Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Belajar Konsisten Lewat Food Preparation

Minggu, 20 September 2020



Katanya,
Kunci kesuksesan adalah konsistensi.

Sebagai penikmat Lagu Bondan n F2B: hidup berawal dari mimpi, ya benar aku harus konsisten untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sesederhana hari ini mau jajan roti bakar, atau bisa telepon orang yang ingin di telepon, kan kalau nggak dapat apa yang diinginkan nanti kecewa.

Tapi konsisten itu apa sih, memangnya kalau berjuang sekuat tenaga, bisa terjamin jadi sukses?

Kan, belum tentu. 

Belum lagi standar kesuksesan di masyarakat sedikit banyak jadi beban, khususnya untuk perempuan sepertiku gini. 



Perempuan harus bisa masak!
Perempuan harus bisa beres-beres rumah!
Perempuan harus bisa atur uang!



Aku di rumah nggak pernah ada kewajiban masak atau beres-beres, uang saku juga nggak dijatah soalnya jarang minta kali ya, jadinya pas lihat sosial media isinya begitu jujur jadi frustasi. Sosial media bikin aku jadi aware ada ya orang yang dicekoki dengan doktrin masyarakat kayak gitu, sampai mikir Ini siapa yang mencetuskan pertama aturan kayak gitu sih?  karena melihat ibuku sendiri jarang melakukan tiga hal diatas (kalau lagi mau dan terdesak sih pasti dilakukan) dan gak pernah dituntut untuk bisa semua itu, rasanya aturan masyarakat kayak gitu jadi sekadar aturan kebanyakan orang doang, bukan sesuatu yang saklek untuk diikuti.


Tapi intinya bukan itu, sebab mau cerita tentang food preparation sebagai langkah awal untuk jadi orang konsisten, orang istiqomah. 

Aku paham konsisten itu susah, dan gak tahu mulai dari mana. 

Jadi yang bisa kulakukan cuma mencoba, dan mengingat-ingat apa yang benar-benar disukai dari seorang anak perempuan tunggal ini. Soalnya tuh, selama ini lebih mudah mengingat kesukaan orang lain daripada kesukaan diri sendiri. Lebih mudah menghapal kebiasaan orang lain, daripada menghapal kebiasaan sendiri. Ya karena kita bisa lihat orang lain dengan mata, sedangkan kita nggak bisa lihat diri kita pakai mata. Bisanya pakai mata batin atau memori di otak. 


Food preparation bahasa Indonesia nya apa ya hmm (aku nggak tahu padanan kata nya apa, mungkin nanti tanya Uda Ivan Lanin dulu ya) intinya food preparation itu cara untuk menyiapkan bahan makanan jadi siap masak. Ini siap masak bukan udah dimasak ya, hahaha itu beda lagi. Pokoknya nih, bahan baku mentah macam buah, sayur, daging, ikan, cabai, bawang, dan lainnya dibersihkan, atau dikupas, atau dipotong, atau dimarinasi supaya ketika mau masak langsung sreeengg.



Mumpung kemarin belanja, jadi cekrik dulu sebelum masuk kulkas


Pandemi buatku jadi momentum di mana memang ini tuh benar-benar waktunya mencintai dan mengenal diri lebih dalam lagi. Belajar self love, increase skill, self development, and so on until you enjoy with yourself. 

Terus ternyata konsisten masak aja ada naik turunnya! Apalagi nulis!

Apakah kamu tahu ternyata perlu banyak akal biar bisa mengatur barang belanjaan untuk disimpan dalam beberapa wadah kedap udara dan merapikannya ke dalam kulkas?

Pokoknya food preparation itu entah gimana caranya biar semua bahan makanan bisa awet dan tertata biar lebih mudah masaknya. Semua bahan makanan dikelompokkan sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan
Kalau ikan ya disatukan dengan jenis ikan yang sama, kalau cabai ya masuk ke kotak cabai tidak lupa kotaknya diberi lapisan tisu. Kalau sayur atau buah ya dipotong kecil-kecil, dan lainnya.




Buahnya di potong juga dong biar langsung hap!



Kalau kamu pikir itu mudah, ya memang mudah. Tapi ribeeeettt kalau kamu lagi malas. :) ibuku aja nggak mau foodprep karena katanya repot. 

Terima kasih kepada pandemi karena menuntutku dan semua orang di kos untuk bisa foodprep karena nggak bisa keluar dengan leluasa. Stok teruuusss! Pokoknya keluar cuma seminggu sekali buat belanja di pasar.

Berhubung di kos cuma ada sedikit orang, dan ada kulkas, jadilah belanjanya patungan. Split bill kalau bahasa Inggris mah. Sekali belanja habis sekitar 200 ribu, tapi kan patungan jadi cukup bayar 40 ribu per orang. Kalau dihitung, uang makan sebulan cuma 120 ribu! Bisa makan ayam, makan ikan, sayur, buah, sampai snack micin atau wafer juga dengan dua lembar uang seratus ribuan.

Jadi berasa sultan tiap akhir bulan. Apa itu indomie dan promagh? Aku sih anak kos juga makan enak terus tiap hari :) 


Setelah kurang lebih dua bulan, yang artinya sudah 8 minggu melakukan ini, barulah sadar sebenarnya ini sudah dilakukan dari lama sama Vinni (kepoin instagramnya @vinnidptr deh) ya ampun! Jadi... Selama ini aku pikir cuma stok buah sayur tuh ya 'stok' namanya, gak ngeh kalau ini ada istilahnya 'food preparation'.

Dan hasil kesuksesan menjadi konsisten melakukan food preparation adalah uang makan bisa ditekan 70% bahkan lebih, dan bisa jajan yang lain, bahkan belanja buku dan premium akun gramedia digital sama netflix. 

Aku juga jadi punya konten untuk nulis karena merasa berhasil konsisten. Sebuah win win solution padahal baru konsisten di satu hal. Bayangkan kalau aku bisa konsisten di semua bidang yang ingin aku kejar... Wah selamat datang kesuksesan 😆😆😆

Masih banyak yang harus dilatih untuk bisa konsisten, aku paham. Tapi pelan-pelan saja ah, mau menikmati prosesnya. Kalau tiba-tiba jadi jago semua bidang, gak asik banget nanti gak punya teman. Hehe ngambis tapi santuy. 

Kalau kalian latihan konsistennya dari mana? Cerita dong sini... 

Konsisten VS Kemalasan

Rabu, 02 September 2020



Pertanyaan yang sejak zaman dahulu kala belum selesai dipecahkan adalah gimana ya biar konsisten ngerjain sesuatu?

Kayaknya aku tuh belum cocok ngobrolin konsistensi, ya orang diri sendiri sering oleng ngerjain sesuatu yang bukan jam nya. Tapi memang gak bahas dari hal itunya, justru mau bahas dari hal kemalasannya.

Setelah umur 20 tahun lewat, makin terasa sebenernya yang bikin hidup gini-gini aja tuh ya karena nggak punya goals. Sesederhana hari ini mau pergi ke A atau mau baca buku A sampai selesai aja nggak. Hidup beneran berasa mengalir aja, ada yang ngajak main ya ikut, kalau ga ada ya diem aja kayak ubi.

Terus pasca tsunami perasaan, baru deh tuh beneran di gaplok sama dunia. Bayangin 20 tahun tuh nggak punya sesuatu yang bisa dibanggain sebagai diri sendiri, terus clueless mau apa, bahkan mempertanyakan diri sendiri "sebenernya kamu siapa dan ngapain di dunia ini"

Ada untungnya juga ya punya gejolak asmara yang kandas, jadi bisa resetting diri sendiri. Kemalasan yang sudah jadi trademark mulai cari celah, biar tetep bisa mager produktif sambil pengembangan diri. Caranya? Nggak tahu hahaha Tuhan yang kasih petunjuk, tanganku gerak sendiri ngisi form dan jeng jeng jeng, terbang ke Bandung buat magang di studio komik. Terus diminta menggantikan content writer lama jadi sebelum lulus kuliah aku punya kerjaan freelance, pas lulus dapat interview di start-up buat jadi design grafis.

Terus konsistennya di mana?

Aku bisikin ya, konsisten itu nggak datang dalam sebulan, nggak juga datang setahun, apalagi semalam! Namanya latihan konsisten ya, coba trus gagal, coba lagi, gagal lagi, males lagi, coba lagi konsisten 3 hari, eh hari ke 6 udah males lagi. Tapi ya gitu aja, coba terus sampai nemu settingan yang pas.

Sebenernya dulu tuh punya prinsip untuk konsisten menjadi orang mager. 
Serius aku tuh nggak suka jadi rajin karena pasti diceng-cengin mulu haha, makanya enak jadi orang males gitu tau, nggak jadi spotlight, nggak jadi bahan omongan (eh ya kalau males banget mah malah jadi omongan sih), menghindari konflik banget lah pokoknya. Tapi sekarang, meskipun banyak mager tapi sudah merasa ada perubahan kok sedikit.

Nah, nanti kalau sudah beneran jadi orang yang konsisten, aku kasih tipsnya deh! 

Sedikit progres tetap progres, keep going. 


Menulis AU untuk terapi kebahagiaan





Selain es krim, coklat batangan, sama uang tunai, rasanya membaca cerita yang mengandung unsur halu tuh menyenangkan. 





Alternate Universe sendiri artinya dunia baru bagi sebuah tokoh (nyata maupun fiksi) untuk berada dalam cerita yang sama dengan cerita seharusnya. Hal ini membuat diriku yang kering akan romantic sensation jadi ketagihan untuk membacanya. Hahahaha. Gak juga sih, kayaknya memang dari zaman sekolah tuh suka banget baca FF (zamanku disebutnya ff lol so old yet, don't you?) Ya, karena setiap penulis punya situasi yang berbeda-beda, makanya asik banget baca AU alias Fanfiction (atau fiksi penggemar dalam bahasa Indonesia)!!! 

Aku sih pede banget genre ini nggak bakalan flop sepanjang zaman soalnya ini tuh kayak mengungkapkan perasaan ke orang yang nggak bisa terjangkau. Seolah-olah mereka yang jauh dari kita jadi sedekat kaus kaki dan sepatu bertali.

Untuk yang punya bias (sebutan untuk idola) menulis AU atau membacanya bisa mengobati kangen. Meskipun mereka cuma tahu kita bernapas as a fans, bukan sebagai diri kita secara personal, tetap aja kita tuh kangen sama mereka, kan? Terus juga sebagai internasional fans, kendala bahasa bikin kita nggak bisa ngomong

Eh aku tuh kangen banget sama kamu ngerti gak sih!?? Bisa gak sih, kamu jadi pacar aku aja? Plis? 

(ya ampun halu banget tapi sering ngomong gini kalau ada foto bias muncul di timeline hahahaha) 

Jadi ya beneran AU adalah jalan terbaik untuk semakin mencintai kefanaan. Tapi dibantah keras sama Andrea Hirata kok, beliau bilang fiksi adalah cara terbaik menceritakan fakta. Nggak heran kan, tulisan fiksi itu banyak unsur non-fiksi tapi kemasannya lebih luwes. 

Tokohnya fiksi, jalan cerita fiksi, tempat dan adegan fiksi, terus kita bisa galau mendadak karena tokohnya tiba-tiba meninggal (based on cerita Ilana Tan Love In Paris, nangis banget bete tokohnya sad ending) dan sampai kalau ada yang bahas dikit tentang paris langsung sensitif inget tokohnya.

Gila gak, kekuatan fiksi itu sebesar itu lho dampaknya? Terus yang masih meremehkan orang lain karena bacaannya buku fiksi, permisi... Apakah anda sudah bisa bikin luka dan tawa di hati manusia lain tanpa menyentuhnya seperti para pembuat cerita fiksi? 

Ya sudah lah, ga mau bahas itu lol. Lebih baik mencintai apa yang masih bisa dicintai. Tapiiiii, ya jangan berlebihan juga. Keseringan baca AU nggak baik bagi kesehatan pikiran, bakal cinta terus bucin. Trus lupa kalau cinta bisa bikin sakit hati walaupun bias nggak kenal sama kita. 


Setiap jatuh cinta selalu bertautan dengan jatuh sakit. 



Inget kata cu pat kay,

Beginilah Cinta, Deritanya Tiada Akhir.


Sembari menuangkan ide jadi cerita fiksi, jangan lupa yaa untuk riset supaya cerita fiksi nya jadi hidup dan sulit dilupakan.