Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Sementara Selesai

Selasa, 24 Agustus 2021
Seringkali merasa heran oleh hal-hal yang yang tidak dianggap penting bagi sebagian orang, justru adalah hal paling penting menurutku. Tentu keheranan itu terus terjadi hingga aku, pada akhirnya memiliki lingkaran pertemanan dengan orang-orang yang cukup bisa bertoleransi.

Berkali-kali ditinggal membuat aku paham rasanya sesak dan menjadi sedih seorang diri. Bertekad kalau nanti ada lagi, aku tidak akan menjadi orang yang meninggalkannya. Bagaimanapun kondisinya.

Memang dasarnya kepala batu. Diberi nasihat apapun bebal. Pokoknya aku mau dia, titik. Aku perjuangin dia, titik. Membabi-buta, memproteksi apa yang ada, dengan dua tangan kecilku yang bahkan untuk membuka tutup botol air mineral juga kesulitan, aku tidak mau lagi ada orang yang merasa ditinggal. Rasanya gak enak, aku sendiri pernah. Sebisa mungkin jangan sampai perasaan itu hadir. Apalagi padamu.

Sementara aku pikir itu hal utama, setelah saling sepakat antara banyak hal lain. Nyatanya, yang utama bagiku belum tentu sejalur dengan-Nya, dan tidak searah maumu. Oh, jelas. Deklarasi aku gak mau ditinggalin adalah kalimat yang selalu sama-sama kita gaungkan sejak awal. Lucunya, kita berdua kepala batu.

Diberi nasehat pun kita akan sama-sama mengiyakan dan hanya selintas saja setuju, lalu kembali lagi sibuk dengan pikiran pribadi untuk harus begini dan begitu. Makanya, mendadak kita justru saling disibukkan untuk hal lain yang bukan tentang kita, sederhana untuk tidak lagi saling menyakiti.

Apapun yang baik bagimu, menurutku, tidak bisa diterimamu. Pun pada setiap yang baik bagiku, menurutmu, sulit dicerna olehku. Baik kamu atau aku, kita adalah tinggi yang sukar membumi.

Aku selalu yakin banyak doa yang dilangitkan untukku. Banyak yang sayang padaku, hingga doanya makbul dan aku harus berhenti peduli hari ini. Mungkin ada salah satu doamu yang juga terwujud, hanya saja berubah bentuk. Dulu kamu merasa bertanggung jawab atas bahagiaku, kan? Doamu agar aku bahagia, mungkin harus dilepas olehmu.

Selepas selesai ini, aku bingung tujuanku. Aku harus cari cara agar tidak limbung. Sejak awal datang ke China Town, hanya punya satu tujuan. Kumpulkan uang semampunya, lalu pulang agar bisa kembali memelukmu selamanya. Lalu, jika pelukanmu bukan lagi tujuan akhir. Kira-kira ada kebaikan apa yang Allah ingin aku dapatkan di sini?

Aku tidak tahu akan seberapa lama, atau seberapa jauh lagi. Alasan-alasan dibutuhkan agar aku punya energi melakukan sesuatu. Tapi kalau alasannya karena keputusan ingin fokusmu, aku malah jadi emosi. Energi yang kudapat jadi negatif. Rasanya ingin rekatif pada segala hal tapi ah itu cuma bikin lelah saja. Aku seringkali merasa tidak mampu, tapi toh sudah berjalan sejauh ini kan.

Untuk bersamamu, semuanya terasa dipersulit. Padahal banyak kemudahan didalamnya. Mungkin garis takdir tidak mengikat kita. Apapun keputusannya, katamu, yakin bahwa ini adalah yang terbaik. Kita sama-sama belajar tentang penerimaan diri. Tidak ada yang takut ditinggal lagi kali ini. 

Aku yakin ini adalah jawaban atas doa-doa yang kita bisikkan saat sujud. Tidak ada yang salah. Kita sama-sama jahat untuk satu sama lain jika terus bersama. Katamu, takut menggantung harapanku. Aku bilang untuk sama-sama bahagia saja.


Sementara selesai.


Sebab di masa depan, aku dan kamu mungkin saja masih bisa bertemu lagi. Dengan kita versi yang lebih baik, entah masih sama-sama sendiri atau salah satu dari kita sudah terikat dengan orang lain. Hanya Allah yang Tahu.

Sama-sama berjuang bukan berarti bisa bersatu. Iya ya, terima kasih kamu sudah mau berjuang sejauh ini. Terima kasih aku, sudah mau mencoba sampai akhir. 

Aku jadi penasaran, perwujudannya seperti apa ya sosok jodoh yang selama ini dibicarakan oleh kita. 

Siapapun itu, yang pasti aku sendiri harus bisa berdamai dengan diriku. Berdamai dengan masa lalu dan inner child yang nampaknya masih jadi masalah besar, sumber ketakutan yang tak tersentuh. Aku harap Allah kasih bantuan, Allah kan baik. Pasti ada jalannya untuk menerima diri sendiri dan membersamai luka.


Allah Maha Baik. Terima kasih atas cinta-Mu yang memalingkanku darinya. Untukmu, semoga bahagiamu tetap bersumber untuk-Nya.

Sementara selesai.