Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Novo Amor

Jumat, 14 April 2023

Lubang itu terbuka lagi, sudah seharusnya ia bergegas mencari pertolongan sebelum terjatuh semakin dalam. Tapi meski sudah bergegas, langkahnya tetap disergap ragu. Suaranya senyap. Matanya mendadak gelap. 


Ia terlanjur berada dalam gelap yang sama sejak ia bisa mengingat. Terlanjur ditelan lubang hitam yang sama. Meski sudah punya tali untuk naik, ia masih butuh orang lain di luar lubang untuk menariknya. Tapi suaranya senyap dan mungkin tak ada orang di atas sana. 


Lama-lama, ia bisa melihat dalam kegelapan. Sesuatu yang tidak ia akan perhatikan meski akan ia temui ketika dihujani cahaya. Serpihan cermin tergeletak disana. Lantas dalam hati ia bergumam pantas saja tidak begitu gelap di sini. 


Ia benci berada dalam lubang gelap. Rasanya sudah berulang kali ia bisa lepas tapi kembali ditarik merasakan pekatnya kesepian dalam lubang cacing yang tak berpintu itu. Hanya saja, kali ini dengan serpihan cermin di tangannya, ia bisa melihat sekitarnya meskipun seperti fatamorgana. 


Suaranya mungkin masih senyap, di atas sana masih tidak ada orang, langkahnya masih ragu, tapi matanya menangkap cahaya. Kali ini tidak segelap yang ia rasakan sebelumnya, sekitarnya tidak kosong bergaung seperti rumah tanpa barang dan penghuni.


Dalam hatinya bersyukur bertahan selama ini, tidak sia-sia ia hidup dengan banyak menahan tanpa protes. Mungkin surga kasihan padanya hingga memberinya kemudahan, atau semesta memberinya kesempatan untuk bersenang-senang dan meninggalkan luka-luka di perjalanan pertama.


Serpihan cermin itu menampakan wajahnya. Tapi bukan wajah yang ia lihat terakhir kali sebelum ditarik ke lubang pekat ini, melainkan wajah 10 tahun lalu saat ia masih berumur 15 tahun. Wajah yang penuh warna karena diguyur kasih sayang dan luka secara bersamaan.


Ia mengusap serpihan cermin itu sekali. Tidak ada perubahan yang terjadi. Dua kali, masih sama. Tiga kali, masih sama. Jadi, ini adalah aku di masa itu? ia bertanya dalam hati. Lalu menggelengkan kepala.


oh, mungkin itu sebabnya aku dipenuhi keraguan...


Lalu ia mendengar seseorang berteriak dari jauh. Suaranya begitu jauh tapi ia yakin ada orang di atas sana. Begitu yakin hingga ia tersadar bahwa sejak awal tidak ada lubang pekat yang menariknya.