Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Orang Asing di Tempat Asing

Jumat, 15 Oktober 2021
Ketika aku sendiri, tawa yang dari pagi ada di wajahku pergi. Tubuhku kepayahan merasa letih tanpa alasan. Aku pulang, tapi rasanya melayang. Tidak menjejak ke bumi, tidak pula terbang tinggi.

Di momen ini, aku seringnya merasa benci pada diri sendiri.

Aku merasa mampu, tapi kemampuanku tidak pula berwujud apapun selain kata-kata tanpa pembaca.

Aku merasa bisa, tapi kebisaanku tidak berhasil membuat mereka mau bertahan lebih lama.

Aku, dengan sadar penuh merasa sedih atas semua usaha yang terasa sia-sia. Usaha yang kubuat untuk membuatku merasa lebih hidup dan nafasku lebih bermanfaat dari hari ke hari.

Aku payah dalam banyak hal, dan aku ingin diajari untuk menjadi lebih baik agar tidak lagi payah. Tapi tidak ada. Tidak tangan terulur, sehingga aku yang harus terus memanjat naik meskipun tanah-tanahnya justru semakin menimbun tubuhku.

Bertahan tidak pernah mudah. Aku marah pada keadaan, aku marah pada banyak hal yang sesungguhnya sejak awal tidak pernah kumiliki.

Di titik ini, tubuhku terasa memiliki dua arus berlawanan seperti dua buah baterai yang berbeda kutubnya.

Aku mau cinta, tapi tergadaikan oleh hal tidak berguna. Lantas penyesalan tidak bisa menyelamatkan apapun selain kesedihan. Ditengah gelombang itu, aku diselamatkan untuk bisa bertahan diatas batu. Aku merasa tidak sanggup, memilih untuk tenggelam saja daripada harus menaiki arus dengan payah dan kuyup.


Tapi kemudian, di esok hari, malam-malam yang suram itu kembali pergi seolah kemarin itu terlupa dan tak berarti. Kecemburuan pada ia yang telah pergi tidak nampak lagi. Tidak ada badai dan tidak perlu lagi menaiki arus sendiri. 

Awan mendung menggulung, hampa terikat tawa. Bahagia yang belum utuh, tertata rapi tanpa tanya. Meyakinkan diri berkali-kali bahwa semesta alam memiliki mata-mata, mereka mampu melihat usaha tanpa perlu payah berkata.

Meski tidak tahu kemana angin membawaku, meski kompas mengarahkan barat untukku, bergerak ke mana saja masih terasa lebih baik daripada terbunuh dalam keraguanku.

Jeda tidak pernah membunuh mimpi, ia justru menghimpun energi. Ada hal besar. Namun tidak tahu sebesar apa, dan besar versi siapa. Mungkin akan kacau, atau justru akan semakin baik dalam mengelola risau. Tidak tahu.

Bergerak.

Beradaptasi.

Belum saatnya pergi.