Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Tentang Sawang Sinawang

Kamis, 28 Oktober 2021
Postingan seseorang yang budgeting 2 jutaan untuk hidup 4 orang di rumah ternyata cukup menampar. Seseorang itu bilang sedikit belum tentu kurang, banyak belum tentu cukup. Hidup ini sawang sinawang. 

Dan begitulah. Memang hidup ini saling liat-liatan. Rumput tetangga selalu lebih ijo daripada rumput sendiri. 

Hari ini kembali diingatkan perihal bersyukur. Hidup ini bergantung pada gimana cara kita memaknai kehidupan. Kita akan menjalani hidup dengan bahagia atau bersusah hati, tergantung dari gimana kita memaknai.

Filosofi sawang sinawang punya arti sebagai saling melihat. Diambil dari Bahasa Jawa. Entah konotasinya akan jadi positif atau negatif, kembali lagi kepemikiran masing-masing.

Ungkapan Bahasa Jawa yang aku suka selain witing tresno jalaran soko kulino, ya ini: sejatine urip kuwi mung sawang sinawang. Artinya hakikat hidup ini hanyalah soal bagaimana seseorang memandang sebuah kehidupan. Persoalan melihat orang lain, dan dilihat orang lain ternyata emang gak cuma aku doang yang mengalami. 

Ngeliat orang lain kayak enak banget ya, hidupnya bisa ini dan itu. Sedangkan kita susah, buat makan aja ngirit-ngirit. Apalah hape aypon, android jadul aja udah mending ada daripada gak ada. Kok bisa ya punya pasangan lama, awet, mesra lagi. Aku kok masih sendiri. Kok bisa ya dia cantik, dan supel, ramah sama semua orang pantes aja banyak yang suka, lah aku apa biasa-biasa aja. Ah.. Pokoknya terus aja banding-bandingin. Padahal hidup jadi gak enak, resah dan gelisah karena membandingkan dengan hidup orang lain. 

Lupa kalau sejatinya hidup cuma sebentar. Apa yang udah kita usahain juga bisa berkhianat atas seizin Allah SWT. Kita bisa punya apa-apa di dunia ini, itu karena kemurahan hati Allah dan karunia-Nya. Bukan karena kita yang pinter, atau kita yang jago. Bahkan pinter juga datangnya dari Allah. 

Tidak hanya kita yang manusia akhir zaman yang sering nyawang. Aisyah RA juga pernah 'menyawang' kehidupan Rasulullah.

Ingat cerita yang tentang Aisya bertanya mengapa ngapa Rasul solat tahajud sampai kakinya bengkak karena berdiri terlalu lama? 

“Wahai Rasul, mengapa engkau selalu melakukan ini di malam hari, sedangkan hal ini bukanlah suatu kewajiban? Dan juga, bukankah semua dosa-dosamu baik yang akan datang ataupun dosa yang telah lalu akan diampuni oleh Allah?”Rasulullah Nabi Muhammad Saw. pun tersenyum dan beliau berkata,“Apakah salah apabila aku ingin menjadi Hamba Allah yang bersyukur?”

Apakah kita sudah benar-benar bersyukur dengan apa yang Allah beri? 

Menjalani hidup dengan tujuan mencari ridho Allah dan kerelaan pandangan dari sesama makhluk. Sadari kalau apa yang kita jalani adalah kenyataan dan nyawang orang lain adalah sebuah angan-angan tanpa ujung.


Semoga kita adalah termasuk orang yang pandai bersyukir sebagaimana Qur'an surah Ibrahim ayat 7 :

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akami menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."


Allahu'alam bisshawab.