Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Saktinya Sebuah Permintaan Maaf

Minggu, 22 Januari 2023

Jangan menganggap diamnya seseorang sebagai sikap sombongnya, bisa jadi dia sedang sibuk bertengkar dengan dirinya sendiri. – Ali bin Abi Thalib


Januari hampir habis di tahun 2023. Masih di kota yang sama seperti tahun sebelumnya. Namun kali ini beban yang dibawa jauh lebih ringan. Ada satu benang kusut yang akhirnya terlepas hingga lega itu mulai bisa dirasakan. Allah Maha Mengetahui, hal terbesar dalam hidup yang kusembunyikan hampir seumur hidup dan ingin kutuntaskan di akhir tahun lalu terwujud lewat perantara bos papa dan bos mama di moment malam pergantian tahun.


Harusnya kuceritakan Desember 2022 kemarin. Tapi aku bukan orang yang cepat menangkap hikmah di balik kisah, maka baru kutuliskan hal yang berlalu Desember itu di hari ini.


Aku yakin 1000% (lebay tapi biar :p) kalau permasalahanku selama dan sejauh ini timbul karena sebagian besarnya terpengaruh oleh orang tua. Ada suatu kemarahan yang kemudian dipendam hingga bom waktu meledakkan isi didalamnya. Apapun yang kulakukan hingga saat ini, semua pasti ada kaitannya dengan orang tua. Bahkan secara tidak sadar, pilihan-pilihan yang kubuat semua berdasarkan pada kemauan orang tua.


Alih-alih berbakti, aku lebih suka menyebutnya dengan kebencian terselubung.


Aku mengikuti semua pilihan itu sambil terus mengomel dalam hati, kapan aku bisa bebas dari semua ini? Lantas ketika pilihan bebas ada di depan mata, bingung dan gagu harus bereaksi seperti apa. Karena sudah sejak lama menyabotase diri. Sudah terlalu lama merantai kaki sendiri. 


Kalau nonton One Piece, ada tokoh namanya Yamato, nah aku seperti dia pas awal-awal muncul dengan borgol di kaki dan tangannya. Biar kuceritakan dikit, Yamato ini anak dari bajak laut terkuat bernama Kaido. Tapi Yamato benci ayahnya yang kejam, ia selalu berusaha melarikan diri dari pulau milik ayahnya. Sebagai yang terkuat, tentunya Kaido punya cara supaya anak laki-laki keturunannya ini gak kabur dong. Nah, Yamato ini tangan dan kakinya dipasang borgol yang bakal meledak jika dia mengembara jauh dari pulau. Sebenernya, sebelum 'disadarkan' sama Luffi and the crew, Yamato selalu berpikir untuk bisa lepas dari cengraman ayahnya dan terus nyalahin si borgol (meskipun dia kabur dan itu borgol meledak ya) daaann pas udah lepas dari borgol pun dia masih kayak yang terikat dengan ledakan borgol itu. Sampai pada akhirnya dia sadar kalau selama ini yang ngeborgol itu bukan cuma perkara alatnya tapi pikirannya sendiri yang gak mau berusaha buat bener-bener lepas dan fokus ketujuan dia yaitu jadi seorang pendekar bukan seperti Kaido, bajak laut kejam. 


Kisahnya Yamato di One Piece ini bener-bener mirip denganku, dan kalau dipikirkan pelan-pelan... Padahal sejak awal tidak ada yang memaksa kehendak buatku. Orang tua hanya memberi saran, apa yang baik menurut kacamata mereka sebagai orang yang sudah melalui asam garam kehidupan. Aku yang bisa memutuskan apa yang aku mau lakukan. Tapi selalu 'menyalahkan' mereka, apalagi ketika sedang tidak berjalan sesuai rencana.


Aku tahu akar pahitnya berasal dari mana, dan yang kuinginkan untuk berdamai dengan masa lalu adalah sebuah permintaan maaf. Sepanjang tahun 2022, yang kusisipkan adalah aku ingin selesai dengan diriku di tahun ini. Allah Maha Mendengar, bahkan bisikan yang tidak terucap secara lisan maupun tulisan.


Akhir tahun dan kegiatan kantor adalah outing camp, atau mahasiswa yang ikut UKM biasa menyebutnya dengan Makrab (malam keakraban). Acaranya tentu saja main games, makan-makan, haha hihi no kerja kerja klub. Awalnya hepi, terus pas sesi muhasabah (perenungan) itu aku disuruh nulis hal yang aku kecewa, kegagalan, dan apapun yg mengikat dan jadi beban. Aku nulisnya paling lama, soalnya sumpah ya sedih banget nulis hal yang pahit gitu kayak ditarik ke masa sedih itu dan ngeliat jelas kepahitan itu juga. Kayak aku tuh capek sama kesedihan ini, tapi gak berani lepasin kesedihan itu soalnya ntar jadi kosong. Nah, tapi karena ini harus ditulis jadi mau gak mau aku harus nulis yang pahit-pahit. Tapi well, ternyata meskipun keberanian nulis itu ternyata harus ada pendorongnya (kali ini bos papa jadi pemantik nyali) pada akhirnya itu semua tulisan yang bikin nangis harus dibakar. Simbol kalau aku harus bisa lepas dari rantai pahit itu. Pas kertasnya kebakar tuh hati aku kayak diremas gitu loh, nangis lagi dah pokoknya (T-T).


Kukira sudah cukup ya acara nangisnya. Ohhoo ternyata tidak.


Bos papa dan bos mama kasih surprise. Malam hari itu kita dibikin bombai dengan pemberian amplop untuk masing-masing karyawan. Yang ternyata isinya surat cinta dari orang tua.


Aku dapat dua amplop.





Sebelumnya, aku dapat bocoran dari ayah ibu kalau bos papa kirim pesan ke mereka. Tapi gak tahu pesan apa yang bos papa kirim, kalau ditanya juga jawabannya malah lawak. Jadi kukira hanya pemberitahuan kayak semacam izin ke ortu kalau kami-kami ini sbg karyawan bakal ada kegiatan 3D2N yang lokasinya jauh dari Jakarta. 


Balik lagi ke amplop.


Dua amplop ini ternyata dari ayah dan ibu. Kebetulan, amplop pertama yang kubuka adalah dari ayah. Belum apa-apa aku udah nangis. Gak kuat. Mata aku panas, mau nangis tapi malu jadi memilih buat mojok di meja dapur baca suratnya, gak lagi ngumpul di ruang tengah sama temen-temen lain. Dan memang bos papa kasih kesempatan kita buat baca suratnya dimanapun kita mau (udah di brief kalau sudah selesai baca silakan telfon orang tua masing-masing).


Aku tuh selalu suka kalau ayah dan ibu kirim paket. Mereka selalu kasih tulisan kepada yang tercinta (ytc) ananda ..... (isi namaku). Makanya kontak ortu jadi kukasih nama ; ayahanda dan ibunda, karena aku ananda hehoheho:) Makanya pas baca surat dari ayah, belum apa-apa aku jadi kayak sedih dan terharu. Sampai mata panas dan gak tahu udah nangis berapa liter ini tuh ya.


Sebuah permintaan maaf dalam bentuk surat itu mencairkan gunung es. Hal-hal yang ingin kudengar, tersampaikan lewat tulisan. Perwujudan do'a dalam versi terbaik yang pernah kudapatkan. Memang aku belum pernah kecewa berdoa pada-Mu, dan Engkau yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah tentu tahu posisiku bagaimana dan apa yang kukhawatirkan.  Aku setelah membaca surat-surat itu jadi tergerak, oh begini cara pandang mereka kepadaku toh ternyata ☺️. Kukira karena tidak pernah disuarakan, aku merasa jadi anak yang tidak baik buat mereka. Tapi itu ternyata salah besar. Itu hanya ada dalam kepalaku. Skenario yang aku karang sendiri dan kupercayai. 


Lantas aku jadi berpikir, sebuah maaf itu kekuatannya besar sekali. Bisa menggerakkan banyak hal termasuk rasa kasih dan sayang. 


Allah menjadikan kondisiku seperti ini, dengan orang tua yang seperti itu, dan itu semua kini bisa kuterima perlahan-lahan. Tidak lagi menuntut diri sendiri sebagai si paling sempurna, tidak juga menjadikan orangtuaku sebagai alasan luka. Rencana Allah adalah yang terbaik, meskipun kesulitan berada di tempat ini, tapi Allah memberikan apa yang kubutuhkan; seorang pemantik nyali dan permintaan maaf. 


“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” 

(Q.S. Al Baqarah:30)


Allah adalah sebaik-baiknya pemberi, Allah-lah yang memberikan kebutuhanku, mencukupiku, bukan sekadar yang kita inginkan. Dari serangkaian episode ini, yang bisa kutangkap adalah jika ada keinginanku yang tak bisa dimiliki, aku belajar ikhlas. Jika ada cita-cita yang tak terwujud, aku bisa belajar sabar. Jika ada doa yang ingin dikabulkan, aku belajar ikhtiar.


Semoga dengan ini, aku bisa maju ke fase kehidupan lain. Sudah bukan lagi waktunya untuk mengubek-ubek apa yang sudah lewat di masa lalu. Aku vs aku perlahan berdamai. Allah Yang Maha Mengetahui, semoga apa-apa yang didoakan bisa diikhtiarkan maksimal dan mendapat hasil sesuai ridho-Nya.


Aamiin.



Barakallahu fiikum. ❤️