Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Bukankah Kita Bersama Karena Saling Mencinta Mengapa Ribut Saling Ingin Dicinta

Senin, 06 September 2021
Bahasa itu jembatan agar bisa memahami makna. Bahasa itu cara manusia untuk bisa mengenal sesamanya agar bisa menerima dan membantu satu sama lain.

Tapi kemudian, bahasa juga bisa jadi simbol perpecahan. Di mana semua hal bisa disalahkan karena bahasa. Semua bisa cerai berai karena bahasa. 

Bahasa itu netral, tidak berat sebelah tapi selalu dipandang berbeda pada setiap orang, tergantung kacamata yang dipakai.

Seingatku kita berada dalam satu kapal kecil yang siap berlayar. Atau itu mungkin karena aku sudah terlalu lama di dalam kapal, jadi terombang-ambing oleh isi kepala sendiri.

Ini semua bukan tentang salah dan benar. Perkara kapal juga bukan tentang siapa yang salah membaca kompas dan siapa yang benar mengembangkan layar. Lagi-lagi ini hanya tentang bahasa, mau terus berlayar meski beda rute dan kemungkinan mati bersama, atau membiarkan kapal berhenti di pulau terdekat untuk menyelamatkan diri masing-masing?


Mengingat adalah hal yang tidak menyenangkan. Terlalu banyak hal terjadi membuat memori jadi acak, kalau dipaksa untuk mengingat malah benci menyebar seperti serbuk yang ditabur pada air.

Semakin diingat, semakin tersayat.

Ada yang belum selesai dikenang, dan itu wajar untuk manusia-manusia melankolis. Dengan mazhab agamis, tentu sisi yang itu harus ditekan dan dibuang karena tidak punya nilai manfaat.

Tapi mari letakkan semua hal yang mengikat lalu menjejerkan segala penat dalam sebuah surat.

Adakah letaknya yang kurang tepat, sehingga bisa diperbaiki untuk melonggarkan kepala dari sakit kepala hebat?

Adakah yang bisa dipercepat agar hati tidak merasa ketat oleh berbagai macam alasan berat?

Adakah yang bisa diperlambat untuk memproses ingatan yang sempat dirawat?

Kepada setiap diam yang berisik di dalam kepala masing-masing, bolehkah aku mendengarmu bersuara?