Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Mempertanyakan Kesepian Dalam Ramainya Musik Berisik

Sabtu, 05 Maret 2022
Larut malam dan mendengarkan musik adalah kombinasi paling umum yang sering kulakukan. Mungkin dari delapan belas ribu manusia di Indonesia juga melakukan hal yang sama.

Mereka bilang membunuh sepi dengan menyetel musik.

Lantas mengapa sepi harus dibunuh? Mengapa kesepian seolah-olah harus dienyahkan?

Saat mendengarkan musik, biasanya itu karena ingin mengeluarkan energi negatif. Musik yang kudengar umumnya punya lirik seolah-olah menyuarakan emosi dari hatiku. Menyadari bahwa aku bukan orang yang mampu mengalirkan emosi dengan baik, maka saat tahun 2016 menemukan OOR sebagai penerjemah perasaan, saat itu cara pandangku pada musik mulai meluas.


Ada banyak orang di dunia ini, dan tidak semuanya bisa bicara dengan lugas apa yang diinginkan. Mungkin perlu ditulis, mungkin perlu digambar, dan mungkin juga dinyanyikan. Semuanya punya cara masing-masing.


Bahkan saat marah, tidak semua orang bisa mengerti kalau dirinya sendiri sedang marah. Yang ia lakukan malah berlawanan dengan apa yang dirasakan, dan berulang-ulang menahan diri, menekankan bahwa ia tidak apa-apa. Padahal kenapa-kenapa, ada masalah didalamnya yang sedang disangkal. Orqng lain tidak mampu menyentuh pusat masalah itu, hanya diri sendiri yang paham.


Tapi, kata-kata adalah mantra bagi manusia.


Melalui lirik lagu, atau tulisan dari bacaan, atau bahkan warna di sebuah lukisan, mereka semua membuat seseorang yang gak mampu mengalirkan emosi itu untuk lebih jujur pada dirinya sendiri.


Dulu, seseorang suka mengirim link youtube dari lagu yang dia suka untuk aku dengarkan. Genre lagunya mungkin ga cocok denganku, tapi maknanya bisa kumengerti. Yaaa waktu itu sih aku senang-senang aja dengarnya, cuma kalau sekarang didengerin lagi jadi agak terkenang hal yang lain tapi dijadikan referensi musik dan konsep video klip aja.


Kalau dulu ada banyak yang judge tentang musik indie untuk pecinta kopi dan senja, aku jadi punya asumsi kalau yang dengerin lagu indie itu tipe orang yang berusaha tapi umumnya gak di notice dan mereka lelah tapi tetep mau usaha biar diperhatikan.

Aku sempat dalam beberapa fase ada di musik indie ini. Mereka (lagu indie), cukup membantuku mengeluarkan rumitnya pikiran dengan musik pelan dan lirik yang cukup tepat sasaran. Lantas gak lama, aku balik lagi ke musik rock yang berisik.


Asumsiku sih, aku memang kesepian. Musik rock penuh dengan suara drum yang menghentak-hentak, gitar listrik yang berisik, dan bass yang memandu lirik-lirik tersebut bernyawa. Lirik-lirik di band rock umumnya pakai analogi atau vulgar sekalian tanpa sensor.


Buatku, mereka semua (lagu-lagu band rock) cuma mau jujur sama diri mereka sendiri. Dan karena aku gak mampu, jadi dinyanyikan dengan para pemain band rock sudah cukup menyalurkan emosi (gak cuma yang negatif, ada juga yang positif loh). Aku sadar kesepian dan lagu-lagu band rock seperti jembatan untukku merangkul perasaan bersalahku, perasaan marahku, perasaan sedihku, perasaan kecewaku, dan perasaanku ketika jatuh cinta. Aku juga mau jujur dengan perasaan yang kumiliki.


Hahaha, dulu pasti aku ogah denger lagu rock karena selain berisik, umumnya ga populer. Lagu pop itu hidup di masa mudaku. Aku kesepian dan ingin diterima orang, ingin populer, jadi terus-menerus memaksakan musik pop hidup dalam diriku.


Kalo dipikir lagi untuk apa memaksakan diri biar diperhatikan ya? Capek.


Dan kenapa juga harus denial kalau kesepian? Lebih mudah dijalani kalau kesepian itu diterima, menurutku. 


Kalau marah karena kecewa, aku bisa menebak dari lagu yang aku putar berulang kali.

Kalau sedang senang, aku bisa menebak dari lagu terakhir yang kudengarkan. 

Kalau sedang rindu, aku bisa menebak dari apa yang kusukai dari daftar putar lagu.


Lebih mudah, dan lebih jujur.


Bahkan saat ada yang menyebutku berdosa karena bernyanyi dan mendengarkan lagu, aku bisa terima karena ini cuma perbedaan frame of life, beda kacamata aja. Gapapa gak lihat apa yang ku lihat, akupun sama gak bisa lihat apa yang ia lihat.

Menerima diri sendiri itu memang gak mudah prosesnya kan? Mana yang nyaman, mana yang gak nyaman, semuanya punya skala masing-masing dan ukurannya gak bisa pakai alat ukur yang sama. 



Jadi, lagu apa yang sedang kamu dengar? :)