Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Tentang Ingin

Kamis, 08 Juli 2021

Bagai cermin, sosok yang kudapat rupanya sama denganku.


Aku berulang kali jatuh cinta. Entah pada yang fiksi ataupun yang nyata. Mungkin jatuh cinta, mungkin iseng mencinta kemudian patah hati, atau mungkin aku terlalu senggang sampai mencari perhatian dari lawan jenis. Yang jelas, aku jatuh cinta. Berulang kali.


Kuakui kalau jatuh cinta memang menyenangkan. Masa-masa saling mendekati selalu lucu dan tertebak arahnya, tapi sangat kunikmati karena selalu penuh romansa. Oh, nuansa merah jambu itu memberikan banyak energi positif untukku! Seruu sekali! Tapi kalau sudah mulai terlalu dekat, rasanya jadi tercekat. Apalagi sebagai anggota paguyuban overthinking, aku mulai memikirkan terlalu jauh sampai ke pernikahan.


dia bisa gak sih jadi orang yang tepat?


Aku gelisah sendiri. Padahal doi belum tentu juga nembak, seringkali malah hanya sebagai teman chat saja. Hahaha, kadangkala aku sangat suka diriku yang kepedean, sehingga bisa membuat batas agar orang lain tidak bisa masuk terlalu luas kedalam area hidupku.


Untuk yang diizinkan masuk lebih jauh, kuucapkan selamat. Sebab dari sekian banyak, kalian lah yg kuizinkan masuk ke sebuah rumah bernama luka.


Rumah tanpa udara yang bisa membuat siapapun mati didalamnya. Dan begitulah, semuanya nyaris gugur di rumah luka. Segala topeng luluh lantak di rumah ini. Yg dulu perhatian, nampak aslinya bahwa hanya seorang yang tega. Yg dulu peduli, berubah wujud jadi manusia tanpa rasa. Topeng digunakan untuk menutupi sosok manusia itu seketika terbuka di rumah luka.


Dan aku sendiri juga menampakkan diri di rumah tanpa udara, membuat kalian yg diizinkan masuk terpana. Seaneh itu, semengerikan itu, sehitam itu. Semua suara-suara terdengar menyudutkan dan menampakkan pandangan kasihan. Rumah luka adalah final untuk kalian.


Masih ada sebuah rumah yang ingin kutunjukkan. Hanya saja belum ada yang mampu melewati rumah luka. Semua orang bergegas pergi dariku setelah masuk terlalu dalam di rumah luka. Mereka takut mati di rumah itu. Mereka tidak sudi bersamaku yg kerdil dan lemah. Hingga aku sendiri jd terbawa arus. Rumahku di rumah luka. Aku adalah penghuni rumah luka. Satu-satunya orang yang hidup di rumah luka. 


Meskipun berharap ada satu orang yang berhasil mengajakku keluar dari rumah ini, tapi nyatanya tidak ada yang kuperkenankan masuk lagi sampai ke rumah luka. Aku tidak ingin berharap. Aku tidak ingin mereka ikut mati di rumah tanpa udara seperti ini. Mereka bisa hidup layak dengan mengenalku dari jauh. Bila dekat, durinya bisa melukai kulit mereka yang indah.


Sesaat merasa rapuh, sesaat merasa kuat. 


Beginikah rasanya jadi mawar di tengah kebun melati? 



Sejauh Ia Berjalan

 ia lalu dan jalan

sejauh ini

sepinya sudah jadi kawan

saat ia kian anti


ia sadar tak ada yang mampu

meskipun banyak yang mau

percuma tingginya dinding hanya sebagai peragu

jelas ia hanya tak ingin diganggu


mengerti dan berlapang hati

sejauh ini sama-sama tidak ada yang dipelajari

sama-sama berkeras diri

untuk baik. tapi baik bagi siapa? menurut siapa?


sejauh ia berjalan

kawannya hanya diri sendiri

lawannya hanya diri sendiri

rapuh, patah, lalu tumbuh


ia bertumbuh untuk apa

kalau kemudian merasa harus mati


ia benci terikat, tapi jelas-jelas merasa tercekat 

saat sendiri

harusnya ia tidak tumbuh jadi pengerat

baginya lebih mudah pergi 



bertahan menyesakkan,

penuh kompromi

beradu argumen memekakan,

terlalu memaksakan diri



sampai mana ia akan berjalan?

mau ke mana ia berjalan?

sampai kapan ia bisa berdamai dengan dirinya sendiri?





-sejauh ia berjalan, estuwise, 10 mei 2021