Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Pertanyaan Tanpa Suara

Kamis, 28 Maret 2019
Jari bergerak kesana-kemari menekan huruf-huruf di keyboard, mata sudah tidak ada harapan untuk terpejam padahal tidur hanya tiga jam sehari, tubuh sudah meronta untuk berhenti tetapi memori tumpah ruah memenuhi seluruh aliran darah, memori-memori itu yang menyumbat aliran darah dan pernapasan hingga sakitnya sampai pada hati.

Benci sekali ia merasa sakit. Tidak mengapa jika tubuhnya yang lebam keunguan, bibirnya sobek bekas dihajar atau kepalanya bocor sekalian akibat lemparan batu. Tapi yang memar dan luka-luka adalah hatinya, dan ia tidak tahu bagaimana caranya agar luka-luka itu kering, karena semakin lama justru luka itu semakin besar dan basah. Sakit.

Ia tidak mungkin bisa lupa dengan wajah itu sekalipun ia ingin sekali melupakannya dan menghilang selamanya. Menghilang agar tidak bisa lagi bertemu dengan seseorang yang ia merasa tulus memberikan cinta. Sebersit amarah hadir, mengapa tidak bisa aku tegas untuk mempertahankan kamu? Katanya cinta? Mengapa cuma sampai segini saja perjuanganku? Lalu kecewa menambah garam pada lukanya. Mengapa pula kamu malah berlari meninggalkanku? Mengapa tidak mendobrak ragu agar kita tetap bersama?

Menghindar adalah satu-satunya cara untuk membuatnya tetap terlihat baik-baik saja dan membiarkan gadis yang ia cintai hidup baik-baik saja. Membiarkan gadis yang ia cinta hidup bahagia dan menjadi dirinya sendiri seperti dulu. Ia merasa kehadirannya di hidup gadis cantik itu hanya merusak saja, dan atas nama cinta yang ia sendiri tidak tahu maknanya, ia memilih untuk pergi. Meninggalkan harapan yang pernah dibuat bersama, meninggalkan perasaannya yang kini berserakan dihantam kenyataan.

Berpisah itu sudah biasa, yang tidak bisa membuatnya biasa-biasa adalah gadis cantik yang kini mulai kembali eksis di dunia maya. Apa ia sudah tidak apa-apa? Pikirnya selalu. Ia terlalu canggung untuk memulai obrolan setelah pesan terakhirnya tidak kunjung dibaca dan gadisnya pun sudah tidak iseng mengirim pesan singkat ke ruang obrolan lagi.

Ia selalu kehabisan napas saat ingat bahwa semua ini telah usai. Tidak menyangka kalau berakhir sepahit dan sesakit ini. Ia yakin sudah merusak gadisnya, entah butuh berapa lama bagi gadisnya untuk bangkit karena gadisnya selalu memasang banyak topeng agar terlihat baik-baik saja padahal ia sedang cidera. Ia tidak yakin bahwa gadisnya baik-baik saja meskipun disisi lain ia merasa keputusan berpisah ini sudah tepat. Toh, kini gadisnya produktif lagi. Tidak seperti saat bersamanya, yang membuang waktu percuma.

Tapi, rasanya jauh lebih sakit ketika kehadirannya mulai terlupakan dimata gadis cantik yang ia cinta. Seolah-olah tiada habisnya skenario terburuk bermain di kepala tentang gadisnya dan pria lain, atau tentang kabar duka yang ia sangat berharap itu tidak terjadi. Ia tidak tahu.

Ia tidak benci pada gadisnya, melainkan membenci cara bicaranya yang penuh teka-teki dan sulit dimengerti.
Ia tidak ingin kembali, tetapi setiap ingat gadisnya candu untuk mengingat segala hal menjadi semakin tak tertahankan.
Ia tidak ingin gadis yang ia cinta, terluka lagi.
Meskipun itu artinya ia harus siap diinjak dan terluka. Ia bertanggung jawab atas luka-luka yang gadisnya miliki.

Dan sebuah ilusi bermain dengan tanya:

"Perlukah jawaban untuk sebuah pertanyaan tanpa suara?

Ecotourism adalah ...


Halo!

Minggu ini masih membahas tentang ekologi, tapi karena sudah tiga minggu berturut-turut bahas sampah, jadi gumoh juga huhu. Terus uploadnya lewat dari dateline lagi ya, sungguh ternyata ide dan waktu adalah hal yang mahal. Nah, berhubung kampus lagi gencar banget sama studi kepariwisataan, dan tempat pariwisata sedang naik-naiknya setalah tayangan My Trip My Adventure, sekalian berhubung skripsiku juga masih berkaitan dengan komunikasi pariwisata, mari kita bahas tentang eco-tourism saja (penganut sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui garis keras).

Apa sih Tu, ecotourism itu?

Ecotourism atau ecology tourism, menurut TIES (The International Ecotorism Society) adalah perjalanan wisata ke tempat alami untuk menikmati, dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat. Singkatnya, ecotourism ialah pariwisata yang ramah lingkungan. Dengan adanya ekowisata, diharapkan para wisatawan ini dapat melihat alam secara dekat, merasakan keaslian lingkungan untuk kemudian mencintai alam beserta adat dan budaya yang menyertainya. Istilah gaulnya mah, Back to nature

Menurut Ahmad Rosyidi Syahid dalam laman studipariwisatadotcom, ekowisata diselenggarakan dengan tidak memodernisasi fasilitas alias semuanya serba sederhana dengan memelihara keaslian alam, lingkungan, seni, budaya, adat-istiadat, kebiasaan hidup (the way of life), hingga tercipta rasa tenang dan terpelihara flora dan fauna agar kehidupan manusia dan alam jadi keseimbangan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik, ada 9.4 juta kunjungan ke Indonesia dari total 42 negara di tahun 2014. Perkembangan tempat pariwisata dan kunjungan wisatawan yang setiap tahunnya meningkat, akhirnya berdampak pada perkembangan transportasi dan industri hotel. Persentase paling tinggi diraih oleh Tiongkok dan Malaysia untuk wisatawan mancanegara yang berkunjung dengan 14,24% dan 13,91% di tahun 2018.


Terus, kalau ekowisata ada dampak positif dan negatif gitu gak, Tu?

Jelas ada dong.

Kalau dampak postif sudah jelas untuk menjaga kelestarian alam, meningkatkan pendapatan daerah, dan sederet kalimat sejenis yang intinya adalah konservasi lingkungan. Ada aturannya juga lho teman-teman.

Nih listnya :
  1. Meminimalisir dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh wisatawan
  2. Mengamati dan menghormati lingkungan dan budaya sekitar
  3. Menguntungkan bagi wisatawan dan penggiat ekowisata
  4. Memberikan donasi untuk konservasi lingkungan
  5. Memberikan dukungan dana kepada penduduk setempat
  6. Meningkatkan kesadaran pengunjung mengenai lingkungan, masyarakat, politik di tempat pariwisata tersebut agar dapat berkolaborasi menjaga lingkungan

Tapi keberadaan ekowisata tidak selamanya memberi dampak positif. Seperti dua sisi mata uang, kehadiran ekowisata selain menjadi salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian daerah, tidak dapat dipungkiri pembangunan wisata yang ramah lingkungan ini, nyatanya membuat lahan kosong menjadi industri perjalanan atau hotel-hotel untuk penginapan para turis.

Tidak jarang dengan tumbuhnya hotel-hotel disekitar tempat wisata justru 'mematikan' adat dan kegiatan komunitas lokal, yang berujung pada rusaknya integritas komunitas tersebut dan tidak mendapat manfaat ekonomi dari industri pariwisata.

Pariwisata berbasis ramah lingkungan yang digadang-gadang menjadi salah satu solusi untuk menjaga keaslian ekosistem justru mempengaruhi habitat para satwa liar maupun kehidupan tanaman yang ada. Hadirnya manusia yang terus menerus bisa sangat berdampak negatif bagi perilaku alami hewan-heawan tersebut.

Mengingat bahwa ekowisata bertujuan untuk mendidik dan mempromosikan konservasi habitat alami, tentu menjadi peluang besar bagi pengusaha dibidang bisnis perjalanan. Dengan kepopuleran parwisata berbasis ramah lingkungan ini harusnya organisasi yang berkaitan dengan kepariwisataan tidak mengabaikan praktik ramah lingkungan itu sendiri.

Pariwisata memang mempengaruhi lingkungan alam, terkadang para penyedia wisata akan mencari hal-hal unik yang ada di daerah mereka untuk menarik perhatian pengunjung. Misalnya karena ada sebuah pantai yang belum ramai dikunjungi di wilayah X, pasti sebagian orang akan berpikir ini adalah peluang besar kalau membuka rumah makan berhalaman parkir besar atau hotel dengan banyak kamar untuk pengunjung dari luar kota. Pembangunan semacam ini tentu membuat kerusakan pada lingkungan sekitar tempat wisata kan?

Itulah sebabnya ekowisata dibuat untuk menghindari perusakan alam yang lebih besar. Penggiat ekowisata akan mengupayakan bahwa kegiatan bisnis mereka tidak merusak lingkungan.
Dari contoh pantai tadi, para penggiat ekowisata mungkin memilih untuk membangun struktur bertingkat rendah yang tersembunyi di bawah garis pohon dan mengikuti prosedur yang berwawasan lingkungan dalam hal menghasilkan energi, pembuangan limbah, dan daur ulang. Selain itu, ekowisata ini haruslah aktif dalam mempromosikan kegiatan yang menawarkan dukungan kepada masyarakat setempat untuk bersinergi menjaga alam. Tidak hanya sekadar untuk kebutuhan mencari nafkah, tetapi berkolaborasi untuk meningkatkan kesaran tentang lingkungan.


Bagaimana caranya supaya kita mendukung para penggiat ekowisata ini, Tu?

Sebuah web dari Thailand yang mendukung konservasi lingkungan, flight of the gibbon menuliskan bahwa cara termudah ialah mengajukan pertanyaan kepada tempat wisatanya. Sebagian besar hotel misalnya akan memiliki fasilitas yang menyatakan bahwa pihak hotel akan mencuci handuk hanya jika diminta, tanyakan apakah penyedia pariwisata bekerja dengan komunitas mereka, mendukung proyek konservasi terdekat atau mendanai program pendidikan lokal dan sebagainya.

Bertanya sekarang tidak harus face to face kan? bisa via e-mail, bisa via telepon, skype atau menggunakan media sosial lain untuk mengobrol dengan mereka sebelum mendaftar untuk tur dan berwisata.


Nah, kalau kalian nemu tempat dan penyedia ekowisata yang bagus, promosikan ya!


Eh iya, berhubung makin banyak sekali kekurangannya dalam penulisan apalagi di artikel kali ini (riset mepet dan buang waktu banyak banget untuk memahami artikel bahasa asing //i'm noob//) kurang lebihnya mohon maaf, dan tentu saja koreksi dan saran sangat ditampung! Terima kasih. :)


sumber : penulis
Salam,
Estuwise

Sumber :





Ref:rain

Minggu, 24 Maret 2019
I saved my words in order to forget you, 
I tell my self that I really forgot. 
But in the end, 
I'm talking about you.


==O==

Hari telah berlalu menjadi minggu, minggu terus berulang menjadi bulan. Hal-hal seperti itu harusnya dapat dipahami awan untuk segera menyingkirkan hujan di musim panas. Tapi musim panas tahun ini selalu diberkahi hujan meskipun presenter ramalan cuaca di televisi sudah memberikan pengumuman bahwa hari ini cerah. Hujan di musim panas ini seperti anak laki-laki nakal di sekolah SMA yang senang bolos dari kelas karena bosan, harusnya angin atau awan itu bertingkah seperti guru galak saja supaya hujan tidak lolos di musim panas yang menyenangkan ini.

Akan lebih baik jika hari ini tidak hujan.

Mau bagaimanapun, hujan menciptakan kenangan yang manis dan pahit jika dikenang di musim seperti ini. Hujan hanya membawa kenangan, san aku kenal seseorang yang membenci kenangan, benci membuat kenangan, dan benci mengingat kenangan.

Musim panas yang menyenangkan telah berlalu.

Beberapa kali aku menatap wajahnya dari jauh, tentu saja aku melakukannya dengan sangat hati-hati agar tidak ketahuan olehnya. Wajah seriusnya yang sedang menunggu kopi instan itu tertuang dari mesin ke dalam gelas kertas sekali pakai, atau wajah yang ikut tertawa mendengar banyolan teman-teman sekantornya atau wajah tenangnya yang selalu enak dilihat. Lucunya, aku tak tahu mengapa masih kutemukan sendu di kedua matanya.

Bukankah perpisahan ini adalah jalan terbaik yang kita inginkan?

Atau dia masih ragu dengan kenyataan, sama seperti aku?

Lalu mengapa tidak menyapaku lagi dan kita akan bersama lagi seperti setahun yang lalu?

Atau dia masih membenci dirinya sendiri, sama seperti aku?


What a good thing we lose?
Hal baik apa yang menghilang?
What a bad thing we knew
Hal buruk apa yang kita tahu


Setelah hari dimana musim panas jadi sangat dingin itu, rasanya duniaku berputar dalam lingkaran sesal dan sesak. Entah berapa kali malaikat mendatangiku untuk mengantarkan jiwa kembali ke raganya yang sedang terbaring di ranjang putih. Berapa kali aku menjerit untuk memintanya kembali, dan sebanyak apapun air mata yang aku keluarkan, ternyata tidak cukup membuatnya tergerak agar memelukku seperti dulu.

Aku tidak tahu bagaimana dunia tetap bisa berputar meski aku sedang tersungkur, atau bagaimana ia menjalani kehidupannya tanpa melibatkanku, yang jelas aku selalu berhenti di setiap tempat yang pernah kita datangi berdua. Lalu aku mengerti, mengapa ia benci dengan kenangan.

Kenangan tidak bisa diulang, jika diingat membuat luka, jika dilupakan tidak bisa.

Selalu terpikir olehku bahwa hidup tanpaku akan membuatnya lebih tenang dan bahagia. Kesehatan mentalku yang kacau membuatnya pergi, lalu ketika ia benar-benar pergi, aku hanya bisa menyesal dan sedikit lega karena bagiku, ia akan lebih bebas dari rasa tanggungjawab yang tidak seharusnya dipikul oleh lelaki baik sepertinya. Aku tidak mau membuatnya sedih dan kecewa lagi seperti waktu itu.

Tapi tubuhku sendiri menolak pikiran itu. Entah berapa malam aku tak bisa memejamkan mata, makanan yang ku telan satu kali membuatku kenyang hingga berhari-hari, dan yang ingin kulakukan hanya tidur agar bermimpi yang indah saja. Aku tidak mau berpkikir, aku tidak mau berhenti sendirian. Aku ingin kembali.

Sayangnya tidak ada jalan kembali hingga bulan berganti tahun.

Ia sendiri harusnya sudah melupakanku, dan berkencan dengan gadis lain yang lebih baik tentunya. Tapi jika aku temui ia dengan orang lain, membuat hatiku sakit sendiri.

まだ 足りなくて
(Mada tarinakute)
Masih belum cukup

まだ 消えなくて
(Mada kienakute)
Masih belum menghilang



Ternyata masih belum cukup waktu untuk menghentikan kenangan. Tangan yang terulur saat aku jatuh, wajah berseri saat menjemputku, suara tawanya, pelukannya yang hangat, matanya yang coklat berseri saat saling menatap, es krim yang selalu jadi alasan untuk bertemu, dan masih banyak hal lain yang aku harap tidak berhenti.

Haruskah ucapkan selamat tinggal disaat aku merasa tidak ada yang selamat saat ditinggal?


まだ 言えなくて
(Mada ienakute)
Yang belum terucap
数えた日の夢からさよならが
(Kazoeta hi no yume kara sayonara ga)
Kata perpisahan dari mimpi akan hari-hari yang telah kuhitung


Mereka bilang untuk berhenti, aku sudah melakukannya.
Aku sudah kehilangannya,
aku sudah merasakan kesakitannya,
lalu apa lagi?

Menangispun tidak membuatnya menolehkan kepalanya kepadaku lagi.
Aku merasa perlu hidup baik dan tertawa seperti tidak ada apa-apa, mungkin saja hal itu akan membuatnya lega telah berhenti mengerutkan kening ketika difoto.

Berapa lama hal ini mengganggunya? Berapa lama hal ini menyakiti kita?

Hujan masih turun di musim panas. Dunia berputar seperti biasanya, musm panas telah berganti. Panas berubah jadi sejuk dan bunga-bunga tidak cukup kuat untuk tampil di musim seperti ini. Musim gugur kemudian berganti lagi menjadi musim dingin, semi, lalu musim panas lagi. Hari-hari berlalu begitu saja dan seperti biasanya, aku akan mengulang kenangan sekalipun ia benci dengan kenangan.


==O==


songfic by estuwise
song : Aimer - Ref:rain

Waspada Sampah Elektronik

Rabu, 20 Maret 2019
Halo!

Sudah tiga minggu saya mencoba menulis tentang hal-hal berbau ekologi. Meski tulisannya gak formal, banyak curhatnya dan kekurangan lainnya daripada akun-akun informatif lain (lagian ini memang akun pribadi yang dialihfungsikan jadi sarana belajar diri sendiri hehe), bahkan saking kurangnya di penulisan saya mencoba pakai infografik segala haha. Semoga apa yang saya tulis, selain berguna untuk diri sendiri tentang kesadaran tentang lingkungan, bisa berguna juga untuk yang baca, syukur-syukur jadi tergerak hati dan tangannya untuk menjaga lingkungan masing-masing. Kedepannya, mudah-mudahan bisa konsisten nulis dulu deh, sambil jalan melakukan perubahan lingkungan dari diri sendiri. Aamin.

Nah, minggu ini mau bahas tentang electronic waste alias sampah elektronik karena kemarin sempet nemu di timeline twitter kalau sekarang di Jakarta sudah ada lho penjemputan sampah elektronik ini. Bagus bangeet programnya, sampah aja di jemput masa masa depan dibiarkan? Ehehehe

(sumber : twitter yang menyebar)




Mengingat kalau baterai laptop rusak, hape rusak, kulkas rusak, dan barang elektronik lainnya rusak lalu gak bisa diperbaiki, dibuangnya kemana karena tong sampah biasa bukan solusi meskipun ada tempat sampah khusus B3.

Pernah dengar RJ? Rafa Jafar itu lho anak SMP yang membuat dropbox e-waste untuk sampah elektronik. Kalian bisa kunjungi websitenya kalau penasaran disini. Wah, saya baru sadar permasalahan sampah ini di umur 20an, dia sudah peka sama lingkungan dan ada outputnya lagi berupa dropbox e-waste diumur 12! Mantap jiwa!

Rafa Jafar dan e-waste
(sumber : google)


Ngomong-ngomong, sampah elektronik itu apa sih, Tu?

Singkatnya, sampah elektronik itu adalah sampah yang dihasilkan dari barang elektronik yang tidak terpakai lagi.

Ada 10 masalah besar tentang lingkungan di Indonesia berdasarkan laman environtment-indonesia, yakni : sampah, banjir, sungai tercemar, pemanasan global, pencemaran udara, ekosistem laut yang rusak, air bersih yang sulit, kerusakan hutan, abrasi dan pencemaran tanah. Berdasarkan KBBI V, arti sampah merujuk pada barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya. Sedangkan elektronik ialah alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika. Nah lho bingung.
(sumber: tertera)
Barang elektronik dari layar monitor, ponsel, printer, kulkas, radio, kamera, kabel usb, charger, baterai laptop, dan masih banyak lagi. Barang-barang ini biasanya dibuang asal saja kan karena gak tahu harus gimana. Material yang terkandung dalam barang elektronik kebanyakan berisi logam berat seperti timah, amerisium, krom, besi, timbal, perak, merkuri, dan lain-lain yang termasuk kategori B3.

Terus kenapa kok ribet banget sih, kan udah gak terpakai?

Justru karena tidak terpakai jadinya sampah elektronik ini bermasalah. Karakteristik dari sampah elektronik (yang dalam hal ini termasuk dalam sampah B3) itu selain beracun, korosif (pengikisan), reaktif dan mudah meledak, mudah terbakar serta menyebabkan infeksi dan bisa berdampak lebih luas ketika telah terkontaminasi dengan air, tanah dan udara.

Hmm ... terus?

Saya ingat beberapa waktu lalu, teman SMA saya mengunggah foto tentang desa yang terpapar sampah B3 (tapi saya lupa nama desanya apa, yang tahu boleh komentar buat jadi bahan diskusi). Sedih banget lihat banyak bayi yang cacat karena terinfeksi sejak dalam kandungan, belum lagi sumber air di desa mereka tercemar zat berbahaya dari pabrik membuat gatal-gatal dan luka diseluruh tubuh nyaris seluruh warga desa tersebut. Tidak cukup bayi, bahkan sawah mereka juga ikut tercemar. Terus saya jadi gak bisa tutup mata, kita harusnya gak bisa pura-pura gak tahu kalau bahaya sampah itu benar-benar bisa mengancam generasi di masa depan. 

Lima sampai sepuluh tahun lagi, berapa banyak manusia yang terlahir ke dunia, berapa banyak sampah yang akan dihasilkan dari manusia-manusia yang lahir itu? Tolong yang dipikirin jangan cuma urusan selangkangan saja, masalah sampah lebih mendesak untuk dicari jalan keluarnya dibanding istri yang menolak untuk melakukan seks (Media tidak menyoroti sampah karena urusan selangkangan memang lebih populer untuk dijadikan bahan diskusi, sih. Ah... kalau kayak gini memang teori gratifikasi banget sih ya. Tergantung juga sama audiensnya dalam memilih apa yang mereka ingin ketahui).

Setelah saya cari tahu, ternyata United Nations University bersama International Telecommunication Union (ITU) dan International Solid Waste Association (ISWA) telah merilis hasil penelitian mereka ditahun 2016 tentang sampah elektronik. Tahu gak nih berapa banyak sampah elektronik yang dihasilkan penduduk Indonesia? Jumlahnya kurang lebih 1,274 juta ton atau rata-rata 4,9 kilogram per kapita sepanjang 2016. Fantastis? Iya dong. Udahlah, gak usah pura-pura kaget. Dalam dua artikel kemarin, saya menyebutkan berton-ton sampah yang negara kita hasilkan. Penelitian yang berjudul The Global E-waste Monitor 2017 Quantities, Flows, and Resources menyebutkan pula masyarakat dunia menghasilkan 44,7 juta ton atau rata-rata 6,1 kilogram per jiwa pada 2016 dan China ada di urutan pertama sedangkan Indonesia ada di urutan ke-9 penghasil sampah elektronik. Sekarang 2019, tapi saya belum nemu riset terbaru nih, kita ada di urutan keberapa ya kira-kira?

(baca tulisanku tentang ecobrick)

Peningkatan sampah elektronik ini juga ada hubungannya dengan lifestyle atau gaya hidup kita. Coba deh, diingat-ingat. Umur berapa kalian mulai gonta-ganti perangkat elektronik, kayak pengen banget gadget baru padahal yang lama masih bagus, cuma lemot doang? Atau karena teman kita punya laptop baru yang lebih canggih dan bisa main dota (dota mulu sampai listrik jebol-_-) tanpa nge-lag jadinya baper dan pengen beli juga, padahal laptop lama masih bisa digunakan.

Dikutip dari laman Greenpeace, survei tentang persepsi dan perilaku konsumen yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia dan Ipsos MORI, menyebutkan persentase dari pembelian smartphone baru meskipun smartphone lama masih beroperasi dengan baik sebesar 59 persen untuk responden berpenghasilan dibawah 5 juta rupiah dan 65 persen untuk responden yang berpenghasilan diatas itu. Penelitian ini dilakukan pada 29 Juli hingga 16 Agustus 2016 kepada 1,007 responden dengan rentang umur 18 – 55 tahun di Indonesia. Alasan ganti ponsel ini bukan karena kebutuhan, tapi karena keinginan.

Padahal, tahu gak sih kalau ponsel atau smartphone kita itu terdiri dari beragam logam atau mineral yang tentu saja akan mengkontaminasi tanah jika dibuang sembarangan. Gary Cook dalam artikel berjudul Seberapa Hijaukah "Gadged"mu? menuliskan fakta bahwa sebanyak 80 persen polusi karbon terjadi bahkan sebelum kita menyalakannya dan untuk mendapatkan 100 gram mineral di tiap ponsel pintar, penambang harus menggali, menambang, dan memproses lebih dari 340 bebatuan.

Edan. Berapa banyak kita mencuri semua batuan, merusak lapisan ozon di bumi hanya untuk lifestyle?

Ironisnya lagi, meskipun perusahaan besar Apple, Google, Microsoft, dan Amazon merespon kekhawatiran publik baru Apple yang berani berkomitmen untuk gunakan 100% energi terbarukan dalam semua kegiatan rantai suplainya. Yang lain? Masih sibuk promosi kamera paling bagus untuk swafoto mungkin...

Tinggalkan dulu itu ya, terlalu berat untuk saya pelajari haha.

(Baca tulisanku tentang sedotan)

Daritadi ngomongin panjang lebar tentang sampah elektronik yang bejibun. Terus emang masalahnya apa sih, Tu? Segawat apaaa?

Berikut saya kutip tulisan Riyandi Rahmat dalam laman environment-indonesia :
Diantara efek sampah B3 berbahanya terhadap kesehatan manusia adalah karena sifat toksik bahan yang dikandung dalam limbah tersebut. Berbagai jenis penyakit yang dapat terjadi karena limbah berbahaya adalah; penyakit pneumoniosis, silicosis, byssinosis, siderosis, talkosis dan berbagai jenis keracunan lainnya.

Ah, gak ngerti itu penyakit apaan kok namanya susah banget, Tu?

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan. Sakitnya karena adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Silicosis adalah adalah sesak napas, batuk, demam dan kalau akut akan sianosis (kulit kebiruan). Byssinosis adalah penyakit paru yang terjadi pada pekerja di industri tekstil (menghirup debu katun). Siderosis adalah penyakit paru kerja akibat pengumpulan debu besi yang mengandung persenyawaan zat besi Fe2O2.

Kalau mau lebih lengkapnya bisa cari sendiri betapa seramnya penyakit-penyakit diatas. Apalagi penyakit tersebut datangnya dari sampah B3 yang efeknya hanya ada akut dan kronis bagi makhluk hidup khususnya manusia. Efek ini akan merusak susunan syarafnya, sistem pencernaannya, sistem kardio vasculernya, kerusakan sistem pernafasan, kerusakan pada kulit, hingga kematian.
Manusia memang rawan mati.

Hah sampai kematian? Terus gimana caranya biar sampah elektronik ini bisa dibuang dengan baik, Tu?

Wah, saya sendiri masih belum seperti RJ yang menggagas dropbox e-waste sebagai salah satu solusi dari sampah elektronik sih, tapi sebagai saran dan menurut saya patut dicoba adalah dengan mengganti gaya hidup seperti tidak ganti-ganti gadget, tidak buang barang elektronik seperti baterai, kulkas, dan lain-lain ke tanah/tong sampah biasa, dan menghubungi pihak penanganan sampah elektronik seperti Mall Sampah atau ecoberingin.com.

Ada cara yang lebih praktis gak sih?

Harusnya ada. Kabar gembira untuk penduduk DKI, sejak 2017 Deputi Lingkungan Hidup Jakarta sudah membuat program dengan ada layanan penjemputan limbah elektronik. Tinggal isi form yang bisa diakses dari website ataupun dari Facebook Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta aja lho.
(sumber : lingkunganhidup.jakarta.go.id)
Tapi sayang banget baru ada di kota Jakarta aja nih. Daerah lain belum tergerak untuk mengolah sampah elektronik mungkin... semoga di masa depan masalah sampah elektronik ini ada solusinya.
(sumber: DLH DKI Jakarta)

Kita gak mau kan, bumi berubah jadi sampah seperti di film Wall-e?

Dari dokumen yang saya dapat dari epa.gov, ada beberapa industri yang menyediakan fasilitas daur ulang di Indonesia, yakni di Batam, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Tangerang. Bisa dilihat dari tabel,  Batam memiliki satu industri yang memisahkan bagian-bagian kecil komponen eletronik, plastik, dan material elektronik. Di Jawa Tengah ada tiga industri, dua mengumpulkan baterai bekas dan yang satu mengumpulkan layar monitor. Jawa Barat memiliki tiga industri yang hanya mengumpulkan sampah elektronik untuk diekspor. Terakhir di Tangerang yang memiliki satu industri yang mengumpulkan semua sampah elektronik.


(sumber : epa.gov)


Masalah sampah elektronik ini gak cuma dari user alias penggunanya, tapi perlu juga peran dari perusahaan yang buat alat elektronik dan pemerintah untuk menemukan solusi terbaiknya. Kalau saran saya sebagai pengguna sih, ya... cukup menyimpan barang elektronik rusak di gudang rumah saja biar tidak berbahaya untuk lingkungan. Gak tahu nanti kalau di daerah saya sudah ada penjemputan sampah elektronik, mungkin baru saya kasihkan hehehe.



 Salam,
Estuwise

Sumber :

gambar :
https://environment-indonesia.com/efek-limbah-bahan-berbahaya-bagi-manusia/

Sehat Tanpa Sedotan

Rabu, 13 Maret 2019

Haloo!

Minggu ini saya mau bahas tentang sedotan. Berdasarkan mini riset yang saya lakukan melalui Instagram polling, teman-teman saya memilih untuk tidak menggunakan sedotan dibandingkan sedotan plastik dan saya bangga dengan hasil polingnya hehe. Ternyata teman-teman saya sudah sadar tentang ancaman penggunaan sedotan plastik dong kalau hasilnya begitu, ya gak?


nih screencapture nya ya!
(sumber: dokumen pribadi)



Kalau kalian menulis : data penggunaan sedotan plastik di google search engine, ada 136,000 hasil dalam 0,45 detik yang membuatmu terkejut dan terheran-heran. Semua artikel tertera menyebutkan kurang lebih ada 93 juta batang sedotan yang ditemukan di laut! Sebanyak itu? Padahal kita minum es sedotannya cuma satu kok dan minum es paling sehari satu kali. Tapi manusia di dunia ini ada 7,53 Milyar berdasarkan World Meters di tahun 2017. Sekarang 2019, dan jumlahnya sekitar 7,7 Milyar manusia di muka bumi ini. Dalam 2 tahun ada sekitar 1,7 milyar manusia hidup. Semuanya butuh sandang, pangan dan papan. Coba bayangkan kalau satu orang memakai sedotan plastik, satu saja dalam satu hari, mungkin ada sekitar 7 milyar sedotan setiap hari yang dibuang. Banyak banget yaaa.

Bawa botol sendiri sejak SMA dong :)

Beli es kopi diluar selalu pake sedotan :(


Dari hasil riset Ecowatch, ada 500 juta sedotan plastik yang dibuang setiap hari karena cuma dipakai sekali. Sedotan plastik bersama kantong plastik ini dikonsumsi manusia hingga 500 miliar per tahun, atau kalau mau kepo, dalam satu menitnya manusia menggunakan 1 juta plastik. Artinya, plastik tadi menyumbang 60-80 persen dari total sampah laut. Laut bukan tempat sampah! Alternatif buangnya kalian bisa jadi ecobrick, bikin DIY menjadi topi dari sedotan plastik atau yang lainnya.

(Baca tulisanku tentang ecobrick)

Tapi seperti kata Rob Lucci di serial One Piece, Jangan senang dulu, misi belum selesai. Meskipun ada cara alternatif untuk membuang sampah plastik, tapi yang terjadi sekarang adalah masih banyak diantara teman-teman kita yang belum sadar betapa sampah plastik itu berbahaya bagi lingkungan. Coba tanya sama orang di rumah, mereka sadar tidak kalau selama ini penggunaan sedotan plastik ini berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan?

Lho, kok kesehatan juga sih, Tu?

Oiya dong. Tahukah kalian kalau menggunakan sedotan plastik bisa menyebabkan obesitas? Hayo … pasti banyak yang belum tahu ya? Ya memang gak karena sedotan terus besoknya bisa gendut gemuk dan berat badan langsung berlebihan sih. Tapi karena sedotan adalah suatu alat yang mempermudah manusia untuk minum, kita jadi malas buka mulut untuk meneguk air dalam gelas.
Memang pakai sedotan itu terkesan anggun dan menjaga lipstick (bagi perempuan) agar tidak terhapus, tapi rasanya tidak sebanding dengan resikonya. Dikutip dari laman food detik, kandungan dalam sedotan plastik merupakan polypropylene dan Bisphenol A (BPA). Dalam tulisan Christy Brissette dalam sebuah artikel di Washington post, bahan Polipropilena, atau polimer termoplastik, dapat merembes ke dalam air yang diminum.  Zat Bisphenol A (BPA) yang merembes ke dalam air minuman kita menjadi racun dan dapat memengaruhi kadar estrogen manusia. Nah, kalau kelebihan kadar estrogen, manusia akan mengalami kenaikan berat badan. Jelas, hal ini tentu saja memicu obesistas.

Brissete menuliskan bahwa alasan utama sedotan plastik harus dihindari, selain tidak ramah lingkungan, adalah adanya tingkat kemungkinan mengalami perut kembung dari apapun yang diminum karena, sedotan dapat menyebabkan lebih banyak udara yang masuk ke sistem pencernaan. Selain itu, resiko gigi berlubang akan meningkat karena sedotan cenderung membuat minuman manis masuk ke celah-celah gigi.

Dari laman national geographic indonesia, kehidupan modern yang didominasi oleh kemasan makanan yang kita makan dan kita gunakan setiap hari membuat bumi tahun 2050 akan dipenuhi oleh plastik di lautan dibanding populasi ikan. Masa anak cucu kita nanti makan ikan plastik?
Kalau kalian sudah terbiasa dengan sedotan, mungkin akan sangat aneh kalau langsung minum di gelas, ya? Alternatif untuk kaum pengguna sedotan plastik ialah menggunakan sedotan stainless. Kalau mau beli, sudah banyak bermunculan di online shop lengkap diskon dan free ongkir yang tentu saja sedotan stainless itu yang bisa dipakai berulang kali.

Akhmad Muawal Hasan dalam artikel Tirto.id menuliskan bahawa "Kampanye mengurangi sampah plastik sudah sering terdengar. Namun bahaya sedotan masih dianggap remeh."
Seharusnya, masalah sampah ini bisa kita atasi minimal dari diri dan lingkungan terdekat kita sendiri. Misalnya membawa tempat minum sendiri supaya penjual tidak menggunakan tempat plastik dan sedotan plastiknya. Kalau kepepet dan harus beli air minum kemasan, sampahnya itu bisa kita daur ulang menjadi tempat pensil atau tempat tanaman atau kalian bisa cari inspirasi mendaur ulang sampah plastik di internet. Semoga bermanfaat 😊





Salam,
Estuwise

Sumber:

ECOBRICK SOLUSI JITU UNTUK SAMPAHKU

Selasa, 05 Maret 2019


ECOBRICK, MEMBUAT SI SAMPAH JADI RAMAH


Halo! 


Rasanya lama banget saya gak nulis di blog. Yah, kalau sekadar nulis sih kayaknya lumayan sering, apalagi kalau galau-galau. Khatam banget itu mah… hahaha! by the way, kali ini mau bahas ECOBRICK karena aku tertarik banget sama soal sampah-menyampah ini (maklum masih jadi sampah masyarakat) apalagi di sebelah rumahku adalah kolam sampah (ini seriusan balong isinya sampah doang huhu) yang sepertinya sudah ada sebelum saya tinggal di sana. Parahnya, karena sudah dijadikan tempat sampah akhir, ada aja orang yang bakar-bakar sampah sampai pernah kebakaran :’ /malah curhat/

Ecobrick sih, apaan Tu?

Nah, terdiri dari kata Eco (kependekan dari Ecology yang artinya ramah lingkungan) dan brick (yang artinya batu bata), Ecobrick ini adalah botol-botol plastik yang diisi secara padat dengan sampah plastik. Dikutip dari laman www.ecobrick.org, Ecobrick adalah solusi atas sampah plastik dengan memberdayakan individu untuk bertanggung jawab atas sampah mereka dari sumbernya.

Hah, terus batu bata ramah lingkungan itu apaan?


Jadiiii Ecobrick ini digadang-gadang jadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan. Ecobrick ini diprakarsai oleh Russell Maier dari Kanada yang telah berhasil mengurangi polusi sampah plastik di sana, setelah berhasil di Kanada, ia terus merambah negara lainnya termasuk Indonesia. Di Indonesia, Russel bekerja dengan Ani Himawati untuk terus mengkampanyekan ecobrick. 

Ecobrick sendiri terbuat dari botol plastik bekas yang diisi sampah-sampah plastik lain lalu dipadatkan sampai keras. Setelah penuh dan keras itulah baru kemudian botol plastik bekas bisa dirangkai dengan lem dan dibentuk menjadi barang seperti kursi, meja, bahkan bisa juga jadi tembok lho!

sumber : pinterest

Sumber : pinterest


Semua barang yang dibuat dengan ecobrick ini bisa dijual dan pasti punya nilai ekonomis yang tinggi. Sempat google tadi, kalau salah satu desa di Bali, tepatnya di Klungkung, sudah melaksanakan program Ecobrick yang keren ini sejak 2016. Sayangnya, karena kurangnya kesadaran masyarakat maupun pemerintah setempat dalam berinofasi, sepertinya program ini belum berjalan begitu efektif.

Kegiatan untuk memberdayakan masyarakat di desa maupun kota untuk menghijaukan lingkungan sudah mereka lakukan sejak lama lho, bahkan sekarang mereka membuat Training Of Trainer (TOT) agar semakin banyak orang yang sadar akan bahaya sampah plastik dan membuat Ecobrick sebagai kebiasaan rumah tangga dan komunitas jangka panjang.

Terus, gimana dan kayak apa sih si ecobrick ini, Tu?
Sekadar info, saya juga tahu ecobrick ini dari postingan skincare di line@ agak gak nyambung ya, tapi ada pertanyaan di postingan itu yang menyentil hati; KALIAN GIMANA BUANG BOTOL BEKAS TONER KALIAN? Disitulah dia menjelaskan tentang pemanfaatan botol untuk dijadikan Ecobrick dalam rangka KKN-T dari Universitas Siliwangi di sebuah desa di Jawa Barat (cmiiw). Keren lho, itu dibikin kayak tugu gitu (maaf fotonya gak saya save bisa kalian gugel sendiri kali ya ecobrick hasil KKN-T mereka), dan saya baru ngeh, kalau selama ini cuma penganut sistem ‘buanglah sampah pada tempatnya’ tapi tidak ikut program 3R (Reuse, Reduce, Recycle mah gausah dijelasin udah pada hapal kali ye h3h3) padahal mengaku anak pramuka yang cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.

Saya ambil gambar dari blognya Catatan Alam karena saya sejujurnya belum pernah ikut kegiatan/workshop tentang Ecobrick (kalau ada yang ngajak, saya bersedia banget ikutan! Pengen deh kasih solusi buat si kolam sampah dekat rumah :’) ) tapi daku juga membuat ecobrick ini dikosan kok, gaesss. Kaleeem, okee?

Btw di blog itu lucu banget, katanya bikin ecobrick tak sesulit membuat skripsi. Masnya tau aja kita-kita semester akhir. (apa ini saya jadikan bahan skripsian aja ya? Atau pkm? Lumayan kan buat benerin desa sendiri hehe tapi gapunya temen )


Oiya, sampah yang telah dimasukkan ke botol itu harus memenuhi seluruh rongga botolnya (makanya sangat bagus kalau plastiknya digunting dolo hehe) pokoknya satu botol ecobrick berukuran 1,5 liter (ini botol kokakola atau sprit atau fantah itu lho, atau anak kosan pasti sering beli Vit karna mager isi ulang galon) punya berat rata-rata 0,5 hingga 1 kilo (tergantung isi sampah dalam botol ecobrick). Tujuannya, biar si ecobrick tersebut jadi kuat dan lebih efisien menampung sampah. Lagian kalau gak penuh, nanti ecobrik yang dibuat akan lebih mudah penyok kayak hatiku~ /yah curhat lagi/

sumber :  https://catatanalam.wordpress.com/2018/09/22/ecobrick-karya-artistik-limbah-plastik/

sumber : penulis

Berdasarkan data dari World Instant Noodles Association (WINA) nih dari laman instantnoodles.org,  kalian tahu gak kalau Indonesia kini telah berada di peringkat 2 dalam mengkonsumsi mie instan terbesar di dunia? Peringkat ke 2 setelah China, dengan 12620 juta porsi! KEBAYANG GAK BANYAK BANGET BUNGKUS PLASTIKNYA GAESSS? (ngegas) Ya iyalah ya, sebagai anak kosan saya mengakui kalau mi itu lezat dan murah apalagi kalau akhir bulan gak mampu beli nasi padang lagi dan memilih makan mie saja daripada mati kelaparan (lebay sih ini) :’) atau baso kesukaan kan ada yang pakai mi. Pokoknya kata ayah saya : MAKAN MI TEROOOOOSSSS SANA SAMPAI BATUK saking seringnya makan mi di rumah.

Saya pernah baca di TIRTO ID, tentang  pulau sampah Indonesia (link : https://tirto.id/prestasi-sampah-indonesia-yang-mengkhawatirkan-bUWl) bahwa satu orang bisa menggunakan 700 kantong plastik pertahunnya dari hasil riset Greenation Indonesia pada 2010 lalu.
Belum lagi fakta kalau Indonesia darurat sampah, sampai Menteri Kelautan saja menyebutkan kalau kita adalah negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Kalian masih ingat sama video kura-kura yang kemasukan sampah plastik di hidung itu gak sih? Kasihan kan sampai berdarah-darah gitu. Atau pinguin yang gak bisa buka mulut karena plastik bekas tutup botol itu bersarang di mulutnya? Kasian banget kan….

Saya dan mungkin kalian ini pasti ngerasa baik-baik aja karena buang sampah gak sembarangan. Tapi ujungnya sampah yang kalian buang rapi ke tong sampah itu juga belum membuat bumi kita baik-baik saja. Ending dari perjalan sampah ini akhirnya ada di laut, dan itu makin memperparah ekologi laut dan kelangkaan hewan. Laut bukan tempat sampah!

Dikutip dari artikel yang dimuat di Tribunnews tanggal 15 Oktober 2018, Data dari INAPLAS (Asosiasi Industri Plastik Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik), sampah-sampah plastik kita ini bisa mencapai 64 juta ton/tahun lho! (gak ngerasa buang sampah sebanyak itu ya gak sih? Soalnya perasaan cuma beli cilok dua rebu, tapi iya sih pake plastik, atau ke minimarket pasti dapet plastik kan ya). Sebagai data tambahan, Wakil Ketua INAPLAS, Suhat Miyarso menyatakan bahwa yang salah bukan kantong plastiknya tapi manajemen sampah yang kurang diperhatikan dengan baik.
Nah, kan. Bukan kantong plastiknya yang salah. Plastik punya bahan dasar polietilen yang memang butuh waktu sekitar 20tahun untuk bisa didaur ulang. Kita sebagai orang yang kreatif (atau kata Kak Triadi mah orang yang mau berusaha) perlu berpikir strategis gimana caranya si plastik-plastik ini dimanfaatkan sebaik mungkin. Dan gak merusak sistem alam dan menyebabkan penyakit kanker untuk manusia.

Masih soal jumlah sampah, diprediksi tahun 2019 ini total akan mencapi 68 juta ton dengan sampah plastik sebesar 9,52 ton atai 14% dari total sampah yang ada menurut Direktur Jendral Pengelolaan Sampah, Limah dan B3 dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tuti Hendrawati Mintarsih.
Ecobrick ini ya, selain bisa dijadikan alternatif bata, bisa sangat efektif sebagai solusi anak pecinta alam yang hobi naik turun gunung dan bawa-bawa sampah lho. Daripada bawa plastik hitam besar berisi sampah plastik dan sisa makanan, kalian mendingan bawa satu botol 1,5 L berisi semua sampah kalian seperti bungkus mie instan, bungkus kopi kemasan sachet, plastik makanan, dll. Sepele, tapi sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar kita.


Aku ikutan juga lho, masukin sampah ke botol plastik gini. Seru lagi masuk-masukin sampah ke botol. Ada emosi yang tersalurkan gitu secara terselubung haha. Berhubung artikel ini masih banyak kurangnya, kalian bisa kepoin https://www.ecobricks.org buat cari tahu apa dan bagaimananya, iya ini promosi gratis karena idenya Mister Russel ini menarik! Tenang aja blog itu ada dalam berbagai Bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Atau kalau mau lihat-lihat gambar kreasi Ecobrick, saya ngesave di pinterest. Cek aja : https://pin.it/vvbrwayht2s5kt.

Akhir kata, sebagai manusia yang ingin bermanfaat bagi nusa dan bangsa (cita-cita dari orang tua kita semua) tentu perlu kesadaran diri untuk menjaga lingkungan. kesadaran diri bisa dimulai dari bawa bekal minum & makan sendiri (yang cowok mungkin ga sempat masak, tapi mendingan bawa tempat makan kosong dari rumah terus beli nasi warteg deh), bawa tas kemana-mana biar gaperlu pakai plastik pas ke minimarket, terus ya … kalau ada sampah plastik, masukin aja ke botol! Siapa tahu dengan dimulai dari diri sendiri, jadi banyak orang yang sadar dan akhirnya mengimitasi kebaikan. Oiya, sekalian, dibawah ini aku bikin infografis ala-ala biar insagram aku sedikit berfaedah haha. Semoga bermanfaat, yaa!

Ayo kita jadi ECOWARRIOR!



(Sumber : ecobrick, tirto.id, Greeneration, Tribunnews, INAPSI, catatanalam)

Salam,
Estuwise