Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

Dari Siapa Untuk Siapa

Jumat, 14 Desember 2018
"Bahwa hakikat tertinggi dari mencintai adalah untuk melepaskan"



Apa yang sedang berjalan bersamaku? Apa yang sedang aku perjuangkan? Apa yang sedang aku lakukan? berhari-hari aku memikirkan ini hingga tidak terasa sudah lebih dari 450 hari berlalu sejak hari dimana tanda tanya semakin besar memenuhi ruang di tempurung kepalaku.


Memang takdir, semua yang terjadi ini sudah ada skenarionya dan pencipta skenario terbaik hanyalah Tuhan. Sebagus dan seindah apapun khayalanmu, jika Tuhan bilang tidak ya, tidak. Toh, kita sebagai pemain peran tidak tahu sesungguhnya ada bahaya apa jika memaksakan khayalan kita sendiri dalam skenario semesta.


"Bahwa hakikat tertinggi dari mencintai adalah untuk melepaskan"


kalimat diatas merupakan sebuah kutipan dari novel yang kubaca ulang beberapa minggu terakhir. Sebagaimanapun aku nantinya jika mencintai seseorang, pada akhirnya yang bernyawa akan pulang pada Sang Pencipta.


Aku ingin lepas, agar tahu seberapa besar kamu mencintaiku, jika kamu memang merasakannya. atau jika aku yang merasakannya, maka aku sudah mencintaimu? merasakan apa? cinta? dengan melepasmu artinya aku mencintaimu, begitu ya?


Entah kamu mau percaya atau tidak, dengan melepaskan kamu dan aku bisa mengetahui apa itu cinta. pertanyaanmu yang dahulu (sampai hari ini ketika aku mengetik ini disini) belum terjawab. Keterbatasanku dalam melihat dan merasakan cinta masih sempit, kuasa Tuhan dalam mencintai hamba-hambaNya saja belum aku pelajari. Aku harap kamu bisa lebih tahu duluan dibanding aku. Supaya nantinya kamu bisa mengetahui siapa saja yang mencintaimu.


Karena aku belum.


Maafkan aku karena belum tahu bagaimana caranya mencintai, sebagaimana orangtuaku mencintaiku tanpa banyak pertanyaan; sebagaimana sahabatku mencintaiku tanpa banyak protes dengan keputusanku; sebagaimana aku pernah tidak mengeluh dalam menunggu seseorang.


Aku inginmu, kamu inginku.
Kamu belum butuh aku, sebagaimana aku belum membutuhkanmu.
Terjebak pada rasa terlalu lama menjadi zina.
Padahal rindu menggebu ingin bersatu,
Tapi persiapanku masih satu dari tiga.


Aku berencana menyuruhmu menunggu, tapi apa kuasaku?
Apakah itu lebih baik atau lebih buruk, siapa yang tahu?
Aku hanya manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun.
Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Pengampun.


Meskipun ragu, aku tetap berjalan maju.
Maafkan aku meninggalkamu.
Maafkan ego dan ketidaktulusanku.
Aku melepas bukan dilepas.


Sebab sampai detik terakhir, ragumu tetap menyakitiku.


Aku ingin jatuh cinta, secara benar, secara tenang dan berbagi keluh kesah. bukan hanya datang ketika butuh, atau sekedar menyentuh.

Aku ingin jatuh cinta, secara menyeluruh, rapuh, dan tidak terkendali. bukan hanya meringkuk penuh tanya dan cemas pada apa yang sedang kurasakan seolah aku mampu dan terkendali.


Aku mengerti kamu kecewa, mungkin ada lega yang sedikit terselip diantara perasaan bersalahmu. Jangan maaf lagi, sebab yang harusnya maaf adalah sikapku yang berulang kali menyakitimu. berulang kali tanpa sengaja candaanku melukaimu. berulang kali dengan sengaja menyudutkanmu sebagai bentuk pertahanan diri, dan semua kata-kata yang kamu baca dariku adalah racun.


Jika kamu kuat, racun akan membuatmu kebal, jika kamu lemah maka racun akan membuatmu binasa. Bertahanlah, kamu harus bisa kebal.


Aku harap kamu mengerti, bahwa yang luka bukan hanya dirimu. Kecewa itu bukan hanya kamu yang merasakannya, hampa yang kamu rasakan itu juga bukan cuma kamu sendiri. Aku paham bagaimana bodo amatnya kamu dengan dirimu sendiri, sibuk berkegiatan ini dan itu sebagai pelampiasan dari kehampaanmu. "Ah, tidak juga. Sok Tahu." ucapmu mencibir jika aku mulai sok menganalisa dirimu. Tapi sungguh, kamu perlu memperhatikan dirimu sendiri juga.


Kepasrahanmu membuatku gelisah.


Hingga saat ini, aku masih resah. Ada rasa bersalah yang timbul saat ritme hidupmu kembali.


Apa kita tidak lagi satu frekuensi?


Aku bertanya-tanya dalam hati sambil terus merapal mantra yang pernah kau ucapkan padaku.
Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik
(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu). Terlalu banyak bertanya artinya ragu, dan aku terus beristighfar agar hilang keraguanku, atas kehendakNya.


Mungkinkah ini adalah cara-Nya untuk membuatku menghapal doa-doa dan puji-pujian melalui kehadiran yang kini menjadi kehilanganmu?


Jika memang mencintai adalah untuk melepaskan, maka dengan begini kita sudah saling mencintai.