Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Menulis AU untuk terapi kebahagiaan

Rabu, 02 September 2020




Selain es krim, coklat batangan, sama uang tunai, rasanya membaca cerita yang mengandung unsur halu tuh menyenangkan. 





Alternate Universe sendiri artinya dunia baru bagi sebuah tokoh (nyata maupun fiksi) untuk berada dalam cerita yang sama dengan cerita seharusnya. Hal ini membuat diriku yang kering akan romantic sensation jadi ketagihan untuk membacanya. Hahahaha. Gak juga sih, kayaknya memang dari zaman sekolah tuh suka banget baca FF (zamanku disebutnya ff lol so old yet, don't you?) Ya, karena setiap penulis punya situasi yang berbeda-beda, makanya asik banget baca AU alias Fanfiction (atau fiksi penggemar dalam bahasa Indonesia)!!! 

Aku sih pede banget genre ini nggak bakalan flop sepanjang zaman soalnya ini tuh kayak mengungkapkan perasaan ke orang yang nggak bisa terjangkau. Seolah-olah mereka yang jauh dari kita jadi sedekat kaus kaki dan sepatu bertali.

Untuk yang punya bias (sebutan untuk idola) menulis AU atau membacanya bisa mengobati kangen. Meskipun mereka cuma tahu kita bernapas as a fans, bukan sebagai diri kita secara personal, tetap aja kita tuh kangen sama mereka, kan? Terus juga sebagai internasional fans, kendala bahasa bikin kita nggak bisa ngomong

Eh aku tuh kangen banget sama kamu ngerti gak sih!?? Bisa gak sih, kamu jadi pacar aku aja? Plis? 

(ya ampun halu banget tapi sering ngomong gini kalau ada foto bias muncul di timeline hahahaha) 

Jadi ya beneran AU adalah jalan terbaik untuk semakin mencintai kefanaan. Tapi dibantah keras sama Andrea Hirata kok, beliau bilang fiksi adalah cara terbaik menceritakan fakta. Nggak heran kan, tulisan fiksi itu banyak unsur non-fiksi tapi kemasannya lebih luwes. 

Tokohnya fiksi, jalan cerita fiksi, tempat dan adegan fiksi, terus kita bisa galau mendadak karena tokohnya tiba-tiba meninggal (based on cerita Ilana Tan Love In Paris, nangis banget bete tokohnya sad ending) dan sampai kalau ada yang bahas dikit tentang paris langsung sensitif inget tokohnya.

Gila gak, kekuatan fiksi itu sebesar itu lho dampaknya? Terus yang masih meremehkan orang lain karena bacaannya buku fiksi, permisi... Apakah anda sudah bisa bikin luka dan tawa di hati manusia lain tanpa menyentuhnya seperti para pembuat cerita fiksi? 

Ya sudah lah, ga mau bahas itu lol. Lebih baik mencintai apa yang masih bisa dicintai. Tapiiiii, ya jangan berlebihan juga. Keseringan baca AU nggak baik bagi kesehatan pikiran, bakal cinta terus bucin. Trus lupa kalau cinta bisa bikin sakit hati walaupun bias nggak kenal sama kita. 


Setiap jatuh cinta selalu bertautan dengan jatuh sakit. 



Inget kata cu pat kay,

Beginilah Cinta, Deritanya Tiada Akhir.


Sembari menuangkan ide jadi cerita fiksi, jangan lupa yaa untuk riset supaya cerita fiksi nya jadi hidup dan sulit dilupakan.