Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Untuk Siapa

Senin, 13 September 2021

Jadi setelah pengakuannya, ada beberapa hal yang membuatku berpikir ulang tentang menulis di blog:

1. Apakah ini adalah benar jadi media persembunyianku sedangkan blog yang kutulis artikelnya ini dipublikasi secara masif bahkan dipajang pada bio sosmed

2. Apakah ada manfaat untuk, minimal diriku sendiri ketika membaca ulang, dan tidak menjadikanku ujub atau jumawa ketika ada orang lain yang membaca

3. Apakah tulisanku menyakiti hati seseorang dan malah membuka aib sendiri secara tanpa sadar, hingga membiarkan orang lain masuk dan memberi celah untuk mereka mendekati dan bersimpati


Bagaimana jika itu semua membuatku merasa harus terus menulis karena termotivasi ada yang baca? Padahal niat awalku hanya ingin mengenang hari-hari selama ini China Town. Kekhawatiran ini menimbulkan pertanyaan, untuk siapa tulisan-tulisan ini dibuat? Untukku? Untukmu? Untuk-Nya?


Banyak diantara tulisan yang sudah dipublikasi di laman blog ini adalah tentang orang lain yang terhubung denganku. Tidak jarang tentang keluargaku, dan tentunya sebagai pemilik blog, aku menulis untukku sendiri, aku sebagai hero dari cerita ini. Jika kembali ke awal paragraf ini, tentulah orang-orang yang pernah ada hubungan denganku jadi merasa terhubung kembali denganku setelah membaca apa yang kutulis. Sedikit banyak, aku merasa dicurangi karena ini jadi komunikasi jarum suntik; hanya sepihak. Maksudnya adalah, ketika ia baca, maka ia tahu kabarku, sedang aku gak tahu kabarnya.


Terbukti masih seberpengaruh itu kehadiran seseorang dalam caraku menulis. Kalau bisa kuceritakan pada orang lain, mungkin mereka yang mendengarkan akan memaksaku untuk move on dan melanjutkan menulis saja. Tapi jelas tidak kuceritakan karena aku saja bingung dengan apa yang terjadi. Pun sayangnya aku sedikit banyak paham tentangnya dan tentangku sendiri, kami tidak bisa semudah itu berlari, meski ada sebanyak apapun pilihan sepatunya. Rasa bersalah kami belum bisa terurai, dan dengan caraku yang seperti ini khawatir malah membuat simpulan tali mati di sepatu usang kami. Bukankah lebih baik untuk tidak menggunakan sepatu jika hanya ingin jalan kaki? Atau jika ingin lari maraton, kita gak bisa pakai sepatu kanvas karena akan sakit lama-lama kalau buat lari, kan? Analogi yang nyebelin ya? Kamu tapi paham tentang ini kan? Atau kamu membaca tulisanku untuk menghilangkan rasa bersalah yang agak menghimpit hatimu kala ada waktu senggang?


Maksudku.... aku mungkin gak sering-sering menulis di blog lagi. Cerita sehari-hari yang ingin kukenang akan ditulis di dua tempat, dan jika muncul di blog artinya tulisanku sudah ringan dan bisa dibaca sekali duduk. Makasih duhai Allah, selalu datangkan kamu sebagai pengingat. Sehat-sehat ya, kalau sakit jangan sungkan bilang tolong ke orang lain.

Rasanya jelas banget ini nulis bukan untukku aja, tapi khusus ke satu pihak ya.

Jangan berhenti, lanjut dulu fokusnya. Semangaaat!