Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

A Twist In My Story

Sabtu, 13 November 2021

Sabtu sore di China Town, hujan mengguyur kota beberapa hari belakangan. Sudah masuk minggu kedua Rabiul Tsani di hijriyah ini. Kalau dipikir-pikir, waktu bergulir sama cepatnya seperti awal tahun masehi yang kukira berputar melambat setelah ditinggal pergi. Meskipun sempat pesimis, apa bisa hidup dengan memori ditinggal lagi, nyatanya hari ini masih bisa bernapas sebagaimana umumnya manusia di bumi.


Berita-berita kehilangan, dan berita-berita kelahiran silih berganti memenuhi halaman sosial media. Semua cerita saling baur-membaur menghujani penduduk maya. Mungkin karena sudah mengurangi interaksiku di sana, aku jadi bisa melihat betapa hebatnya manusia-manusia di dalam dunia maya berinteraksi dan dijejali informasi tiap hari. Agak nampak seperti perang informasi, tapi mungkin itu hanya sekadar aku punya opini. Karena aku sekarang merasa tak mampu beradaptasi di ruang maya, akhirnya memilih kembali ke blog untuk merenungi hal-hal yang terjadi padaku secara nyata.


Ada suatu momen di mana aku sangat ingin membuat tweet dan mendedikasikan tweet itu pada seseorang, tapi berakhir men-discard tweet, menutup aplikasinya dan... uninstall. Aku memilih kembali berkomunikasi secara purba saja, tanpa ada suara yang terdengar manusia lain, tanpa ada kata yang dibaca orang lain. Mereka bilang telepati, tapi pada prakteknya hanya doa dengan sepenuh hati.


Sejujurnya aku tidak begitu bagus dalam menulis tangan, tulisanku berubah-ubah sesuai dengan kondisi pulpen yang digunakan dan mood saat menuliskannya. Pun ketika mengetik di platform untuk menulis seperti di blog atau wattpad, rasanya tulisanku masih begitu-begitu saja dibandingkan tulisan-tulisan orang lain. Tapi entah mengapa, meskipun aku sudah menghindar dari tulis menulis, pada akhirnya aku akan kembali menulis. Ya, tulisanku akan masih tetap sama sih tentang apa yang kurasakan. Bukan tulisan agar menginspirasi, atau tulisan fiksi yang bisa dinikmati, tapi sepertinya memang Allah memberiku fitrah dalam hal linguistik ini. Semoga kedepannya aku bisa meningkatkan skill di kepenulisan ini saja ya. Udah lelah mencari, aku hanya ingin menerima apa yang ada dan berfokus mengembangkannya aja. Sebab seperti yang sudah diketahui, untuk menerima diri itu tidaklah mudah. Dan prosesnya cukup panjang lagi melelahkan.


Di China Town, seperti yang kalian tahu, aku tidak begitu menyukai tempat ini. Namun hanya disinilah aku bisa menenangkan diri. Kalau ini ada di zaman Rasulullah, mungkin bentuknya akan jadi sebuah goa, namun karena ini tahun 2021, maka tempat bertafakur-ku adalah sebuah kosan tanpa cahaya dengan dinding berwarna hijau. Sungguh mengingatkan pada karpet masjid, kan? :) Allah Maha Tahu atas segala sesuatu.


Maudy Ayunda bilang, "tidak ada yang lebih pedih, daripada kehilangan dirimu." dan aku kini mengerti, mengapa lirik lagunya begitu mudah membuat pipi dihujani air mata ketika diputar meski cuma sekali. Bahwa, tanpa Allah aku benar-benar tersesat dan kesedihan begitu menyayat hati. Ditinggal pergi oleh seseorang yang pernah berjanji memang mampu membuatku hilang arah dan merasa tidak berarti. Namun, baiknya Allah yang selalu menolongku saat patah hati. China Town adalah tempat terbaik untuk refleksi diri. Apa yang sesungguhnya harus kulakukan sebagai bentuk cinta kepada-Nya yang sangat bermurah hati.


Tidak ingin lagi aku menjadi reaktif untuk sesuatu, tidak ingin lagi selalu merasa menjadi korban padahal bisa jadi aku pelaku patah hati.


Hidup ini memang menarik. Kadang seperti menonton drama, kadang seperti pemeran utama. Dan seperti lirik lagu dengan judul yang sama dengan judul artikel ini, aku mau bilang kalau ceritaku bisa berubah-ubah sesuai skenario-Nya. Dan aku gak masalah kalau aku harus berkawan dengan air mata, atau menerima kesepian sebagai tamu utama, Allah tidak akan pernah salah kasih takdir dan segala yang terjadi adalah yang terbaik menurut-Nya. 


Kalau kamu merasa sedang lelah dan tidak sengaja membaca tulisan ini, semoga kamu ingat bahwa meskipun kini dunia terasa memojokkanmu, ada seseorang yang selalu mendoakanmu. Selalu. Jadi berbesar hatilah, lalu jangan segan meminta bantuan, kepada siapapun yang kamu mau jika kamu butuh :)


"So you see, this world doesn't matter to me I'll give up all I had just to breathe The same air as you till the day that I die I can't take my eyes off of you."

Kita jauh ntah di mana, namun dekat di doa.