Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

A Good Life That We Should Fight For

Kamis, 26 Mei 2022

Watching around the socmed timeline, probably until next week they'll still talk about MA & JC's wedding. Like.. every where and every perspective, media trying to embed me with their narration. I don't say its bad, but too much. I know it's a good news, we celebrate it happily and waiting what happen next after she's married.

But seriously, I had enough with the romantic-smart-good backgrounds-oppa combined by super-talented-Indonesian-girl, so we can have the same oppa when we dont have to same like her. Lol. We love oppa, mostly. 

But have u ever think the oppa need someone who have a good life, like MA?

Wait before u judging me bcz my 'julid' side, please understand this is not an open letter hate speech. I want to wake you up because MA has giving us the enlightenment for have a good life. We should have a good life.

A good life will bring you to a mission of life. The mission of life isn't to be happy. I once read Prof. Syed Naqub Alatas write: "The Prophets also suffered but theyre know themselves, the meaning and purpose of life and where are theyre heading so their suffering is not a kind of unhappiness (shaqawah) but they knew their stations (maqamat)."
The mission of life isn't to be happy, Ralph Waldo Emerson once said that it is to be useful, to be honorable, to be compassionate, to have it make some difference that you have lived and lived well.

What i wanna say is, you dont need to be ashamed of yourself to anyone. All you need is believing your God and believing yourself when making a decision. Everyone can make a rumours but you can make a masterpiece that everyone tremors. Lol.

Ok listen, from my point, its true for super uneasy to embrace the moment when we should making a decision. Or simply every steps that we took is hard. We're not MA. But There is no coincidence in the world. Everything that is created has a purpose. Everwy purpose there are devices and resources. We have resources.

Some people go to Oxford and learn very hard for going there, some people left Oxford and create their path into something they called start up. Some people go to random colleges for make their parents happy. Some people trying so hard to get out the college with their thesis. And, some people never apply to college just because they don't want to.

Some people just sit in the room, watching their kitten fighting. Some people busy for making money. Some people missing their family who took study abroad. Some people enjoy-stressing in the office. Some people want to left the company. Some people never going anywhere and choose to close with their family. There are so many people in this world and their story. How cool Allah making all the different scenarios for 7 billion human being. And that's why, because we have speciality in our blood (free from God, a gifted), why we should equating yourself with others?

We are all different.


But one thing you should understand is, a hard work.


Ok, true, I believe in God giving us innate goodness. Everyone is special, but with extra struggle, someone will be strong. A strong person can decide whatever they want. You can choose to be wise or not after that.

Not only a hard work, of course we should be a smart worker person in this life. We need to have a collaboration with friends, need to taking advice from guru, professor or other.

As human, I feel tired to find who I am. Sometimes tired with my own expectations while everyone around me never give a pressure. Wonpil from Day6 said this shall too pass. And maybe it's just a matter of time. Everything that burden you today, tomorrow won't burden you anymore.

I, of course not as smart as MA, not good at cooking like Chef Renata too, not good looking girl you'll find on Internet. I'm just a random girl talking about her story when she's still alive, dealing with her mind, and just it.

But from what i know is, everything in this world have a meaning in the end of episode. So embrace every moment with joy and full laughter. Never regret the decision we make because they're not meaningless.

I remember Trafalgar Law from One Piece episode ever said, "The weak don't get to decide anything, not even how they die."

I can decide, so i trust myself isn't weak. I just wanna tell you guys, we can choose whatever we want. But remember everything have consequences. Be careful to choose, the time never give you seconds chance for regreting the decision.


S2. In the middle of night deep thought. 26.05.22

Untuk Sesiapa yang Sedang Merasa Takut

Rabu, 25 Mei 2022

Tentang takut dan menjadi tumbuh.


Ada waktu tenang yang menghanyutkan air, hingga ke sungai-sungai penuh mimpi.

Sebuah pulau yang tak terjangkau mata, tapi sering dicari-cari.

Tak ada di peta tapi bisa ditebak-tebak pakai hati.

sebuah tanya “Mau jadi apa kamu nanti”


Ada waktu riuh yang mengobarkan api, hingga tinggi asap hitam berkepul

Seperti udara kering, rasa sesak itu timbul.

Luruh seusai dilahap dengan banyak beban dipikul

Dan jawaban apapun terdengar bagai seruling sumbang yang bersiul.



Lalu ditengah hiruk pikuk itu,

ada sebagian yang berhasil merakit ulang dari sisa abu.

ada sebagian yang membuat gebrakan baru.

ada pula yang semangat membangun tempat baru.



Tapi ada juga yang tak mampu.

dan ketidakmampuan itu membuatnya terasa seperti di dalam air

semua hal seperti melayang dan tidak penting di satu waktu.



Hening dan dingin. 

Sebuah kombinasi yang tak pernah usai saat ditanya “mau dibawa kemana hidup ini?”

Hening dan dingin.

Sebuah kombinasi sempurna untuk larut dalam mimpi.




Bisakah untuk tetap tumbuh di dalam palung samudra?

Bisakah untuk tetap berkelana dengan kapal yang tersisa?

Bisakah untuk tetap bergerak dengan tangan hampa?

Bisakah untuk tetap ada tanpa merasa terluka?



Bisa.

Bisa.

Bisa.

Bisa.



Episode belum selesai,

luka yang lalu akan usai,

kebisingan akan lerai, 

perjalanan menuju pulau itu akan segera tercapai…

Katarsis di Masa Krisis

Minggu, 22 Mei 2022

Aku juga tidak tahu mengapa kamu mendadak jadi paling penting di kehidupan ini. Kamu jadi sesuatu yang dipikirkan setiap hari, bertanya-tanya dalam hati mengapa setiap lagu yang didengarkan terasa seperti suara hati untukmu.


Meskipun jauh tak tergapai, entah mengapa duduk dan mendengar lagu-lagu lama terasa seperti kita berdua berada di satu tempat yang sama. Aku sadar, ini sudah terlalu jauh dari perasaan kagum. Tapi lagi-lagi, bahkan kini aku sudah hapal judul lagunya dari denting di detik pertama.


Lucunya, ini semua tidak terjadi hanya pada diriku saja. Ratusan, bahkan mungkin ribuan atau milyaran orang juga merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan. mungkin memang begitu rasanya menyukai seseorang yang wujudnya ada dibalik layar. 


Akui saja dalam sekejap mata, seseorang yang biasa saja menjadi luar biasa dimata seorang penggemar.


Kamu yang menjadi penting, kini menemani dalam hening. Terima kasih untuk menjadi katarsis di kehidupan ini......

Tobatnya si Hoarders

Senin, 09 Mei 2022
Di usia berapa kamu baru sadar kalau dirimu itu tipe penimbun alias hoarders? Kalau aku di usia 24 tahun.

Setelah masuk kerja di kantor dengan orang-orang yang mayoritasnya sudah selesai dengan diri sendiri, aku melihat banyak sekali hal yang perku kuperbaiki segera. Salah satunya adalah: Hoarding.

Hoarding disorder, dari apa yang aku cari adalah perilaku gemar menimbun barang yang tidak berharga. Pokoknya apa aja disimpen deh. Aku punya banyak penggaris waktu SD dan masih bagus, pensil mekanik, pulpen gel warna warni, tas selempang, dll alasannya bisa karena menganggap barang tersebut akan berguna di kemudian hari. Ada juga pin/bros naruto yg dikasih sama temen-temen sekolah dulu, ada juga yg dikasih gebetan pas SD (buset kecil-kecil udah genit), sampe masih nyimpen krayon patah juga karena sayang kalau dibuang :')

Alhamdulillah' ala kulli hal. Keinginanku tahun ini adalah selesai dengan diri sendiri supaya segera memberi manfaat lebih luas kepada yg lain. Pelan-pelan mengharmonisasi dari dalam, memperbaiki komunikasi, melanjutkan perjuangan dari guru-guru yang ilmunya ditransfer padaku sejak bangku TK hingga kini.

Aku baru tahu istilah ini di tahun kemarin, saat menunggu seminar keuangan dimulai. Merefleksikan hasil test dengan kebiasaan sehari-hari ternyata mengetuk hati si anak keras kepala ini. Ternyata memang banyak yang harus diperbaiki.

Ngomongin soal Hoarder tipe, kemarin baru aja 'membuang timbunan barang' dan tentu aja ada perasaan aneh (semacam gak rela dan agak keberatan). Jujur, pas beresin barang itu sering terjadi nostalgia sampai bisa 6 jam buat beresin meja dan lemari doang. Banyak buku yang kemudian di loak, baju dikasih ke yang mau, dan meskipun sudah berdus-dus yang sudah 'dibuang' tapi ternyata masih banyak benda tak terpakai di rumah.


Kalau bukan karena mikirin gimana nanti di hari akhir, apalagi saat perhitungan amal, kayaknya itu barang masih bertengger di rumah deh. Tapi takut gak sih, kebanyakan nyimpen barang dan gak di pake tuh malah memperlama di padang mahsyar? Matahari berasa sejengkal di atas kepala tapi gak bisa lewat shirat karena masih ngitung dosa dari timbunan barang yg gak dipake. Hadeh mendingan aku kasih ke mereka yang lebih butuh aja deh!


Alhamdulillah banget ada yang mau nampung baju-baju bekasku. Thrifting kan harus beli ya, ini mah ambil gratis insyaallah masih bagus dan bersih. Cuma pasti beberapa orang banyak yang gengsi pake baju orang lain.


Padahal kenapa coba ya, nih beberapa manfaat menurutku ketika dapet baju bekasan:

1. Mengurangi limbah baju
Kalau baju dibuang itu kainnya gak bisa terurai. Sama kayak plastik, baju yang dibuang begitu aja gak bakal bisa tiba-tiba bikin tanah jadi gembur :') jadi pake baju bekas = go green.

2. Hemat
Baju baru tanpa keluar uang, salah satunya bisa pakai baju bekas orang lain. Kalau di instagram ada namanya @tukarbaju jadi daripada beli baru, mending tukeran sama orang lain biar ga bosen sama baju yg itu itu saja.

3. Mix n Match
Kalo tipe nyentrik atau yg suka kombinasiin baju gitu sih cocok banget buat pilih beberapa baju bekas. Again, daripada beli baju baru dan belinya banyak padahal dipake cuma sekali atau beberapa kali aja, akan lebih bijak jika uangnya dipakai untuk hal lain, misalnya traktir orang terdekat mungkin?


Setelah tau bahwa nimbun barang tidak ada gunanya selain bikin penuh rumah, aku memilih tobat. Baca bukunya Marie Kondo The life changing magic of tidying up dari 3 tahun lalu tapi baru bergerak tahun ini. Kupikir sesuatu yang spark joy itu yaa kan mesti disimpan. Tapi gak semua spark joy bisa disimpan karena WE ALL GROWN UP! Meskipun aku masih pake binder dari zaman SD sampe umurku sekarang (artinya aku hoarder level akut gak sih kalo ini wkwk) tapi tetep aja masa iya masih mau nyimpenin seragam sekolah sama semua buku LKS dari SD-SMA?????? Untuk apa.......


Kuakui gak mudah untuk berubah, membuang barang beserta memorinya ke tempat lain juga menantang adrenalin, tapi setiap tindakan dinilai dari niatnya kan. Jadi yaa balik lagi ke niatnya: buat apa nyimpen barang tersebut? Mau dipake, mau dikasihin supaya bermanfaat buat orang lain, atau disimpen aja sampe gak bernilai lagi?


Choose your fighter! 





Barakallahu fiikum, 
Estuwise 

All I Want Is Grown Up! But I'm not That Ready

Kamis, 05 Mei 2022
Setiap kali mata memandang langit biru dengan awan putih bertumpuk yang tampak empuk seperti roti bantal, setiap itu pula kepala tidak berhenti berpikir mengenai waktu.

Sudah berjalan hampir seperempat abad, baru kali ini benar-benar merasa siap menjadi anak kecil.

Lucu rasanya karena baru siap menjadi anak-anak di usia dewasa muda. Tapi mau bagaimana lagi. Waktu itu, aku tidak siap menjadi anak-anak disaat harusnya aku menjadi anak-anak. Banyak kondisi yang membuat seseorang jadi dewasa lebih cepat, dan tumbuh menjadi orang dewasa yang kekanakan.

Tidak dipungkiri masa kecilku yang penuh dengan kesendirian dan kebingungan itu, membentukku jadi seorang yang ignoran. Boleh dibilang, sisi egoisku selalu menang untuk berbagai hal. Aku diandalkan diberbagai situasi. Dan sebagai konsekuensinya, selain mendapat 'panggung' untuk bersinar, beban yang kubawa juga terlalu gengsi untuk dibagi.

Di berbagai persimpangan, banyak hal yang kusesali. Khususnya bagian sulit menerima kenyataan. Mungkin sebagian orang tidak mau melakukan sesuatu karena orang lain, tapi aku selalu melakukan apapun untuk orang lain. Entah sebagai validasi, entah untuk menyenangkan hati yang lain. Intinya, selalu punya dasar untuk pembuktian diri.

Lantas, setelah jauh waktu berlalu. Setelah lelah menumpuk ribuan kali, setelah jatuh bangun dengan statement creating my own way sejak sekolah menengah pertama, yang salah selama ini adalah aku tidak punya tumpuan utama.

Aku tidak bisa meluas karena tidak punya poros. Kalau ibarat pohon, akar yg kumiliki sebagai dasar itu lemah sedangkan batangnya sudah terlanjur tumbuh tinggi. Tidak heran tiap kena guncangan meski kecil, batang pohonnya seperti mau runtuh.

Lebih lucu lagi, aku merasa siap menjadi dewasa waktu umurku belum genap tujuh belas tahun. 

Bisa dibayangkan berapa banyak komedi yang kulakukan untuk menyelamatkan peranku menjadi dewasa? 


Sebenernya aku paham, apa yang waktu itu kulakukan pasti intinya agar semuanya aman dan tidak ada komentar negatif. Aku yang dulu tidak masalah untuk berkorban demi orang lain, diriku yang waktu itu merasa tidak bisa diselamatkan makanya butuh validasi.


Aku yang sekarang, sama seperti orang-orang di luar sana, sedang mencoba menjadi lebih baik. I try to be better, everyday. Just like you. We're still trying to be better version aren't we all? 

Dibandingkan ingin mengubah apa yang sudah terjadi, aku yang sekarang lebih fokus kepada perbaikan di hari esok. Yang sudah berlalu tidak diungkit untuk dicari kesalahannya. Sudah jelas salah, maka tugasku memaafkannya lalu berubah. Berubah ke arah yang benar dan baik. Benar dulu, baru baik. 

Sesederhana itu harusnya. Sejak dulu rumusnya cuma itu. 

Tapi aku berputar-putar, mencari, memaki, dan menyelamatkan diri sendiri dari turbulensi, barulah paham konsep ini. 


Aku siap menjadi anak-anak, setelah itu aku baru bersiap menjadi dewasa muda. Setelah kematangan itu sempurna, masih ada pr lain yang perlu dikerjakan sebelum Tuhan memintaku pulang keharibaaNya.

Smile often, do better, life well, and stay healthy.