Mana yang paling penting
Di saat seluruhnya terasa genting
Tertekan diantara harus dan keharusan
Didorong rasa penat dan enggan
Mungkin tak ada yang paling
Sebab diantara merah dan biru
Selalu ada abu-abu diantaranya
Sebagai jembatan untuk jadi saling
Lima atau empat
Kalau dilihat lagi
Keduanya tidak berpengaruh
Mereka terlalu jauh berlari dari aku yang berdiam diri
Tergerak bermimpi
Namun satu-satunya mimpi
Hanyalah berdiam di rumah
Dan mencapai itu lebih sulit daripada bergerak di luar
Masih keras pada mau
Tapi lembek dengan tipu rayu
Seolah bergerak
Padahal diam di tempat dalam waktu lama
Sudah jatuh entah berapa kali
Sebab lelah berdiri dan berlari
Tanpa tujuan pasti
Kemana mau membawa kaki
Masih dalam hati ditanyainya sendiri
Sedang apa? Mau sampai kapan begini?
Mendung. Lantas pura-pura tuli.
Ah... Masih tidak mau cari tahu mana yang berarti.
Di saat empat atau lima itu sudah berlayar
Sama jauhnya selama sepuluh tahun
Mungkin lebih.
Abu-abu diantara kita telalu jauh hingga tidak menyisakan biru atau merah dibagian sisi.
Meluruh.
Tapi tak sampai lebur karena masih sama.
Sama kikuknya, sama kakunya, sama tak mau berubahnya.
Mungkin esok.
Lusa...
Atau akhir tahun nanti.
Seluruhnya meluruh.
(Ditulis tengah malam 24 sya'ban 1443 H, S2-270322)