sudah lulus dari tahun kemarin), untuk memperbaharui CV ini bagus banget! Apalagi kalau mau berkarir didunia kepenulisan seperti content writing, penulis naskah film, UI/UX Writer, dan sebangsanya, hal ini baguuuuuuuuuuuusss banget buat nambah pengalaman kamu.

Hmm... Mau nanya tapi bingung...
Yak, kalau bingung boleh tanya-tanya via dm instagram ke @pedemenulis ya! Boleh juga sekalian follow instagramnya, karena setiap weekend, bakal ada postingan materi disana. Oke?



@pedemenulis


Mau Nulis Apa?

Senin, 08 Juni 2020
Punya niat udah, terus... apa? Ngapain dulu? Harus gimana?

Setelah dua tahun lamanya vakum menulis di blog, akhirnya dapat hidayah untuk kembali ke jalan yang itu-itu saja. Kayaknya emang gak jodoh sama dunia ilustrasi dan sebangsanya. Beneran deh, dua tahun ini belajar ini itu tapi ujung-ujungnya nulis lagi... nulis lagi....

Mau berterima-kasih dulu untuk masa lalu yang tanpamu mana sudi aku kembali menulis. Filsuf itu jadi pemikir karena hidupnya susah, penulis kurang lebih sama-lah ya. Sama-sama kurang beruntung dalam satu hal terus mikirin sampai jadi filsuf. Ya, itu sih menurutku. Jadi yaudahlah ya. Pokoknya terima kasih sudah membuka jalan untuk masuk ke dunia kepenulisan. 2 Tahun punya pacar bukannya bahagia malah produktif nulis buku saking stresnya hahaha. Aduh ... males banget deh kalau diinget-inget yang itunya mah, yang penting sekarang sudah punya arah dan tujuan. No more galau! Ya, kalau galau juga bukan karena orang deh sekarang tuh, udah beda.

Nah, dipikir lagi hari ini genap semua ya?

8.6.20

kalau dijumlah jadi 15.20 tapi pas nulis tadi sih jam 19:15. Duh apa sih, nggak penting banget ya? Tapi ya buat jadi memori aja, siapa tahu 5 tahun ke depan sudah gak blogspot lagi, atau minimal blog ini jadi memorial post buat seru-seruan sambil mengingat tahun covid.

Balik lagi, sebenarnya mau ngepost apa sih kalau sudah sekian lama?

Nah, itu. Kadang aku sendiri nggak tahu mau bawain value atau nilai apa yang biar orang-orang yang aku kenal tuh jadi manfaat. Jujur aja dari zaman kuliah juga sering banget dikasih masukan sama dosen kurang lebih intinya mau gimanapun bagusnya desain, yang penting impact! Value! Nilai! nah loh. Berkali-kali dikasih tahu, tapi teteuppp apa sih yang mau kita bagi? Dampak positif dari sisi mana? Kan banyak? Pusing.

Jadi gini aja deh, selama ini kalau bingung, aku tuh biasanya melakukan hal berikut ini:


Mindmap itu seperti stabilo di buku tulis, bikin kita ngeliat highlight dan lebih bisa mengurutkan sesuai kelompoknya. Bagiku mindmap berguna banget biar bisa organize thought, jadi tahu apa dulu yang dibutuhkan biar kerjaan ini clear, paham harus begini dan begitu sebelum bisa ini dan itu. Mindmap bisa dibuat di sembarang tempat. Mau kertas bekas, mau halaman belakang buku, bebas! Selama itu bisa membuat kepala lebih ringan dan terstruktur, ya tulis aja. Tulis sampai bagian-bagian terbikin insecure, pokoknya biar pikiran lebih tenang tuh kita harus paham ketakutan diri sendiri. Jadi, bisa antisipasi ketika ada ancaman yang membuat diri sendiri ketakutan.

Saking bebasnya, mindmap ini bisa kamu bikin pakai poin-poin, mau dikasih warna-warna, atau apa deh terserah. Sesukamu.

Aku dari sekolah dulu, nggak pernah bisa bikin catatan yang rapi dan terstruktur kayak scrapbook ala-ala gitu. Padahal lucuww tapi ya Allah... bukannya ngerti, yang ada aku malah pusing karena nggak terorganisir sesuai dengan tempatnya. Entah terlalu rapi, terlalu banyak teks, lalalili pokoknya malah pusing baca catatan pelajaran yang rapi-rapi.  Makanya, kalau ada yang bikin pakai poin-poin pas jawab soal essay, itu pasti aku hahaha.

Terus, kalau udah punya mindmap, apa??


Jujur, ketika nulis postingan blog ini, aku bahkan nggak tahu mau nulis apa. Mindmap yang aku bikin isinya self thought kerjaan yang masyaallah, hmmm banget pokoknya dah. Terus pas ngetik... nggak tahu udah poin ke dua aja. Mungkin kebiasaan nulis di web sebelah pakai poin-poin juga, jadi udah habit. Kalau yang belum biasa nulis, mungkin kalian tinggal tulis aja kata-kata yang lagi kalian suka. Kayak...

Everything is impossible until someone make it possible. -Rotasi Revolusi
Aku lagi suka banget sama bukunya Kak Troia nih, judulnya Rotasi dan Revolusi. Ini buku wattpad yang cukup bagus menurutku, nggak kayak romance wattpad yang badboy ketemu cewek baik dan berubah jadi cowo baik-baik, cuih. 

Yaa, bebas mau curhat atau gimana isinya mah, yang penting nulis dulu. Biar apa? Biar terbiasa. Iya deh bahasanya kaku, atau setengah formal setengah informal, ga konsisten pakai aku apa gue, atau segala keluhan orang-orang yang bingung mau nulis apa, intinya TULIS AJA DULU EUY JANGAN RIWEUH SAMA TEKNIS.

Kalau nggak enak dibaca, ya biarin aja. Namanya juga pemula, jam terbang masih nol. Dua jam di depan laptop cuma bisa nulis satu paragraf, 200 kata juga nggak apa-apa. Save dulu aja, mau di post langsung juga boleh. Atau ngumpulin 200 kata sehari, besoknya nulis lagi 200 kata, pas udah 600 kata di post, juga nggak apa-apa.

Kita tuh belajar sampai liang lahat, jangan takut kalau lagi belajar nulis terus lambat dan tulisannya masih nggak enak dibaca (aku juga tulisannya jelek tapi pede aja dulu ah nulis di blog. Kalau malu-malu terus kapan bisa sampai Eropa coba?)

Nah, terus abis nulis ngapain.

Ya...... ngapain lagi? Nulis aja dulu. Tulis apapun, kalau ada yang aneh, perbaiki. Kurang baku? Pelajari lagi sesuai PUEBI. Kurang komedi? Tambah dialog lucu. Pokoknya berkembang sesuai dengan yang kita mau. Jangan dibikin pusing. Kita nulis untuk siapa sih, selain buat diri sendiri. Bagus kalau memang bermanfaat buat orang lain, tapi kalau belum bisa bermanfaat, setidaknya kita sudah lebih baik dari diri kita yang kemarin masih mager-mageran.

Nah, segitu dulu yaaa.

Semoga memberi inspirasi dan semangat buat para teman-teman yang mau menyelami dunia kepenulisan ini. Semangat!







Self Improvement Years

Sabtu, 06 Juni 2020
Pagi,
ini cerita pertama di tahun 2020 setelah pasang surut ombak di lautan, nyobain hal lain, belajar ini itu, pergi ke sana dan ke sini (tapi ga jauh-jauh kan gue orangnya mageran), cuma tetep aja balik lagi ke nulis. Berasa jadi safe zone, deh.

Awal tahun 2020 itu optimis this years will be my years, soalnya udah wisuda, udah dapet ijazah, udah punya kerjaan yang pake sistem gaji (biasanya kerja serabutan hahaha), alhamdulillah merasa udah cukup meskipun banyak banget kurangnya mah.

Masuk ke bulan februari baru deh kacau dunia ini penuh isu virus dan berujung pada permasalah kesehatan dan ekonomi. Gue sendiri gak punya pandangan secara khusus terkait ini dan memilih nurut aja sama pemerintah. Mau apapun itu keputusannya (anaknya tuh careless banget maaf). Apalagi masih masa transisi di mana gue pengen banget liburan tapi kerjaan ga ada abisnya banget, udah gitu kayak... duit tabungan kepake hal-hal ga penting mulu (ga yakin tiket konser itu penting atau ga tapi karena band favorit keburu khilaf beli), sampai akhirnya berbulan-bulan begini terus kondisinya gak jela bikin ngerasa useless banget hidup. Ga bermanfaat banget, berasa gini-gini aja.

Jujur, gue kira part paling menyedihkan itu udah kelewat di tahun 2019. Dampak mental karena kecewa tuh udah paling worst menurut diri sendiri di tahun itu, udah cukup super sedih sambil nangis-nangis sambil menyelesaikan skripsi juga dan sambil ambil kerjaan nulis freelance. Ya sibuk banget, sumpah tahun 2019 tuh berasa tombol F4 di the sims alias fast forward banget. Banyak sedihnya tapi lebih banyak bersyukurnya. Jadi ngerasa di tahun 2020 tuh bisa lebih maju dan bahkan memulai lagi apa yang pernah di skip karena banyak alasan. EH TAUNYA ENGGAK DONG. Si Koronamaru ini ujug-ujug datang bikin semua rencana dan angan-angan berasa angin semata, terasa ada tapi tidak ada wujudnya. 

Wacana nonton konser, postponed. Trip, cancel. Belajar naik mobil, cancel. Mau punya sim, cancel. 

Tapi yang bikin stress bukan semua hal itu ke-cancel. Gue bukan tipe orang perfeksionis yang bikin to do list naninu dan kalau ga dilakukan bakal sedih ternyata hahaha (baru sadar kalau selama ini hidup gak pernah terjadwal dengan disiplin, dan memilih hidup kemana arah angin mengggiring saja setelah WFH 3 bulan lamanya). Justru gue stres tuh karena kegiatan gue gak ada yang seru, gitu-gitu doang, ga asik, ga menantang, dan gue boseeeennnn banget mengurung di dalam ruangan mulu. Stress.

Padahal dari kecil emang anak rumahan, tapi bisa stress di rumah mulu ya umur segini.

Jadi mini riset gue beberapa bulan belakangan adalah :
1. Kerjaan ga tau waktu, berasa 24/7 kerja mulu woy yailah kagak pernah ngepel sama beres-beres sampe stres. 
2. Bersihin kamar itu menyenangkan apalagi sambil nyetel musik (mohon maaf kalau penganut musik itu haram, punten saya ngeberisikin kalian yah. semoga Allah maafin kita semua)
3. Kebanyakan nonton karena gak ngerti mau ngapain lagi kalau ada sedikit waktu luang dari kerjaan.

3 Bulan terakhir ini banyak merenung sama ngehalu (efek kebanyakan nonton) sih, sampai demam Thailand gue dan rela-rela buang kuota buat belajar speaking in thai di youtube tau, meskipun cuma bisa beberapa kata doang yang diinget hahaha. Makanya kayak useless banget. Mana di rumah tuh pada cuek-cuek semua ya. Makin aja gue mojok di kamar alone sambil pasang headset nonton Thai-series.

Belajar dari ketidakbergunaan itulah akhirnya, gue ambil kelas Bahasa Arab. LAH KOCAK BANGET KATANYA DEMAM THAILAND??!!! Itulah gue kadang anginnya kenceng banget, kadang ga ada anginnya. Hahaha. Mau sih belajar Thai, tapi ngeliat kemampuan nulis Bahasa Indonesia aja masih sering kachaw jadi mending gue belajar bahasa sendiri dulu dah. Sama kalau Arabic kan bakal lebih sering dipakai ketimbang Thai. 

Baru belajar Fi'il, Isim, sama Huruf lagi setelah lulus madrasah pas mau SMP gitu. Perasaan pernah belajar, tapi itu pas madrasah yang kayaknya udah puluhan tahun lalu. Ohhooo tidak lupa belajar bahasa inggris juga, karena berpikiran kalau new normal udah bisa normal bakal ambil tes TOEFL, ada niat juga buat daftar-daftar apa kek gitu ya, niatnya sih mau lanjut studi kalau ada yang mau sponsorin :) kalau gak ada ya mau cari sponsoran dulu.

Gue belajar bahasa lagi, belajar mewarnai (ini serius bgt soalnya pas matkul visual dapet nilai C dan emang gue bloon bgt aja sih ga ngerti apa itu rasa apa itu visualisasi hahahaha), gue ga belajar masak kayak orang-orang di sosmed tuh emang karena mager dan ga gitu suka makan (makan aja ga suka palagi masak hahaha) berkebun juga gak gue lakuin (karena siang malem revisi desain mulu gua cuy ga ada liat sunset sunrise, lampu 24/7), skill gue ada di jari alias bisanya main komputer, nulis, galau hahaha dah lah memang hidup gue rasanya agak ga guna, sejak itulah timbul keinginan untuk bikin sesuatu yang agak bermanfaat seperti misalnya posting di instagram dgn tema-tema universal, terus bikin es krim di rumah, kegiatan sehari-hari setelah bangun pagi dan sholat ya nonton, makan nasi kuning mba-mba yang lewat di depan rumah, buka laptop, kerja, tutup laptop, baca buku, nulis, nonton lagi, gitu aja udah.

Meskipun kayak skip years, tapi kalau gue pikir lagi ini tuh malah tahun terbonus dalam hidup sih. Kapan lagi coba kalender jadi merah semua berbulan-bulan? Bikin kita jadi lebih aware sama batas-batas kelebihan dan kekurangan sendiri, bikin mikir kita tuh maunya apa sih dan dari kesadaran itulah yang bikin kita semangat hidup dari hari  ke hari.

Ah ya, kayaknya ini blog jadi tempat curhat aja deh. Mau ada yang baca oke, gak ada ya udah gapapa. Semoga 2020 beneran jadi tahun untuk pengembangan diri, jadi di tahun selanjutnya, gue lebih siap sama banyak hal baru dan menyenangkan lain.

Jangan lupa cuci tangan!